Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Nestapa Tao dari Waktu ke Waktu

Filsafat tao dalam sejarahnya sring tersingkir di tempat kelahirannya. Gebalau politik biang keroknya.

8 Agustus 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MUTIARA filsafat tao--salah satunya ajaran keseimbangan antara yin dan yang--sering terpuruk di pojok-pojok sejarah Cina. Nasib tersingkir di tempat kelahirannya sendiri dimulai ketika kaum misionaris Jesuit mendarat di Negeri Tiongkok pada abad ke-16. Di mata para pastor Katolik, penganut tao dianggap sebagai pemeluk ajaran menyimpang (mi-sin). Karena kaum misionaris berhasil menggandeng penguasa Cina, ajaran tao pun sempat terpinggirkan. Dalam perjalanan sejarah berikutnya, ajaran tao beberapa kali menjadi korban pertikaian politik, dari waktu ke waktu.

Namun, ajaran tao benar-benar dirusakkan oleh gebalau politik pada masa Revolusi Kebudayaan, 1964-1976. Ahli sinologi Kristofer Schipper, dalam buku The Taoist Body terbitan Pelanduk Publication Malaysia, 1996, menggambarkan bahwa agama kuno Cina waktu itu sama sekali hilang bentuk. "Terasa tidak ada seorang bijak pun di dunia ini," kata Schipper. Soalnya, mendasarkan filosofi hidup pada ateisme, Ketua Mao Zedong menggeser agama-agama tradisional Cina dan menggantinya dengan "agama" lain: komunisme.

Untunglah, ajaran tao tidak benar-benar punah. Ia bermigrasi ke desa-desa pantai Hong Kong dan ke negeri jiran, Taiwan. Para pemeluk tao secara gigih mencoba mengumpulkan manuskrip tao yang selamat dari keganasan Revolusi Kebudayaan. Di era modern Cina, ajaran tao kembali muncul dengan caranya yang tak terduga. Salah satu bentuk kebangkitan tao yang terpenting adalah antusiasme masyarakat untuk berlatih meditasi dan pernapasan qigong (baca "chikung").

Sekarang pemerintahan komunis Cina di bawah Presiden Jiang Zemin memberikan koridor kebebasan yang lebih lebar untuk kegiatan spiritual. Tak hanya agama resmi seperti Katolik, Buddha, Islam, dan Kristen yang dibebaskan tumbuh, tapi juga kelompok-kelompok mistik dan klenik.

Maka, aneh bila pemerintah Beijing tiba-tiba melarang Falun Gong, kelompok mediasi yang mengadopsi teknik qigong. Ironi pun mengiris: banyak ilmuwan dunia telah lama melirik filsafat Timur--termasuk taoisme--untuk melengkapi pendekatan mereka terhadap realitas alam, sementara di tanah kelahirannya sendiri, warisan taoisme, ya Falun Gong itu, disingkirkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus