Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa orang beranggapan, jika memiliki orang tua yang berselingkuh, maka ada kemungkinan anaknya pun akan menjadi peselingkuh. Menurut Konselor dan terapis di Biro Konsultasi Westaria, Anggia Chrisanti hal ini mungkin saja terjadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kegiatan selingkuh terkait dengan perilaku seseorang yang sangat dipengaruhi oleh karakternya. Karakter seseorang tidak serta merta terbentuk begitu saja, tetapi terbangun sejak kita masih berada dalam kandungan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Children see, children do. Sejak di dalam kandungan, apa yang bayi alami seperti misalnya; apakah ibu dan ayah bertengkar akibat perselingkuhan, akan dirasakan oleh anak meski masih berada di dalam kandungan," ujarnya.
Terlebih jika anak tersebut lahir dan melihat serta merasakan pengalaman perselingkuhan dari orang tua atau lingkungan terdekatnya maka hal itu akan dianggap sebagai sebuah perilaku bagi anak.
Anggia menambahkan untuk mengubah perilaku selingkuh dapat dilakukan lewat emosi. Menurut teori emosi, orang yang melakukan tindakan negatif umumnya didasari oleh emosi yang negatif pula. Oleh karena itu, Anggia menyarankan jika ingin membuat seseorang berhenti melakukan sesuatu maka ubahlah emosinya.
“Misalnya dengan bertanya apa yang kamu rasakan saat berselingkuh? Apa yang terjadi jika kamu berada di posisi pasangan kamu? Apakah orang tua kamu dulu pernah berselingkuh hingga membuat kamu sakit hati? Digali terus emosinya hingga emosi negatif berubah menjadi positif. Ketika emosi sudah positif maka pemahaman menjadi positif, yang mana artinya perilaku juga akan berubah positif,” saran Anggia.
Baca juga: 6 Alasan Kamu Jangan Sampai Selingkuh