Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Populasi kucing liar di Jakarta diperkirakan terus berlipat ganda.
Tingginya kesadaran warga untuk memberi makan membuat kucing liar bereproduksi dengan optimal.
Berbagai komunitas menggelar operasi sterilisasi kucing untuk menekan overpopulasi.
JAKARTA – Kucing liar bisa menjadi masalah di Jakarta. Populasi Felis catus diyakini sejumlah kalangan pencinta hewan terus berlipat ganda saban tahun.
Selama ini, sebagian masyarakat, termasuk kelompok pencinta satwa, membantu kucing jalanan dengan memberi makan. Istilah kerennya, street feeding.
Namun, menurut Carolina Fajar, Head of Operations Let's Adopt Indonesia, memberi makan kucing liar bukan sebuah jawaban untuk masalah kesejahteraan kucing, melainkan dengan sterilisasi kucing. Let's Adopt Indonesia merupakan sebuah organisasi nonprofit yang berfokus membantu hewan seperti kucing dan anjing telantar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sterilisasi kucing di Puskeswan Ragunan, Jakarta, 25 Februari 2022. TEMPO/M. Taufan Rengganis
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Carolina mengatakan pemberian pakan teratur kepada kucing liar justru ibarat menyimpan bom waktu. Sebab, kucing jalanan yang mendapat pakan teratur cenderung memiliki kesehatan dan gizi baik sehingga memaksimalkan fungsi reproduksinya. Walhasil, kucing-kucing jalanan itu terus beranak pinak.
Siklus reproduksi kucing biasanya terjadi empat bulan sekali. Artinya, satu betina bisa beranak tiga kali dalam setahun. Dengan gizi yang terpenuhi lewat street feeding, Carolina mengatakan satu induk bisa melahirkan empat anak. "Dilakukan tiga kali masa kawin setahun dan dikali lagi dengan jumlah kucing liar di jalanan. Bisa banyak sekali pertambahannya," kata Carolina kepada Tempo, kemarin.
Tidak ada angka pasti populasi kucing liar di Jakarta. Tapi kita bisa memperkirakan lewat jumlah rukun tetangga, yaitu 30.417. Dengan taksiran ada sepuluh kucing per RT, paling tidak ada 300 ribuan kucing di jalanan dan gang-gang Ibu Kota. Angka itu akan terus bertambah sehingga pada satu titik akan menjadi masalah, dari penumpukan feses sampai ancaman penyakit toksoplasma—infeksi parasit yang ditemukan pada kotoran kucing.
Menekan Overpopulasi dengan Sterilisasi Kucing
Cara menekan overpopulasi itu dapat dilakukan lewat sterilisasi kucing. Menurut Carolina, baik kucing jantan maupun betina sama-sama wajib dimandulkan. Upaya mengontrol populasi ini juga berdampak positif bagi kesehatan kucing.
Let's Adopt Indonesia secara rutin mensteril kucing liar. Dalam beberapa waktu terakhir, organisasi tersebut melakukan kegiatan sterilisasi di sejumlah wilayah, seperti di Cikunir, Bekasi, dengan jumlah 125 kucing. Lantas di Beji, Depok, mencapai 350 kucing. Berlanjut di Daan Mogot, Tangerang, dengan jumlah 60 kucing serta Sentul, Bogor, dengan jumlah yang hampir sama. Kegiatan-kegiatan tersebut diunggah dalam akun Instagram mereka yang diikuti 54 ribu orang.
Rencananya, pada akhir Juli atau Agustus nanti, Let's Adopt akan menggelar operasi sterilisasi kucing liar di kampus Universitas Indonesia, Depok. Pemilihan lokasi didasarkan pada informasi banyaknya kucing tak bertuan di sana.
Dalam menggelar operasi sterilisasi kucing, Carolina dan kawan-kawan menggandeng komunitas street feeding setempat. Tujuannya agar kucing-kucing mudah mendekat karena sudah terbiasa dengan orang-orang yang sering memberi mereka makan. "Kalau tidak kerja sama, kami akan kesusahan menangkap kucingnya," ujar dia.
Rampung operasi, Carolina dan koleganya akan melepaskan lagi kucing-kucing tersebut ke lokasi semula. Mereka juga menawarkan adopsi kucing yang sudah dimandulkan tersebut.
Carolina mengakui biaya kegiatan sterilisasi massal tidak murah. Beruntung, organisasi Let's Adopt Indonesia punya donatur dari luar negeri. "Bagi yang mau menyumbang, kami terima untuk kegiatan-kegiatan berikutnya," kata dia.
#INFO METRO 4.1.1-Manfaat Sterilisasi Kucing
Kegiatan sterilisasi kucing liar juga dilakukan Agustian, aktivis street feeding yang dikenal lewat akun Instagram @Keepstreetfeeding. Tyan, sapaannya, biasa mengajak komunitas street feeding lain untuk menggelar operasi sterilisasi kucing liar. Kebetulan, Tyan punya kenalan cukup banyak klinik dan dokter hewan sehingga mendapat potongan harga. "Semoga berguna untuk menekan populasi mereka," kata pria berusia 35 tahun itu.
Tyan juga pernah memanfaatkan fasilitas bersubsidi dan sterilisasi gratis dari pemerintah lewat Pusat Kesehatan Hewan Ragunan di Jakarta Selatan. "Tapi kuotanya terbatas," ujar dia.
Kepala Satuan Pelaksana Kesehatan Hewan Puskeswan Ragunan, Ramzi, mengatakan pemilik yang ingin mensterilkan kucingnya dengan cuma-cuma perlu mendaftar di Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian. "Setelah terdaftar, baru dibawa ke Puskeswan Ragunan," ujarnya. Layanan ini khusus kucing kampung alias lokal. Sementara itu, kucing ras dan campuran bisa menjalani sterilisasi di sana dengan biaya Rp 250 ribu di luar biaya pemeriksaan.
INDRA WIJAYA | ANGGI ROPININTA PANGARIBUAN (MAGANG)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo