Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Para Pelacur, Pergilah

Penertiban pelacur di Jakarta, lokasi Blok P sudah bersih, tinggal lokasi Kalijodoh. Para pelacur bila masih tetap menjadi pelacur setelah diseleksi akan dilokalisir di Kramat Tunggak. (kt)

17 Maret 1979 | 00.00 WIB

Para Pelacur, Pergilah
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
PELACUR di berbagai tempat di Jakarta gelisah. Akhir-akhir ini petugas keamanan dan ketertiban (Kamtib) masing-masing wilayah Walikota gencar menertibkan mereka. Alasan yang dikemukakan para petugas: tempat-tempat pelacur itu adalah bangunan liar. Misalnya di Blok P Kebayoran Baru. Tempat pelacuran di sana letaknya persis di tepi kali. Pemerintah DKI bertekad menjadikan daerah demikian bersih dari segala macam bangunan. Maklum banjir selalu mengancam. Pengobrak-abrikan pelacur di tempat tersebut, menurut para petugas berjalan tertib. "Buktinya para pemilik sendirilah yang membongkar bangunan-bangunan yang ada di sana," kata salah seorang dari mereka. Namun, sementara pelacur Kebayoran Baru Jakarta Selatan sudah angkat kaki, tak demikian halnya pelacur di daerah Kalijodoh Jakarta Utara. Rabu malam pekan lalu mereka masih tetap menunggu tamu. Dan suasanapun masih menampakkan cirinya yang khas: antaranya terdengar jreng-jreng gitar orang ngamen. Damaikah mereka? Tidak. Pos Kota awal pekan lalu menulis bahwa pembongkaran tempat pelacuran Kalijodoh bisa ditangguhkan oleh Kamtib Jakarta Utara, tapi dengan syarat penghuninya mau memberi imbalan Rp 1 juta. Artinya para pelacur lewat germonya masing-masing harus berpikir sanggupkah mengumpulkan iuran memenuhi persyaratan tadi. Kalau tidak, tentu saja mereka pun harus hijrah dari sana. Benar atau tidak, para penghuni Kalijodoh mencoba cari jalan mereka menyampaikan nasib mereka kepada Fraksi PDI di DPRD DKI Jaya, sebagaimana dikatakan sekretaris fraksi tersebut S. Butar-butar kepada Karni Ilyas dari TEMPO. Tapi fraksi PDI, sebagaimana dikatakan S. Butar-butar pula, "tetap mem-back policy Pemerintah Daerah untuk melokalisir WTS di Kramat Tunggak, kalau tidak bisa memberantasnya sama sekali." Adakah niat memberantas itu? Tentu. Tapi masalahnya "sebanyak pelacur yang dipulangkan, sebanyak itu pula yang datang," kata Kepala Dinas Sosial drs Ahmad Thoha. Maksudnya, tiap kali pelacur dirajia, atau "dikembalikan" ke masyarakat lewat satu pendidikan mental dan berbagai ketrampilan, pada saat yang sama datang pula pelacur baru. Pusat pendidikan yang bisa dilalui pelacur sebelum "kembali ke masyarakat" ada di Pasar Rebo Jakarta Timur. Ada juga hasilnya. Sejumlah bekas pelacur belakangan banyak juga yang berumahtangga dengan kaum transmigran bekas gelandangan yang kini tersebar di berbagai pulau di luar Jawa. Tapi yang gagal dari Pasar Rebo terang ada. Ahmad Thoha pun mengatakan bahwa Kramat Tunggak' di Jakarta Utara disediakan sebagai lokalisasi pelacur, untuk mereka yang setelah diseleksi masih tetap akan menjadi pelacur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus