Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Pasukan yang rapi dan berbau wangi

Tentara-tentara wanita di berbagai negara. pemerintah belanda mempersiapkan tentara wanitanya ke garis depan, membuka pendaftaran pasukan tempur wanita.

15 Agustus 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BELANDA melanggar tabu," tulis Joseph Fitchest dalam International Herald Tribune. Bulan September ini akan ada pendaftaran pasukan tempur wanita di Belanda. Inilah yang mengundang perhatian internasional. Menurut rencana, yang memenuhi persyaratan sebagai kadet, bakal dimasukkan skuadron pesawat tempur 1983. Di kalangan Barat, keputusan Belanda itu bisa dianggap gila-gilaan. Sejak zaman Lysistrata, 2000 tahun van lalu. wanita Barat memang terkenal antiperang. Atau katakanlah, jauh dari urusan perang. Ingat saja tatkala perang salib berkobar. Bagi para istri bahkan telah diciptakan kunci-kunci besi penutup "itu", agar mereka tidak menyeleweng. Padahal, "asal mendapat perintah, saya pun yakin dapat membunuh," kata Kapten Yvonne Mullender. "Oleh sebab itulah saya masuk tentara," tambah kepala unit angkutan tempur Belanda itu. Sejak semua bidang kemiliteran Belanda dibuka untuk wanita, Kapten Yvonne yang memang berasal dari keluarga tentara, mendapatkan jabatan tersebut. Ia yakin para pemudi Belanda pada umumnya amat bersemangat menyambut persamaan tugas militer ini. Mereka, kaum Hawa yang masuk ketentaraan itu, mengatakan motif utamanya adalah semangat patriotis, keinginan bertualang dan mendapat bayaran tinggi. Meskipun hanya 1.000 prajurit wanita saja yang diperlukan, banyak pejabat tinggi Belanda yang mengkhawatirkan hal itu akan membawa problim moral. Bayangkan saja, bagaimana kalau serdadu-serdadu pria dan wanita harus berbagi tempat di lubang-lubang perlindungan. Atau sama-sama tersuruk di geladak-geladak kapal perang. Tetapi kenyataannya Angkatan Laut Belanda bahkan sudah melepaskan pasukan-pasukan wanitanya ke laut. Dewasa ini tak kurang dari 20 prajurit wanita bertugas pada kapal HNMS Zuiderkruis, di Laut Utara. Padahal kapal suplai ini bisa menjadi sasaran pertama musuh kalau tiba-tiba pecah perang. Dalam program ini Belanda dibantu Amerika Serikat yang menyumbangkan ahli-ahli perangnya sebagai penasihat. Di negeri Paman Sam itu sendiri ada 165.000 prajurit wanita. Atau 8% dari seluruh anggota angkatan bersenjata AS. Tetapi hanya seperlima dari jumlah itu tercatat sebagai angkatan tempur -- dan tentu saja tertutup sama sekali buat wanita. Dan jangan kaget, tak sedikit prajurit wanita AS dipecat lantaran terlibat lesbian. Sungguh berbeda dengan Negeri Belanda yang mentolerir homoseksual. Bahkan rambut gondrong sampai pundak pun boleh dimiliki para prajurit pria. Hal ini mungkin terpaksa dibebaskan, mengingat semakin menyusutnya tenaga laki-laki di Nederland. Sebenarnya itu pula yang menjadi alasan ditariknya wanita-wanita ke pertempuran. Dan bukannya tanpa pertimbangan. Sebuah laporan NATO baru-baru ini mengatakan, "Meskipun kaum wanita lebih lemah dari pria, yakni hanya 55% kekuatan otot dan 47% kemampuan mempertahankan diri, dibanding kekuatan dan daya tahan pria, persenjataan dan sistem perang telah makin sempurna. Intelektual telah menggantikan tenaga-tenaga brutal." Tambahan lagi, untuk sementara ini, wanita yang berminat menjadi tentara sedikit. Dengan begitu boleh diharap yang sedikit itu memang serius. Tambahan lagi ada pula faktor lain, yang rupanya dianggap menguntungkan. "Wanita cenderung lebih cepat mantap jiwanya, lebih berpendidikan dan tak banyak melanggar disiplin," tulis laporan NATO itu. Tetapi rencana untuk menyatukan wanita sepenuhnya ke dalam militer, masih mengundang debat sengit. Masalahnya, dari "apakah seorang wanita bisa menghunus bayonet" hingga "keperluan tembok pemisah transparan di kantor tempat wanita bekerja dengan pria." Entah mengapa hal terakhir itu dipersoalkan benar. Di kantor-kantor, toh, pria-wanita bekerja dalam satu ruang tanpa tembok pemisah. Tapi yang menentang program "wanita masuk tentara" mempunyai kekhawatiran pokok. "Jangan-jangan justru memperlemah mutu perang tentara Belanda, yangselama ini terkenal profesional," katanya. Kalangan perencana militer pun curiga: "Ini cuma muslihat politis untuk melunakkan kelompok feminis." Kemungkinan itu memang tidak tertutup. Di banyak negara Barat, mengerahkan wanita untuk bertempur memang dianggap pamali. Toh, Pemerintah Belanda tidak tanggung-tanggung mengeluarkan biaya ekstra untuk angkatan baru ini.Misalnya ransel yang tidak membahayakan tetek, akan segera diciptakan. Juga perlengkapan binatu khusus buat pakaian seragam mereka. Ternyata, meski mereka telah menjadi tentara, kodrat Hawa tetap saja melekat. Berdasar serangkaian wawancara, ternyata mereka tetap memerlukan baju yang lebih rapi dan wangi. Entah, kalau sudah perang betulan. Ada keberatan satu lagi. "Kalau seorang wanita terluka, akan lebih menurunkan semangat rekan seregunya ketimbang jika seorang laki-laki tertembak," kata seorang pejabat Belanda mengutip pendapat ahli-ahli perang Israel. Di Israel sendiri, wajib milisi bagi kaum Hawa berlangsung besarbesaran. Tetapi mereka percaya, mengerahkan wanita ke medan perang bisa membawa malapetaka. Maka tak seorang cewek pun boleh menyandang bedil di front. Padahal pernah juga pasukan-pasukan cewek Israel itu kena berondong peluru Arab -- peluru betulan, nih. Sebetulnya Belanda bukan negara pertama di Eropa yang mempersiapkan tentara wanitanya ke garis depan. Dulu, kaum Bolshevik di Rusia mempersenjatai wanitanya dalam Perang Dunia I. Kini meskipun belum ada pertempuran lagi, Belanda sudah mengadakan berbagai macam gladi resik. Tujuannya untuk mendapatkan data, seberapa jauh kekuatan kaum Hawa pantas diandalkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus