Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sterilisasi ala DKI

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengklaim telah berupaya menekan populasi kucing liar. Pusat Kesehatan Hewan Ragunan menggelar hingga 30 sterilisasi kucing liar setiap hari. 

25 Juni 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pemeriksaan gigi dan mulut kucing di halaman Kantor Kelurahan Menteng, Jakarta, 14 Juni 2022. ANTARA/Muhammad Adimaja

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Dinas KPKP DKI Jakarta mengklaim telah menjalin kerja sama dengan sejumlah lembaga untuk genjot sterilisasi kucing liar.

  • Pemprov DKI berharap sterilisasi sukses menekan populasi kucing liar.

  • Pemprov DKI diharapkan menggandeng kerja sama dengan lebih banyak komunitas untuk menyukseskan sterilisasi kucing liar.

JAKARTA – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berupaya menekan overpopulasi lewat sterilisasi kucing liar. Lewat Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP), mereka menyiapkan strategi, termasuk bekerja sama dengan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) cabang DKI Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kolaborasi tersebut berbuah kegiatan sterilisasi kucing gratis dengan target 2.896 ekor. “Target tersebut sebagian besar kami prioritaskan bagi kucing tak berpemilik,” kata Kepala Dinas KPKP, Suharini Eliawati, kepada Tempo, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Suharini, sterilisasi kucing liar sejatinya rutin dilakukan Dinas KPKP saban tahun dengan melibatkan perhimpunan dokter hewan serta komunitas peduli satwa. Pada Senin lalu, Dinas KPKP menggelar kegiatan sterilisasi dan vaksin rabies gratis untuk kucing di Tanjung Duren, Jakarta Barat. Sebanyak 250 ekor kucing disteril dan 500 ekor kucing divaksin rabies. Dalam kegiatan tersebut, Dinas KPKP bekerja sama dengan komunitas Pecinta Kucing Tangerang (Peta Cinta) untuk mengakomodasi kucing-kucing yang akan mendapat vaksin dan sterilisasi.

Suharini mengatakan sterilisasi bisa mengendalikan populasi kucing liar di Ibu Kota. “Harapan kami, kegiatan ini dapat dilakukan secara bersama antara masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya,” ujarnya.

Selter bagi kucing telantar di Taman Kucing Puskeswan Ragunan, Jakarta, 26 Februari 2022. TEMPO/M. Taufan Rengganis

Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Ragunan di Jakarta Selatan juga menggelar sterilisasi kucing secara gratis dan rutin. Kepala Satuan Pelaksana Kesehatan Hewan Puskeswan Ragunan, Ramzi, mengatakan setidaknya terdapat 20-30 ekor kucing liar yang dimandulkan saban hari.

Kucing-kucing tersebut, kata Ramzi, merupakan hasil tangkapan petugas Dinas KPKP. Sebelum dioperasi, kucing-kucing liar itu dipantau kesehatannya di selter Puskeswan. “Karena biasanya memiliki penyakit kulit, malnutrisi, hingga suspek virus. Jadi, harus dipulihkan lebih dulu,” kata Ramzi.

Setelah kondisi kucing dianggap baik, barulah sterilisasi dapat dilakukan. Mereka butuh tujuh hari pemulihan pasca-operasi minor tersebut. Selanjutnya, kucing akan dipantau lagi selama dua pekan. Jika kondisi sudah sepenuhnya pulih, kucing tersebut dimasukkan daftar adopsi.

Masyarakat yang ingin mengadopsi kucing-kucing tersebut wajib memenuhi sejumlah persyaratan. Dari kepemilikan KTP Jakarta hingga tinggal di rumah yang cukup luas bagi kucing. Petugas juga akan memberikan edukasi ihwal pemeliharaan kucing. “Kami berikan vaksinasi gratis bagi yang mengadopsi kucing liar,” kata dia.

Head of Operations Let’s Adopt Indonesia, Carolina Fajar, menyambut baik program sterilisasi dan adopsi kucing liar ala pemerintah DKI tersebut. Sebab, kedua kegiatan itu sama persis dengan kampanye Let's Adopt—lembaga nirlaba yang membantu hewan telantar.

Menurut Carolina, sterilisasi kucing liar menjadi solusi jitu untuk menjaga populasi satwa tersebut. Banyaknya jumlah kucing jalanan bisa menimbulkan sejumlah masalah dengan manusia, dari penumpukan feses hingga ancaman penyakit toksoplasma—parasit pada kotoran kucing. Dia berharap pemerintah DKI Jakarta menggandeng berbagai komunitas dalam program sterilisasi kucing liar. “Karena akan memberikan dampak yang sangat besar,” ujar Carolina.

INDRA WIJAYA | ANGGI ROPININTA PANGARIBUAN (MAGANG)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus