Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Investigasi Kasus KIPI Sulit

Ada banyak kasus kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) vaksin Covid-19. Wawancara dengan Ketua Komisi Nasional KIPI yang mengaku kesulitan menginvestigasi beragam kasus efek vaksin karena ketiadaan data.

25 September 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Vaksin Covid-19 membuat efek kesehatan setelah disuntikkan.

  • Bagaimana Komnas KIPI menangani beragam dampak vaksinasi?

  • Sejauh mana pemerintah mengantisipasi dan menanganinya?

ADA beragam reaksi dan efek yang dirasakan masyarakat setelah menerima suntikan vaksin Covid-19 di sejumlah daerah. Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) menerima puluhan ribu aduan mengenai efek vaksin virus corona. Ada yang sakit ringan, lumpuh, bahkan meninggal setelah menerima suntikan vaksin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bagaimana antisipasi pemerintah dalam menangani KIPI dalam program nasional vaksinasi Covid-19? Dalam wawancara dengan Tempo secara online pada Kamis, 23 September lalu, Ketua Komnas KIPI Hinky Hindra Irawan Satari menyatakan sejumlah kejadian setelah vaksinasi tak terkait dengan pemberian vaksin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Apa respons Komnas KIPI atas berbagai kasus efek akibat vaksin Covid-19?

Kami tim independen, bukan pegawai Kementerian Kesehatan. Tugas kami mengkaji dan mengecek data dan bukti ilmiah terkait dengan efek vaksinasi, lalu memberikan rekomendasi kepada Kementerian. Jika datanya lengkap, kami akan bekerja cepat. Namun kami sering berhadapan dengan kasus yang tak ditunjang dengan data yang lengkap. Itu yang memperlambat.

Kami mewawancarai pasien KIPI dan mereka mengungkapkan tak ada petugas otoritas kesehatan yang datang untuk mendata dan menyelidiki kasusnya. Bagaimana penjelasan Anda?

Kementerian Kesehatan yang melaksanakan program pelacakan dan investigasi kasus KIPI. Petugas puskesmas menjadi garda terdepan, kemudian disupervisi oleh dinas kesehatan dari tingkat kabupaten/kota sampai berjenjang di tingkat provinsi serta pusat.

Apakah kelambanan merespons KIPI karena sulitnya mencari keterkaitan antara efek dan vaksin Covid-19?

Proses investigasi memang sulit dan tak bisa instan. Kami memeriksa semua rekam medis yang relevan dengan pasien. Dalam kasus almarhum Trio Fauqi Virdaus di Jakarta Timur, kami perlu waktu menyiapkan peralatan dan proses forensik mengautopsi jenazah. Setelah diautopsi memang tidak ditemukan penyakit, tapi tidak lantas kematian itu karena vaksin. Perlu dicari benang merahnya. Saya menghormati pendapat keluarga, tapi tak bisa serta-merta mengatakan bahwa kematian karena disuntik vaksin. Tak ada bukti.

Sejumlah pasien dan keluarganya tak puas dengan cara pemerintah menangani KIPI vaksin Covid-19. Apa tanggapan Anda?

Saya memahami bila ada pasien dan keluarga tak puas. Kami mohon maaf, tapi itulah keterbatasan ilmu dan kemampuan manusia. Kami tak berniat menutupi temuan dan hasil investigasi.

Ke mana masyarakat melapor jika mengalami efek vaksinasi?

Di kartu vaksinasi ada nomor telepon yang bisa dihubungi. Silakan mengontak nomor tersebut untuk mendapatkan penanganan. Bisa juga menghubungi puskesmas terdekat karena petugas puskesmas berada di level terdepan untuk menyelidiki. Namun masyarakat itu ada yang melapor, tapi ada juga yang tidak ketika mengalami gejala. Petugas pun ada yang tanggap dan lamban ketika ada laporan yang masuk.

Seberapa banyak laporan yang Anda terima terkait dengan efek vaksin Covid-19?

Ada sekitar 10 ribu dalam skala yang ringan atau nonserius. Sementara itu, yang serius mencapai ratusan, puluhan di antaranya meninggal. Tapi itu tidak terkait dengan vaksinasi karena ada penyakit penyerta, seperti autoimun, diabetes, dan jantung. Laporan itu datang dari semua daerah di Indonesia.

Tidakkah itu jumlah yang banyak untuk sebuah kasus ikutan setelah imunisasi?

Kondisi di luar negeri juga tak berbeda jauh. Angka laporan KIPI yang masuk sejauh ini masih lebih rendah dari jumlah kasus yang terpantau ketika uji klinis vaksin, sehingga kami menyatakan vaksinasi masih aman.

Ada produsen vaksin yang meminta dibebaskan dari tanggung jawab terhadap efek vaksin. Bagaimana menurut Anda?

Produsen vaksin Covid-19 memang ada yang menggunakan platform baru, seperti m-RNA. Mereka merasa ini vaksin baru sehingga meminta dibebaskan jika ada yang mau appeal. Badan Pengawas Obat dan Makanan tentu sudah mengkaji ini sebelum mengeluarkan izin penggunaan darurat untuk beberapa merek vaksin dengan platform baru.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Raymundus Rikang

Raymundus Rikang

Menjadi jurnalis Tempo sejak April 2014 dan kini sebagai redaktur di Desk Nasional majalah Tempo. Bagian dari tim penulis artikel “Hanya Api Semata Api” yang meraih penghargaan Adinegoro 2020. Alumni Universitas Atma Jaya Yogyakarta bidang kajian media dan jurnalisme. Mengikuti International Visitor Leadership Program (IVLP) "Edward R. Murrow Program for Journalists" dari US Department of State pada 2018 di Amerika Serikat untuk belajar soal demokrasi dan kebebasan informasi.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus