Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Terimpit Frekuensi Sempit

Era pemanfaatan jaringan 5G dimulai. Masih terhambat terbatasnya spektrum frekuensi dan ekosistem digital. 

25 September 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Tiga operator mulai memasarkan layanan Internet 5G.

  • Pemerintah menata ulang spektrum frekuensi untuk menyokong industri telekomunikasi.

  • Pengembangan teknologi tak sekadar penyediaan infrastruktur.

DIUJI coba sejak 2017, layanan jaringan Internet generasi kelima alias 5G mulai menyala tahun ini. Sejak Mei sampai Agustus lalu, berturut-turut tiga operator seluler, yakni Telkomsel, Indosat Ooredoo, dan XL Axiata, mengantongi surat keterangan laik operasi. Teknologi jaringan 5G pun mulai beroperasi secara komersial. “Walaupun masih di limited area,” kata Adis Alifiawan, Kamis, 23 September lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Adis, Kepala Subdirektorat Penataan Alokasi Spektrum Dinas Tetap dan Bergerak Darat, adalah anggota Gugus Tugas 5G, tim yang dibentuk Kementerian Komunikasi dan Informatika pada 2019. Empat tahun sebelumnya, pemerintah membentuk Indonesia 5G Forum. Kala itu, teknologi 5G telah diramalkan bakal digandrungi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi 5G diklaim mampu menyediakan layanan data 20 kali lebih cepat dibanding 4G, generasi existing yang menghasilkan kecepatan unduh antara 10 megabit per detik dan 1 gigabit per detik. Kecepatan itulah yang memungkinkan adanya pemanfaatan Internet untuk segala hal (Internet of things/IOT).

Empat tahun terakhir, Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menggelar 12 uji coba jaringan 5G bersama lima operator seluler di Indonesia. Penyelenggaraan Asian Games Jakarta pada 2018 menjadi wadah uji coba yang monumental. Dilakoni Telkomsel, uji coba ini menghadirkan berbagai contoh pemanfaatan 5G, dari aplikasi, realitas virtual, hingga kendaraan nirawak. "Untuk menunjukkan experience 5G ini bukan cuma smartphone," ucap Adis.

Tugas Adis dan Gugus Tugas 5G belum kelar. Mereka kudu menata ulang (refarming) spektrum frekuensi radio 2,3 gigahertz sembilan kluster sejak pertengahan Juli lalu. Penataan ulang ini diperlukan untuk meningkatkan kualitas konektivitas digital lewat layanan seluler. “Minggu depan kami bereskan,” ujarnya. “Harapannya, bulan depan dan seterusnya akan muncul lebih banyak 5G komersial.”

Penataan frekuensi hanya satu dari lima aspek yang menjadi tantangan untuk menggenjot pemanfaatan 5G di Indonesia. Empat aspek lain yang menjadi fokus kerja Gugus Tugas 5G adalah penyusunan regulasi, kajian model bisnis, penyiapan infrastruktur, serta pengembangan ekosistem, talenta, dan perangkat penunjang. Semuanya tengah digodok dalam peta jalan 5G 2021-2024 yang ditargetkan mulai bergulir tahun depan.

Namun ketersediaan spektrum frekuensi radio memang menjadi bagian paling menantang. Padahal, dalam aspek teknis, inilah kebutuhan utama penyedia layanan 5G. Saat ini hanya tersedia spektrum selebar 425 megahertz (MHz) untuk pengembangan mobile broadband yang dilakoni banyak operator telekomunikasi.

Sejauh ini, menurut anggota staf khusus Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dedy Permadi, penataan spektrum membutuhkan kebijakan transisi. “Lantaran beberapa pita frekuensi yang menjadi target masih digunakan penyedia layanan selain layanan seluler,” kata Dedy, Jumat, 24 September lalu.

Penataan ulang frekuensi radio yang telah terpakai itu biasa dikenal dengan istilah refarming. Lantaran refarming tak mudah, Kementerian Komunikasi juga menggeber farming atau menambah frekuensi yang siap dipakai lantaran lowong alias tak ada penggunanya.

Peluncuran Telkomsel 5G di Jakarta, 27 Mei 2021. Tempo/Tony Hartawan

Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny Gerard Plate menyatakan telah membebaskan spektrum frekuensi sebesar 90 MHz untuk layanan seluler sehingga total ada tambahan 120 MHz yang bisa dipakai tahun ini. Kementerian juga berencana menambah frekuensi Internet bergerak 1.000 MHz tahun depan. Targetnya, pada 2024, kebijakan farming dan refarming bisa menyediakan tambahan spektrum frekuensi sebesar 1.310 MHz. "Upaya menambah pasokan spektrum frekuensi radio juga terus dilakukan," tutur Johnny, Jumat, 23 September lalu.

Frekuensi pada spektrum 700 MHz yang selama ini digunakan televisi analog menjadi salah satu target penataan ulang. Frekuensi itu bakal dimanfaatkan untuk jaringan 5G setelah penyelenggaraan televisi digital dijalankan sepenuhnya atau pemberlakuan analog switch-off pada 2 November 2022.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia Merza Fachys menilai diperlukan waktu cukup lama untuk bisa menghadirkan teknologi 5G yang optimal di tengah masyarakat. Mengingat trafik 5G sangat besar, penataan ulang tak hanya diperlukan terhadap spektrum frekuensi, tapi juga terhadap jaringan penghubung antara menara base transceiver station (BTS) dan sentra-sentra operator yang akan terhubung ke Internet.

Proses membangun fiber optik ke semua BTS juga bakal memakan waktu. "Kalau nanti sudah lebih banyak terhubung dengan fiber optik, 5G bisa ada di mana-mana," ucap Merza, Jumat, 24 September lalu.

Ketika jaringan 5G sudah makin luas, Merza menambahkan, masyarakat juga perlu didorong agar memanfaatkannya untuk kegiatan produktif. Teknologi 5G bukan cuma soal membangun infrastruktur dan koneksi Internet supercepat, tapi juga menyokong tumbuhnya ekosistem digital. "Para pelaku IOT sekarang cukup gencar mengembangkan aplikasi," ujar Merza, yang juga menjabat Direktur Utama Smartfren.

Ketua Umum Asosiasi Internet of Things Indonesia Teguh Prasetya berpendapat senada. Dia mengingatkan besarnya keunggulan 5G untuk menyokong transformasi industri di era digital. Teknologi 5G, dia menerangkan, sudah bisa melayani konektivitas masif dan real-time serta mendukung pengembangan mobile IOT dan broadband. Empat hal itu diperlukan untuk menerapkan IOT di sektor manufaktur. "Ini nantinya bisa mendukung langkah pemerintah melakukan efisiensi industri dan mentransformasikan industri ke digital," kata Teguh. Untuk mendukung hal itu, dia juga berharap pemerintah menyediakan regulasi yang ramah terhadap pengembangan IOT.

Menteri Johnny memastikan akan mengakselerasi pemerataan jangkauan jaringan 5G, juga pengembangan pemanfaatannya agar lebih bervariasi untuk mendukung otomasi industri. Modernisasi regulasi akan dilakukan agar industri lebih fleksibel dan lincah mengadopsi teknologi 5G. "Agar pengembangan 5G memiliki arah kebijakan yang jelas bagi industri guna mendukung agenda transformasi digital nasional," ujarnya.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Aisha Shaidra

Aisha Shaidra

Bergabung di Tempo sejak April 2013. Menulis gaya hidup dan tokoh untuk Koran Tempo dan Tempo.co. Kini, meliput isu ekonomi dan bisnis di majalah Tempo. Bagian dari tim penulis liputan “Jalan Pedang Dai Kampung” yang meraih penghargaan Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020. Lulusan Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus