Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Vale Indonesia Tbk. buka suara ihwal isu dirty nickel atau praktik pertambangan nikel tak ramah lingkungan yang dituduhkan pada industri pengolahan komoditas itu di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Presiden Direktur sekaligus Chief Executive Officer Vale, Febriany Eddy menyatakan perusahaan di bidang pertambangan dan pengolahan nikel yang dipimpinnya ini berkomitmen untuk berkontribusi terhadap pembangunan Indonesia yang berkelanjutan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengatakan, tudingan mengenai dirty nickel tidak berdasar, terutama karena Vale sudah memiliki rekam jejak praktik pertambangan dan pengolahan nikel berkelanjutan selama lebih dari 50 tahun.
“Kita sudah punya track record lebih dari lima dekade. Tuduhan dirty nickel pertama yaitu (soal) high carbon yang menggunakan batu bara, tadi sudah disampaikan kita punya proses melting (yang) 100 persen menggunakan PLTA, jadi itu satu counter kita,” kata Febriany dalam pemaparan kinerja perusahaan pada publik yang diselenggarakan Bursa Efek Indonesia secara virtual pada Senin, 26 Agustus 2024.
Lebih lanjut, Febriany juga menyampaikan argumen bantahan mengenai kondisi keselamatan kerja yang tidak baik dan pelanggaran kesejahteraan pekerja di industri nikel. “Saya rasa di PT Vale statistik keselamatan kerja kami sangat baik, bisa dilihat, dan itu track record-nya sudah jelas,” tutur dia.
Selain itu, praktik pertambangan nikel di Indonesia juga sempat disebut menjadi penyebab utama deforestasi dan pencemaran air. Ia menyampaikan, perusahaan berkode saham INCO ini sudah melakukan upaya reforestasi di wilayah sekitar pertambangan.
“Kemudian juga (tuduhan) deforestasi, kita sudah melakukan bahkan reforestasi di luar konsesi ya, total mencapai 250 persen dari (lahan) yang kita buka,” kata Febriany.
Ihwal tudingan air limpasan tambang yang mengotori sungai dan laut sekitar, Febriany mengatakan bahwa Vale bisa membuktikan pengelolaan air limpasan tambang sudah sesuai prosedur. “Kita bisa buktikan bahwa air limpasan tambang di Sorowako sudah dikelola sesuai dengan baku mutu, baru (setelahnya) kita lepas ke badan air." Menurut dia, Danau Matano yang bersebelahan dengan lokasi tambang Vale tetap bisa terjaga kualitas airnya.
“Jadi ini beberapa contoh yang cukup solid dengan track record (dan) konsistensi kita (selama) lima dekade, (track record Vale) membuktikan bahwa tuduhan dirty nickel itu tidak sesuai untuk PT Vale Indonesia,” tutur dia.
Adapun ihwal kelanjutan praktik pertambangan usai pergantian pemerintahan dalam waktu dekat, Febriany menekankan bahwa PT Vale akan tetap fokus mengembangkan proyek-proyek pertambangan nikel yang sudah disetujui oleh investor dan pihak terlibat.
Pada Oktober mendatang, pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi akan segera digantikan oleh Presiden Terpilih Prabowo Subianto. Selama masa kepresidenannya, Jokowi terus menggenjot program hilirisasi terhadap bahan-bahan mineral, terutama nikel.
Febriany mengatakan, berdasarkan narasi yang ada, pemerintah selanjutnya akan tetap fokus pada hilirisasi. “Jadi dengan begini tidak ada perubahan fundamental dari strategi bisnis PT Vale, kita akan fokus untuk terus melaksanakan proyek-proyek pengembangan tadi yang sudah disetujui oleh pemegang saham kita,” kata dia.
Sebagai informasi tambahan, perusahaan nikel PT Vale telah membukukan laba sebesar US$ 31,1 juta pada triwulan II tahun 2024, meningkat signifikan dari triwulan sebelumnya. Direktur Independen dan Chief Financial Officer Vale Rizky Putra mengatakan, laba ini muncul setelah memperhitungkan kerugian yang belum terealisasi sebesar US$ 6,1 juta atas pengakuan nilai wajar aset derivatif atau hak partisipasi dalam investasi perusahaan di PT Kolaka Nickel Indonesia.
“Meskipun adanya tantangan industri, perseroan mampu menghasilkan EBITDA positif sebesar US$ 72,4 juta, menandai peningkatan 38 persen dibandingkan triwulan sebelumnya karena pendapatan yang lebih tinggi dan biaya pendapatan yang lebih rendah,” kata Rizky.
Ia menggarisbawahi penyesuaian harga derivatif adalah kerugian yang tidak terealisasi yang bersifat non-operasional. “Oleh karena itu, jika dinormalisasi, kami mencatat laba sebesar US$ 35,9 juta pada triwulan II tahun 2024, lebih tinggi 122 persen dibandingkan dengan laba pada triwulan sebelumnya,” ucapnya.
Sementara itu, kas dan setara kas perusahaan meningkat menjadi US$ 832,1 juta pada 30 Juni 2024. Angka ini mengalami kenaikan dari sebelumnya US$ 730,8 juta pada 31 Maret 2024. Selain itu, PT Vale juga mengeluarkan belanja modal sekitar US$ 61,0 juta pada triwulan ini, meningkat dari US$ 57,4 juta pada triwulan pertama.