Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pengelola perkantoran di Ibu Kota harus bisa menyesuaikan diri dengan perubahan pola kerja masyarakat urban.
Pandemi membuat pola kerja masyarakat urban berubah.
Ketersediaan gedung perkantoran di Jakarta sangat melimpah.
JAKARTA – Pengamat properti, Panangian Simanungkalit, memprediksi sepinya gedung perkantoran dan pusat belanja tak akan permanen. Kondisi ini terjadi karena masyarakat memang tengah menyesuaikan diri dengan situasi. “Saat ini kan masih kondisi pandemi,” kata dia, kemarin. "Berkurangnya jumlah penyewa kantor itu hanya masalah efisiensi keuangan."
Panangian memperkirakan ketersediaan gedung perkantoran yang melimpah saat ini bakal terserap dalam beberapa tahun mendatang. Ia optimistis perekonomian akan tumbuh setelah krisis ini bisa dilewati. “Nanti juga perkantoran akan kembali ramai seiring dengan masuknya investasi dan pengembangan bisnis,” kata dia. "Pemilik gedung memang harus bersabar dulu."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejumlah karyawan bekerja di salah satu kantor di Jakarta, 7 Agustus 2020. Tempo/Tony Hartawan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Begitu pula dengan pusat belanja. Panangian yakin mal dan pusat belanja akan ramai setelah pandemi bisa sepenuhnya dikendalikan. Sebab, pusat belanja sudah menjadi bagian gaya hidup masyarakat urban.
Menurut dia, bisa saja kehadiran toko daring mengancam pusat belanja. Tapi, dari sisi hiburan, mal tetap akan menjadi pilihan utama. "Ibarat rumah kos di dekat kampus, tidak akan pernah sepi. Hanya penyewanya yang berganti," kata Panangian. Ia memprediksi pusat belanja akan kembali berjaya. Namun kemungkinan besar akan lebih didominasi usaha semacam restoran dan tempat hiburan.
Ahli tata kota, Yayat Supriatna, mengatakan kondisi pandemi membuat para pekerja kantoran beralih bekerja dari rumah. Faktanya, kebiasaan baru ini diterima oleh pekerja dan perusahaan lantaran dianggap lebih efisien. Karena itu, ia menyarankan agar pengelola gedung lebih kreatif memanfaatkan ruang perkantoran kosong. Salah satunya menyediakan ruang kerja yang memiliki suasana ruangan lebih menarik. "Sudah saatnya kantor dibuat menjadi lebih nyaman seperti kafe," kata Yayat.
Yayat mencontohkan konsep co-working space yang menjadi idaman kaum milenial. Perubahan ini menuntut pengelola gedung menyingkirkan pakem lama, yakni hanya memperbolehkan akses masuk gedung untuk pegawai di kantor tersebut. "Jadi, semua orang bisa masuk ke gedung kantor. Atau semua orang bisa berpindah dari satu gedung ke gedung lainnya," kata Yayat.
Yayat optimistis beragamnya pilihan kantor modern akan meningkatkan semangat para pekerja untuk kembali bekerja dari kantor. Sebab, meski diuntungkan bekerja dari rumah, potensi kejenuhan masih bisa menghantui. "Sebagai makhluk sosial, manusia butuh berinteraksi dengan orang lain. Kantor modern ini dianggap lebih menarik dan aman," kata dia.
Sebelumnya, sejumlah pusat belanja kondang di Jakarta, seperti Mal Ambassador, kawasan Blok M, Plaza Senayan, Plaza Semanggi, dan Kuningan City, dikabarkan sepi peminat.
Selain pusat belanja, sejumlah gedung perkantoran di wilayah strategis, seperti di Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan H.R. Rasuna Said, dikabarkan kehilangan sejumlah penyewa. Salah satu indikatornya adalah kosongnya papan nama daftar penyewa yang terpampang di depan gedung-gedung perkantoran tersebut.
INDRA WIJAYA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo