Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KEPUTUSAN itu cepat diambil Presiden Lembaga Riset Indonesia Johan O. Silalahi: melompat dari kubu Yudhoyono ke Jusuf Kalla. Lima tahun lalu, Johan adalah Direktur Advokasi Blora Center—salah satu tim sukses Yudhoyono. Tiga tahun setelah itu ia mendirikan Lembaga Riset Indonesia, juga untuk memuluskan Yudhoyono menjadi presiden 20092014.
Alihalih mendapat posisi yang strategis, lembaga riset yang didirikan Johan malah tak dihitung dalam tim sukses Yudhoyono. Sebagai konsultan politik, Yudhoyono menggamit Fox Indonesia, lembaga yang baru setahun didirikan. Dalam pemilu legislatif lalu, Fox menjadi tulang punggung Partai Demokrat. Menjelang pemilu presiden Juli nanti, lembaga ini juga memainkan peranan.
Johan lantas banting setir. Kepada Kalla, ia menawarkan keahliannya. Ia mengaku tak meminta imbalan apaapa kecuali, ”Akses untuk bisa menelepon dan menemui dia kapan saja,” kata Johan kepada Tempo, Kamis pekan lalu.
Kalla mengangguk dan Johan merancang strategi. Ia membuat iklan testimoni yang mengetengahkan sejumlah tokoh masyarakat. Dalam iklan setengah menit itu, masingmasing tokoh bercerita singkat tentang kepemimpinan dan kepedulian Kalla kepada rakyat.
Sejumlah tokoh dihubungi. Kalla sendiri ikut turun tangan. Mereka yang muncul antara lain Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Hasyim Muzadi, bekas Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Syafi’i Ma’arif, bekas Gubernur Jawa Barat Solihin G.P., dan wartawan Kompas Budiarto Shambazy. Menggunakan bendera Johan Foundation, yayasan yang berkantor di Menara Kuningan, Jakarta Selatan, Johan juga mencari donatur ke sanakemari. Kepada Tempo, Budiarto mengaku diminta Kalla muncul dalam iklan itu. ”Jika ada kandidat lain yang meminta, saya juga tak menolak, kok,” kata Budiarto.
Sebagai penggarap advertensi itu, Johan merekrut Ipang Wahid, pembuat iklan terkenal. ”Saya ingin yang terbaik,” katanya. Menurut Johan, iklan ini baru langkah awal. ”Kami menyiapkan perang total”.
Tak hanya menggempur lewat ”serangan udara”, Johan juga menggelar ”serangan darat”. Ia mendekati sejumlah tokoh organisasi kepemudaan dari sejumlah partai untuk menyatakan dukungan kepada Kalla. Kamis pekan lalu, perwakilan dari organisasi Pemuda Panca Marga, Gerakan Pemuda Ka’bah (Partai Persatuan Pembangunan), Barisan Muda Damai Sejahtera (Partai Damai Sejahtera) mendatangi dan menyatakan dukungan kepada Jusuf Kalla. Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Damai Sejahtera secara resmi telah berkoalisi ke kubu Yudhoyono.
Lewat Negarawan Center, lembaga lain yang dibentuk Johan untuk menyokong sang patron, Johan rutin menggelar diskusi. Kamis pekan lalu, misalnya, ia mengkritik Boediono, yang menurut dia lompat pagar dari Bank Indonesia menjadi kandidat wakil presiden. Ia menuding Boediono tidak etis meninggalkan pos Gubernur Bank Indonesia yang sebenarnya merupakan mandat publik melalui Dewan Perwakilan Rakyat.
DALAM struktur Tim Kampanye Nasional KallaWiranto, posisi Johan Foundation hanyalah salah satu mitra dalam unit pencitraan. Tim Kampanye Nasional sendiri memiliki sebelas bagian, di antaranya tim penggalangan relawan.
Menurut Nico Daryanto, wakil ketua umum tim kampanye Kalla Wiranto, saat ini ada 40 proposal relawan yang diajukan kepada panitia. ”Semuanya mengaku punya jaringan hingga ke daerah,” katanya. Tim saat ini sedang memverifikasi kebenaran jangkauan jaringan sebelum memutuskan menggandeng mereka. Setelah itu, ”Kami akan memberikan bantuan pendanaan secukupnya”. Tim ini ditargetkan mampu menggalang opini masyarakat lewat aksi sosial maupun aksi door to door.
Secara umum ada tiga kelompok relawan dalam tim kampanye Kalla: relawan Pelangi, relawan komunitas keagamaan, dan relawan campur sari, sebut saja namanya begitu.
Relawan Pelangi bernaung di bawah Institute Lembang Sembilan dan berkantor di Gedung Graha Kebayoran Lama. Sejak 2004 lembaga ini sudah berkiprah. Nama Lembang Sembilan diambil dari alamat kediaman pribadi Kalla di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Lembaga ini diketuai Alwi Hamu, staf khusus Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Relawan komunitas keagamaan dikoordinasi Ketua Badan Kontak Majelis Taklim Pusat, Tuti Alawiyah. Kelompok ini bertugas mendekati organisasi massa Islam agar mendukung duet KallaWiranto. Tim ini bermarkas di rumah pribadi Tuti di Jatiwaringin, Bekasi. Kelompok campur sari diketuai Nico Daryanto dan berkantor di Jalan Kota Bumi, Jakarta Pusat. Nico pada era Orde Baru adalah pengurus Partai Demokrasi Indonesia.
Di luar itu ada pula tim Garuda, yang beranggotakan para pensiunan militer. Mereka antara lain Marsekal Madya TNI (Purn) Basri Sidehabi (ketua tim Garuda), bekas Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Bernard Kent Sondakh, dan bekas Komandan Polisi Militer Mayor Jenderal TNI Djasri Marin. Bermarkas di Jalan Pakubuwono VI No. 100 Jakarta Selatan, para jenderal ini masuk tim kampanye melalui jalur Wiranto.
Banyaknya tim di sekitar Kalla tak urung memunculkan friksi. Seorang sumber Tempo bercerita, Kalla sebetulnya tidak sreg benar dengan dukungan organisasi kepemudaan dari PPP dan PDS karena komitmen yang belum jelas. ”Kalau urusannya sekadar minta uang, ya, kami tidak butuh mereka,” kata sumber itu. Kabarnya, karena ketidakjelasan itu, Kalla urung memberikan keterangan pers. Tapi soal ini dibantah juru bicara tim, Yuddy Chrisnandi. ”Komitmen mereka sudah jelas. Pak JK tidak jadi ikut jumpa pers karena salat magrib,” katanya.
Budi Riza, Akbar Tri Kurniawan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo