Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MEJA makan di asrama Nunsiatura Apostolik atau Kedutaan Besar Vatikan, Gambir, Jakarta Pusat, tak pernah sepi sejak kunjungan Paus Fransiskus dimulai di Jakarta pada Selasa, 3 September 2024. Saban pagi, siang, dan malam, selalu terdengar tawa di meja bundar untuk delapan orang itu. Pemimpin 1,2 miliar penganut Katolik sedunia itu mengubah meja tersebut menjadi panggung stand-up comedy.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di meja makan, Fransiskus tak pernah kehabisan lelucon. Paus asal Argentina itu selalu ditemani anggota staf Dikasteri—semacam kementerian di Vatikan—untuk Dialog Antar-Agama Takhta Suci Vatikan, Markus Solo Kewuta; penanggung jawab logistik George Jacob Koovakad; dua asisten pribadi; dua personel Garda Swiss atau pengawal; dan Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Piero Pioppo.
Pada hari ketiga di Jakarta, 5 September, Markus yang duduk di samping kiri Paus bertanya dalam bahasa Italia kepada Uskup Roma itu. “Santità (Bapa Suci), dari mana asalnya tenaga Santità sehingga tak terlihat capek?” kata Markus menirukan percakapannya dengan Fransiskus saat ditemui dalam penerbangan dari Jakarta ke Papua Nugini, Jumat, 6 September 2024.
Paus Fransiskus malah berkelakar. “Kalian kan yang bekerja. Saya diam di kursi roda,” ujarnya. Semua orang di meja makan terbahak-bahak. Hampir tak tampak figur Paus yang serius selama waktu makan selama 30 menit itu. Markus merasa guyonan Fransiskus menjadi energi bagi para pendampingnya di tengah jadwal Perjalanan Apostolik atau kunjungan kerasulan nan padat.
Fransiskus kemudian menyebutkan bahwa energi di tubuhnya berasal dari sebuah telur. Setiap hari, termasuk ketika di Jakarta, ia mengawali makan beratnya dengan menyantap sebutir telur rebus matang. Ia selalu menawarkan sekeranjang telur yang tersedia di depannya untuk disantap oleh semua orang yang duduk di sekitarnya.
Paus kemudian menyantap pasta yang dimasak oleh koki Italia di Nunsiatura atau roti porsi kecil. Buah-buahan dan jus segar dilahapnya. Di meja makan selalu ada melon, pepaya, dan nanas. Bersama cappuccino panas, kue kering yang renyah menjadi makanan penutup Fransiskus. “Paus mencari kue itu kalau diletakkan jauh dari tempat duduknya,” ucap Markus.
Menurut Markus, menu yang dimakan oleh Paus sama dengan yang disantap pengawal, asisten pribadi, dan para pastor yang tinggal di Nunsiatura Apostolik. Tidak ada yang dipisahkan khusus untuk Jorge Mario Bergoglio—nama asli Paus. Ia kerap menyodorkan piring berisi hidangan utama jika orang yang ada di meja makan belum mengambilnya.
Boleh percaya boleh tidak, kekuatan Paus Fransiskus tak hanya datang dari lauk yang ia santap. Kepada Tempo, pengawal Kedutaan Besar Vatikan yang berdekatan dengan Paus sepanjang hari percaya bahwa Fransiskus menerima energi tambahan dari kegiatannya. “Paus mendapat energi ekstra setiap kali dia bertemu dengan banyak orang,” ujar pengawal berkebangsaan Italia itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyambut Paus Fransiskus di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, 3 September 2024. Reuters/Guglielmo Mangiapane
Sejumlah jurnalis yang sehari-hari meliput aktivitas Fransiskus di Vatikan pun mengungkapkan keyakinan serupa. Mereka mengaku melihat Paus seperti seseorang yang terlahir baru ketika ia menyapa orang-orang di jalan, anak-anak kecil, kelompok marginal, orang sakit, dan kaum difabel.
Wakil Sekretaris Departemen Kebudayaan dan Pendidikan Takhta Suci Vatikan Antonio Spadaro menyebutkan Perjalanan Apostolik membuat Paus bisa berdialog dengan banyak orang. “Paus selalu berkata, yang paling jarang ada di dunia saat ini adalah dialog, persaudaraan, harmoni, dan saling pengertian,” tutur Spadaro dalam pesan tertulis kepada Tempo, Jumat, 6 September 2024.
Di Indonesia, Fransiskus juga menjumpai banyak orang. Berbincang dengan Markus Solo Kewuta di dalam mobil Toyota Innova Zenix berpelat SVC-1 dalam perjalanan menuju Masjid Istiqlal, Kamis, 5 September 2024, Fransiskus tak menyangka mendapat sambutan hangat dan meriah di negara dengan penduduk mayoritas muslim.
Paus mengibaratkan orang Indonesia seperti warga Napoli, kota metropolitan berjarak 220 kilometer dari Roma. Sebagaimana orang Napoli, masyarakat Indonesia sangat ekspresif dalam menunjukkan perasaannya. “Bapa Suci mengatakan banyak sekali orang yang ingin menyentuh dia, bahkan sampai spion mobilnya hampir lepas,” kata Markus, pastor asal Indonesia.
Dalam perjalanan menuju lokasi acara, Paus membuka kaca mobilnya lebar-lebar. Duduk di samping sopir, ia mencondongkan badan lebih dekat dengan kaca agar bisa menyalami mereka yang menantinya di pinggir jalan. Paus membagikan rosario—rangkaian manik-manik untuk berdoa kepada Maria, ibu Yesus. Kepada anak-anak, Paus membagikan permen. Ia selalu tersenyum.
Pada Kamis, 5 September 2024, mobil Fransiskus terhenti di depan Sekolah Menengah Atas Kolese Kanisius, Menteng. Para murid sekolah itu—semuanya laki-laki—menyerbu mobil Paus yang sedang menuju kantor Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) untuk menemui kelompok marginal dan difabel. Paus menyambut mereka dengan sukacita.
Seorang pejabat di Nunsiatura lantas memberi tahu Fransiskus bahwa Kolese Kanisius didirikan oleh Serikat Yesus. Fransiskus juga menjadi padri tarekat yang didirikan oleh Ignatius Loyola dan diresmikan pada 1540 itu.
Berbicara kepada sejumlah orang, termasuk Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo, Paus Fransiskus terkesan akan masyarakat Indonesia. “Paus mengatakan orang-orang Indonesia sangat menyentuh hatinya,” ucap Suharyo kepada Tempo di kantor KWI, Kamis, 5 September 2024.
•••
BERBICARA dengan Trias Kuncahyono di Istana Kepresidenan pada 26 Juni 2023, Presiden Joko Widodo menitip pesan khusus kepada Duta Besar Indonesia untuk Vatikan itu. Seusai acara pelantikan sejumlah duta besar, Jokowi meminta Trias menyampaikan undangan kepada Paus Fransiskus untuk datang ke Indonesia.
“Tolong ingatkan Bapa Paus untuk menindaklanjuti undangan berkunjung ke Indonesia,” ujar Trias menirukan ucapan Jokowi kepada Tempo saat ditemui di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa, 27 Agustus 2024.
Trias lantas mendatangi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Dari Retno, Trias memperoleh informasi bahwa Indonesia telah mengirim undangan secara resmi lewat Kedutaan Besar Vatikan pada 2019. Paus Fransiskus semula akan datang ke Indonesia pada September atau Oktober 2020 untuk menggenapi undangan itu. Pandemi Covid-19 membuat kunjungan itu batal.
Selain berkomunikasi dengan Kementerian Luar Negeri, Trias berkomunikasi dengan Konferensi Waligereja Indonesia. Sebab, undangan itu bukan hanya untuk acara kenegaraan, melainkan juga keagamaan. KWI, perkumpulan uskup seluruh Indonesia, menjadi panitia penyelenggara kegiatan Paus di Indonesia.
Paus Fransiskus memimpin misa bersama di Stadion Utama Gelora Bung Karno, 5 September 2024. Tempo/M Taufan Rengganis
Pada Desember 2023, di tengah musim dingin yang menggigit di Vatikan, Trias akhirnya bertemu dengan Paus Fransiskus. Dalam pertemuan dengan Fransiskus di perpustakaan Istana Apostolik, Trias menyampaikan salam dan pesan Jokowi. “Saya secara lisan menyampaikan bahwa Presiden, Kementerian Luar Negeri, dan Gereja Katolik mengundang Paus datang,” kata Trias.
Superior Jenderal Kongregasi Misionaris Keluarga Kudus Agustinus Purnomo yang berkedudukan di Roma menjadi penerjemah dalam pertemuan itu. Menurut Purnomo, sambutan Fransiskus positif. “Saya pasti akan datang ke negaramu,” tutur Purnomo menirukan ucapan Fransiskus ketika ditemui di Porta Ardeatina, Roma, pengujung Agustus 2024.
Dalam pertemuan kurang dari satu jam itu, Paus menyinggung Indonesia sebagai sahabat perdamaian Vatikan. Fransiskus juga menyatakan Indonesia adalah negara yang menjadi rumah bagi umat beragama karena ideologi yang dianut meletakkan ketuhanan di strata teratas. “Paus memuji Pancasila. Dia menyebut ‘Pankasila’ simbol persatuan,” kata Trias.
Pada April 2024, Takhta Suci Vatikan mengumumkan bahwa Paus Fransiskus akan menggelar visitasi ke Indonesia. Meski rencana kedatangan Paus sudah terang, Trias kembali mendatangi George Jacob Koovakad, yang mengurus semua perjalanan Paus Fransiskus. Trias menemui Koovakad pada Juni 2024 untuk memastikan Paus Fransiskus datang ke Indonesia.
Sejumlah anggota KWI menyampaikan, Ignasius Jonan, mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, ikut berperan dalam kedatangan Paus. Jonan ditunjuk sebagai ketua penyelenggara dan membangun komunikasi dengan Vatikan. Ia menerima tanda penghargaan dari Vatikan pada 2023. Pemberian tanda kehormatan itu bagian dari perayaan sepuluh tahun masa kepausan Fransiskus.
Adapun Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan Indonesia memiliki hubungan penting dengan Vatikan. Meski tak ada hubungan dagang, Vatikan memiliki nilai strategis yang unik, yaitu kerja sama antar-tokoh agama. “Indonesia dan Vatikan melihat kunjungan Paus Fransiskus akan memperkuat kerja sama itu,” ucap Retno saat dihubungi pada Senin, 2 September 2024.
Ribuan umat Katolik dari berbagai daerah mengikuti ibadah Misa Kudus bersama Paus Fransiskus di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, 5 September 2024. Tempo/M Taufan Rengganis
Pada 2019, Paus Fransiskus bersama Imam Besar Al-Azhar meneken deklarasi persaudaraan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Deklarasi itu mendorong para pemimpin agama ikut mengatasi konflik di dunia. “Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia juga memiliki jumlah penganut Katolik yang signifikan, lebih dari 8 juta orang,” kata Retno.
Pemerintah memandang Indonesia dan Vatikan dapat mendorong penandatanganan dokumen serupa. Dalam kunjungannya ke Indonesia, Paus Fransiskus meneken Deklarasi Istiqlal, yang diklaim bisa memperkuat kerukunan umat beragama dan memperbaiki kerusakan lingkungan.
Di mata umat Katolik, kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia dinanti sejak dulu. Juru bicara panitia kunjungan Paus, Thomas Ulun Ismoyo, menuturkan, terakhir kali Paus Yohanes Paulus II berkunjung ke Indonesia pada Oktober 1989, 35 tahun lalu. “Kehadiran Paus seperti harapan yang terwujud setelah lama ditunggu-tunggu,” tutur pastor Keuskupan Agung Jakarta itu.
•••
SEBELUM Perjalanan Apostolik Fransiskus dimulai, Takhta Suci Vatikan menyiapkan pesan-pesan yang akan disampaikan Paus di negara yang dikunjungi. Indonesia menjadi negara pertama yang disambangi Fransiskus. Setelah itu, ia akan menggelar visitasi ke Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura. Semua perjalanan dilakukan selama hampir dua pekan.
Vatikan meminta ada pertemuan antara Paus dan para pemuka agama di Masjid Istiqlal. Permintaan itu disampaikan melalui Kedutaan Besar Vatikan. Antonio Spadaro, Wakil Sekretaris Departemen Kebudayaan dan Pendidikan Takhta Suci Vatikan, menuturkan, Paus menawarkan strategi agar negara-negara bisa keluar dari konflik yang disebabkan oleh perpecahan agama.
“Kami percaya bahwa perlu cara mencari titik temu. Pada kenyataannya, bisa menggunakan pendekatan (dialog agama) seperti ini,” kata Spadaro pada Sabtu, 7 September 2024.
Markus Solo Kewuta, anggota staf Dikasteri untuk Dialog Antar-Agama Vatikan, bercerita, Paus Fransiskus biasanya juga membuat catatan tentang hal-hal yang hendak ia sampaikan. Dikasteri membantu Paus menyusun naskah-naskah pidatonya. Malam hari sebelum Fransiskus berpidato, Markus menerima salinan pesan-pesan Paus dan menerjemahkannya ke berbagai bahasa.
Sejumlah pesan yang disampaikan Paus dianggap relevan dengan kondisi sosial, politik, dan lingkungan. Salah satunya tentang kekuasaan. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan pesan Paus sebagai bentuk komitmen mempromosikan dialog antar-umat beragama untuk menyelesaikan berbagai persoalan nasional dan global. “Termasuk soal demokrasi,” ujar Retno.
Presiden Joko Widodo menerima kunjungan Paus Fransiskus di Istana Merdeka, Jakarta, 4 September 2024. Tempo/Subekti
Di depan Presiden Joko Widodo, ketika berkunjung ke Istana Negara, Rabu, 4 September 2024, Paus menyinggung konflik yang muncul akibat kurangnya sikap menghargai. Paus menilai sikap tidak menghargai bisa timbul karena keinginan memaksakan kepentingan diri sendiri. “Mereka yang berkuasa ingin menyeragamkan segala sesuatu dengan memaksakan visi mereka,” ucapnya.
Markus Solo, yang setiap hari berdiskusi dengan Paus Fransiskus ketika di Indonesia, mengatakan pesan-pesan Paus biasanya tak menyerang pemerintah atas situasi yang terjadi. “Tapi Paus Fransiskus ingin mendidik dengan cara yang sangat halus,” kata Markus.
Paus Fransiskus menyampaikan pesan berbeda di tiap negara, sesuai dengan kondisi setempat. Dalam kunjungan Paus di Papua Nugini, Sabtu, 7 September 2024, ia berbicara tentang pentingnya keterlibatan perempuan dalam berbagai hal. “Perempuan adalah orang-orang yang memajukan negara. Mereka memberi kehidupan,” tutur Paus.
•••
PAUS Fransiskus datang ke Indonesia dengan kesederhanaan. Tak ada pesawat jet pribadi, mobil antipeluru, atau hotel mewah yang ditempatinya. Di media sosial, jam tangannya yang bermerek Casio menyita perhatian netizen. Orang banyak lantas menghubungkan hal itu dengan gaya hidup mewah para pejabat dan keluarganya.
Fransiskus membalut diri dengan pakaian yang sederhana. Ia mendobrak sejumlah tradisi para pendahulunya. Alih-alih mengenakan celana putih, Fransiskus memilih celana hitam. Markus Solo Kewuta, pastor asal Indonesia yang mendampingi Paus, bercerita bahwa Fransiskus menyiapkan celana yang sama dalam jumlah cukup untuk dua pekan perjalanan.
Paus Fransiskus juga selalu mengenakan sepatu hitam. Dalam kunjungannya, ada dua sepatu yang ia bawa. Celana dan sepatu hitam biasa digunakan oleh kaum tertahbis, yaitu uskup, pastor, dan diakon (satu tahap sebelum menjadi pastor). Sedangkan para pendahulu Fransiskus mengenakan celana putih dan sepatu merah—lambang kedudukan raja pada masa Romawi.
Markus Solo mengatakan tak ada merek berbeda yang dikenakan oleh Paus Fransiskus. “Beliau bawa model yang sama, lalu berganti-ganti,” kata pastor dari kongregasi Serikat Sabda Allah atau Societas Verbi Divini ini.
Sejumlah pastor di Roma memandang kebiasaan hidup Paus Fransiskus dipengaruhi lingkungan tarekatnya, Serikat Yesus. Fransiskus adalah paus pertama dari Serikat Yesus. Sebagaimana ordo lain, para Yesuit—julukan untuk anggota Serikat Yesus—mengucapkan kaul kemiskinan atau hidup selayaknya orang biasa. Yesuit pun wajib hidup berkelompok dan tak memiliki harta pribadi.
Provinsial Serikat Yesus Indonesia Benedictus Hari Juliawan menjelaskan, kepemilikan anggota Serikat Yesus adalah kepemilikan komunitas. “Ada pemisahan antara hidup pribadi dan karya. Anggota Serikat Yesus tak boleh mengambil manfaat dari karya yang mereka jalankan,” ujar Benedictus.
Namun, menurut Benedictus, kebiasaan hidup sederhana Fransiskus tak hanya disebabkan oleh kebiasaan di Serikat Yesus. Jose Mario Bergoglio memiliki kepribadian yang sederhana sejak dulu. Tatkala terpilih sebagai paus dalam konklaf 2013, Bergoglio memilih nama Fransiskus. Pemilihan nama itu bukan tanpa makna.
Nama Fransiskus mencerminkan pilihan hidup seperti Fransiskus dari Assisi. Situs Ordo Fratrum Minorum atau Ordo Saudara-saudara Dina menyebutkan Fransiskus Assisi hidup dalam kemiskinan. Setelah wafat pada 1226, ia dinobatkan sebagai santo atau orang kudus. Ia menjadi pelindung para Fransiskan—biarawan pengikut cara hidup Fransiskus, pelindung Italia, dan pelindung ekologi.
Dengan kesederhanaannya, Paus Fransiskus mendapat tempat khusus di Indonesia. Sorak-sorai tak pernah surut menyambut kehadirannya. Bahkan hingga mantan Uskup Buenos Aires itu menyelesaikan Perjalanan Apostolik-nya di Indonesia.
Hari terakhir Paus di Indonesia, Jumat, 6 September 2024, orang banyak memadati jalanan di depan Kedutaan Besar Vatikan untuk Indonesia. Di meja makan ketika menyantap sarapan pada hari yang sama, Markus Solo Kewuta mengatakan Paus berkali-kali mengucap “Wow” dan “Oh my God” saat mendengar cerita kolega-koleganya tentang keriuhan orang di depan kantor Kedutaan.
Dalam kunjungan Paus ke Papua Nugini, Fransiskus mengucapkan terima kasih atas sambutan masyarakat Indonesia. Ucapan itu ia sampaikan melalui telegram yang dikirim kepada Presiden Joko Widodo. “Saya akan dengan senang mengingat negara Anda dan saya akan memohon berkat Ilahi yang berlimpah untuk negara Anda,” kata Fransiskus.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "‘Pankasila’ di Perpustakaan Santità"