Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
SETELAH kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia berakhir pada Jumat, 6 September 2024, saya memberikan majalah Tempo terbaru kepada Matteo Bruni. Di dalam pesawat Garuda Indonesia menuju Papua Nugini, saya berpesan agar Direktur Biro Pers Takhta Suci Vatikan itu memberikan majalah tersebut kepada Paus Fransiskus.
Bruni membolak-balik halaman majalah itu. Meski tak mengerti isinya lantaran tertulis dalam bahasa Indonesia, ia terkejut. “Wow,” kata Bruni melihat foto Paus tercetak besar di tengah halaman. Ia mengaku terkesan akan cara Indonesia menyambut rombongan Paus. “Terutama bagaimana media-media Indonesia menulis hal baik tentang Perjalanan Apostolik,” ujar Bruni.
Takhta Suci Vatikan menerima tiga wartawan dari Indonesia untuk meliput perjalanan Paus Fransiskus dari Roma hingga kembali ke Roma. Bersama lebih dari 80 wartawan perwakilan berbagai negara, kami meliput kegiatan Fransiskus di Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura. Perjalanan berakhir pada Jumat, 13 September mendatang.
Hampir semua jurnalis telah memiliki akreditasi tetap dari Vatikan. Hanya mereka yang mendapatkan akreditasi yang bisa meliput kegiatan Paus sehari-hari. Sembilan jurnalis, masing-masing tiga dari Indonesia, Singapura, dan Timor Leste, yang mengikuti visitasi Fransiskus tak memiliki akreditasi tetap. Termasuk saya. Tak ada jurnalis dari Papua Nugini meski negara itu dikunjungi Paus.
Sejak Mei 2024, setelah Vatikan mengumumkan bahwa Fransiskus akan menyambangi Indonesia, saya mengikuti proses seleksi. Vatikan memberi kuota untuk tiga jurnalis dari negara yang dikunjungi Paus. Kantor Biro Pers Vatikan menyeleksi para wartawan dengan ketat. Salah satunya karena alasan keamanan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo