Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Rilis Buku, Nova Riyanti Yusuf Ingin Hapus Stigma Bunuh Diri

Nova Riyanti Yusuf mengimbau jika kita semua mempunyai peran penting dalam upaya pencegahan bunuh diri.

12 Maret 2020 | 15.30 WIB

Dokter spesialis kesehatan jiwa Nova Riyanti Yusuf meluncurkan Jelajah Jiwa Hapus Stigma di Jakarta, Rabu, 11 Maret 2020 (TEMPO/Eka Wahyu Pramita)
Perbesar
Dokter spesialis kesehatan jiwa Nova Riyanti Yusuf meluncurkan Jelajah Jiwa Hapus Stigma di Jakarta, Rabu, 11 Maret 2020 (TEMPO/Eka Wahyu Pramita)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bunuh diri identik dengan kesuraman. Namun hal tersebut tidak mematahkan keinginan Nova Riyanti Yusuf alias Noriyu untuk melakukan penelitian tentang bunuh diri sejak 2008.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Noriyu merasa tertantang meneliti sejumlah kasus bunuh diri pada seniman seperti Kurt Cobain, Ernest Hemingway, Virginia Woolf, Sylvia Path, dan 2 pelukis Indonesia yang meninggal karena bunuh diri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Hasil penelitian tesis yang dilakukan Noriyu ia tuangkan dalam buku berjudul Jelajah Jiwa Hapus Stigma: Autopsi Psikologis Bunuh Diri Dua Pelukis. Kedua seniman yang dimaksud Noriyu diduga memiliki stresor yang terkait dengan karya seni, hubungan pribadi dengan kekasih, dan masih banyak lagi hal-hal yang membuat kedua seniman tersebut memutuskan mengakhiri hidupnya sendiri

Menurut Noriyu, yang juga Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa DKI Jakarta, beberapa warning sign yang ditunjukkan adalah menjelang bunuh diri mereka menunjukkan karya lukis yang depresif dan sikap mereka yang tidak kuat menghadapi berbagai persoalan maupun penyakit yang menyertai, ditambah rasa salah dan berdosa.

"Apa yang saya teliti 2008 ini sangat related dengan masa sekarang, di mana orang yang punya pikiran bunuh diri semakin banyak. Di mana orang yang mulai speak up jika mereka mengalami mental ilness juga semakin banyak," ucap Noriyu saat ditemui usai launching dan diskusi bukunya, Rabu, 11 Maret 2020 di Jakarta.

Melalui buku ini Noriyu ingin menyampaikan pesan bahwa anggapan orang bunuh diri selama ini lekat dengan stigma negatif. Dia mengajak masyarakat lebih peka dan empati kenapa hal itu bisa terjadi. Menurut Noriyu, semua orang mempunyai peran penting dalam upaya pencegahan bunuh diri.

"Hal yang tak kalah penting lagi agar masyarakat bisa membangun empati kepada keluarga yang memiliki anggota keluarga bunuh diri, alih-alih menjadikan mereka objek stigma," ucap lulusan S3 Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Indonesia ini.

Menurut Noriyu setiap orang punya cerita dan masalahnya masing-masing sehingga penting sekali kita berperan dalam kebaikan sesama manusia. "Sudah saatnya kita semua menyadari dan menghapus stigma sehingga bunuh diri bisa kita cegah," kata dia.

Depresi bukan masalah sepele. Jika Anda atau orang di dekat Anda memiliki tanda-tanda depresi dan punya tendensi bunuh diri, silakan menghubungi hotline kesehatan jiwa Kementerian Kesehatan di nomor 021- 500 454 atau menghubungi komunitas seperti LSM Jangan Bunuh Diri di nomor telepon 021-06969293 dan Into The Light  di email: intothelight.email@gmail.com atau Instagram @intothelight. Anda juga bisa menghubungi psikolog atau prikiater terdekat.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus