BOLEH dikata, setelah Soviet menerapkan perestroika, hampir semua negara Eropa Timur mengumumkan bahwa mereka pun menggandrungi pembaruan ekonomi. Kecuali Rumania. Negeri satu ini sejak dipimpin Presiden Nicolai Ceausescu, 1967, tampaknya memang sukses dalam industrialisasinya. Pendapatan per kepala negeri berpenduduk 23,1 juta ini mencapai US$ 2.020. Cuma saja Rumania tak ikut menjadi semarak. Toko-toko tetap saja kekurangan barang-barang konsumsi, sementara kemerdekaan individu sangat dibatasi. Semua pabrik dikuasai negara, semua tanah pertanian, bila tak dikuasai pemerintah, ya dikuasi oleh koperasi. Bulgaria negeri berpenduduk 9 juta, pun mengaku menjalankan pembaruan ekonomi. Meski bagaimana sistem baru itu tak diketahui secara jelas. Yang pasti, belum begitu lama Presiden Todor Zhikov yang berada di kursinya sejak 1971, memuji Brezhnev sebagai "negarawan arif yang akan dicatat sejarah sebagai salah seorang pejuang". Zhikov memang dikenal sebagai pengagum penguasa Soviet sebelum Gorbachev itu. Politikus Bulgaria menyatakan tak terpengaruh oleh kejatuhan nama Brezhnev di Soviet kini. Sementara itu mereka mengklaim, kata perestroika adalah penemuan Bulgaria. Eloknya, Gorbachev tampaknya tak merasa berutang istilah kepada siapa pun. Bahkan Jerman Timur menyatakan model pembangunan ekonomi di Soviet kini meniru Jerman Timur. Dilihat dari pendapatan per kapita, memang Jerman yang Demokratik ini lebih kaya: US$ 10.000 dibandingkan di Soviet angka itu hanya US$ 3.000. Tapi kepala negara Erich Honecker dan para politikus negeri ini tak menyukai demokrasi yang diterapkan Gorbachev. Maka, mereka lebih suka tak banyak omong tentang kebijaksanaan Gorbachev. Bahkan Cekoslovakia, yang mengalami penindasan kejam oleh tentara Pakta Warsawa (Soviet, Polandia, Bulgaria, Hungaria, dan Jerman Timur) ketika semangat pembaruan muncul di tahun 1968 tahun lalu mengaku mengikuh reformasi ekonomi Gorbachev. Tapi kata pengamat, Cekoslovakia cuma menerapkan perestroika dengan seperempat hati. Di negeri ini, sampai tahun lalu setidaknya, masih diisyaratkan bahwa para manajer harus anggota Partai. Bila tidak, jabatannya diturunkan. Satu-satunya negeri komunis yang tak masuk Pakta Warsawa adalah Yugoslavia. Dan sejak awal, setelah Perang Dunia II, Yugo membangun sistem sendiri lepas dari Soviet. Di bawah Presiden Yoseph Broz Tito sampai 1980, negeri ini sebenarnya sudah lama membangun. Berbeda dengan sistem komunis kala itu! Tito telah mendesentralisasi administrasi pertanian. Dalam sektor industri, pemerintah tak langsung mengawasinya. Pabrik-pabrik, agar para buruh merasa ikut memilikinya, dikontrol oleh dewan pekerja. Negeri berpendapatan per kepala US$ 3.100 ini mungkin tak merasa perlu ber-perestroika. Di sini perusahaan swasta sudah diizinkan sejak dulu, tapi sekadar usaha kecil-kecilan. Bahkan pemilikan tanah diakui, asal tak lebih dari 100 m2. Yang kemudian nyata adalah perang suku bangkit lagi setelah Tito -- dianggap pemersatu bangsa meninggal. Tahun lalu ekonomi Yugoslavia memburuk. Laju inflasi mencapai 250%, pengangguran meningkat 15%. Toh tetap saja, mungkin dengan bangga, negeri ini terus jalan dengan sistem sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini