MUNCUL di rumah sendiri di malam tahlilan, Kartiyah sempat dicurigai sebagai siluman. Istri Rubiyanto ini, warga Jalan Udowo, Semarang, Jawa Tengah, sudah sekian hari menghilang tak berkabar. Dan ketika akhir April silam ada yang tewas di rel kereta api Jalan Poncowolo, dari ciri korban yang remuk itu Rubiyanto serta keluarga istrinya merasa pasti: itu adalah Kartiyah. Mereka telah sepuluh tabun berumah tangga, dan belum dikarunia anak. Ketika sang istri pamit pulang ke rumah asalnya di Desa Getas Ombo, Kabupaten Kendal, Rubiyanto tidak menanyai kapan kembali. Hanya, waktu dicek ke alamat itu, Kartiyah ternyata tak pernah ke situ. Atas dasar info inilah disimpulkan bulat-bulat: yang almarhumah digilas kereta api itu adalah Kartiyah. Lalu jenazah tadi dimakamkan sebagaimana layaknya. Berselang tujuh hari, awal Mei ini, Rubiyanto mengadakan doa tahlil untuk si mati. Puluhan warga setempat berdatangan. Dan menjelang pembacaan doa, sebuah becak berhenti pas di depan pintu pekarangan. Penumpangnya turun. Ia langsung masuk rumah, dan mengaku dirinya Kartiyah. Mendengar nama itu hadirin gaduh. "Saya sampai ngoplok, ketakutan," Nyonya Supiah bercerita kepada Bandelan Amarudin dari TEMPO. Bukan hanya mertua Kartiyah itu yang ngeri, tetapi juga Siti, adik Rubiyanto, lari terbirit-birit. "Jangan percaya saja. Diperiksa dulu, siapa tahu dia itu peri," Siti berteriak. Sedangkan sejumlah warga melotot mengamati Kartiyah. Misalnya, apa waktu berjalan kakinya menapak tanah atau melayang-layang. Mendapat sambutan ganjil itu, Kartiyah bingung. "Ini ada apa? Saya tak mengerti," ujarnya. Namun, ucapannya belum membubarkan kecurigaan orang. "Apa betul kamu Kartiyah?" suaminya menyapa, "kamu sudah ketemu siapa saja di alam kubur?" Kartiyah tidak menyahut, kecuali membalasnya dengan cubitan sayang. Akhirnya yakinlah hadirin, yang muncul ini tulen Kartiyah. Suasana duka pun bersalin rupa menjadi sukacita. Tangis sedih berubah ke tangis haru. Dan kabar Kartiyah masih hidup cepat pecah. Bahkan, seisi kampung tumpah ruah ke rumah Rubiyanto, hingga pagar pekarangannya ambruk mereka sodok. Kartiyah selama ini ke mana menghilang? "Saya ke rumah teman di Desa Pakis, Weleri. Saya mengaku salah karena tidak terus terang pada suami saya," katanya. Kemudian, agar urusan jangan jadi aneh-aneh di belakang hari, besok paginya Rubiyanto melapor ke Poltabes Semarang. Maksudnya, menerangkan: jenazah yang telanjur dikubur itu bukan Kartiyah. Lalu siapa? Ini yang perlu ditemukan siapa keluarganya kelak. "Tapi saya ikhlas membiayai penguburan orang yang tak dikenal itu sampai upacara tujuh hari. Dan ada hikmahnya. Kartiyah kini sudah pulang," ujar Rubiyanto. Alhamdulillah. Ed Zoelverdi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini