Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Setelah Ditutup Sepekan, Pabrik Arang Rumahan di Lubang Buaya akan Beroperasi Lagi 31 Agustus

Pemilik pabrik arang rumahan di Lubang Buaya, Jaktim akan membuka lagi usahanya pada 31 Agustus 2023 setelah ditutup pemerintah selama sepekan.

29 Agustus 2023 | 20.34 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Cerobong Asap pabrik arang, yang ditutup Pemda DKI Jakarta di Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur. 29 Agustus 2023 TEMPO.CO/Ohan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pabrik arang di Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur disebut bakal kembali beroperasi pada Kamis, 31 Agustus 2023. Salah satu pekerja pabrik arang, Ajan, menyampaikan seluruh pemilik sepakat untuk kembali mengoperasikan kegiatan usaha pembakarannya pasca ditutup pemerintah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kami sepakat akan mulai bakar lagi setelah sepekan tutup. Tutup mulu gimana harus makan, bayar sewa lahan, dan harus bertahan hidup. Kan kami tidak terima sepersen pun uang kompensasi dari pemerintah,” kata dia saat ditemui di lokasi pabrik arang yang ditutup, Jalan Anggrek RT 04/RW 02, Lubang Buaya pada Selasa, 29 Agustus 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelumnya, tim gabungan dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI, serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyetop operasional pabrik arang di kawasan Lubang Buaya pada Rabu, 23 Agustus 2023. Aktivitas pembakaran arang ini dinilai berkontribusi terhadap pencemaran udara Jakarta. 

Menurut Ajan, total ada 10 pabrik arang rumahan di Lubang Buaya. Usaha kecil-kecilan itu memproduksi arang dari bahan baku, seperti batok kelapa. Proses pembakaran arang dimulai dari mengisi setiap drum dengan batok kelapa yang kemudian dibakar selama 10 jam. 

Setiap drum, lanjut Ajan, dapat menghasilkan 20 kilogram arang. Dia menyampaikan satu pabrik bisa membakar 5-10 drum selama 10 jam. Ada dua kali pembakaran dalam sehari. 

Ajang menambahkan, para pemilik usaha menyewa lahan kosong di sana, persisnya pinggir Kali Sunter, senilai Rp 500 ribu untuk kemudian membuka gudang dan tempat pembakaran arang. 

“Setiap pabrik bisa menghasilkan 100-300 kilogram arang siap jual per hari. Lalu mengemasnya dengan karung diisi 10 kilogram dengan harga jual Rp 100 ribu per karung,” ujarnya.

Pelanggan mereka adalah para pedagang sate, rumah makan padang, dan warung makan ikan atau ayam bakar. Permintaan arang akan naik saat perayaan Tahun Baru dan Idul Qurban.

Warga sekitar, Yayat Rukhiyat (65 tahun) menceritakan pabrik arang di Lubang Buaya sudah berdiri sekitar 3-5 tahun. “Kebayang kalau satu pabrik bakar lima drum, 10 pabrik berarti 50 pembakaran selama 10 jam. Jangan tanya asapnya kayak gimana,” katanya.

Sebelumnya, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menutup sementara pabrik arang di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur setelah mengamatinya selama satu pekan. Ia mencurigai aktivitas pabrik tersebut lantaran asap yang dihasilkan dinilai sudah tidak wajar.

Menurut Heru, langkah tersebut diambil karena berdasarkan pemantauan indeks standar pencemaran udara atau ISPU milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menunjukan kualitas udara di kawasan itu tidak sehat atau yang ditandai dengan warna kuning pada aplikasi. “Satu minggu saya pantau itu kuning terus,” ujar Heru Budi.

OHAN

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus