Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Siaga di hutan pinus

Ir. harmono, kepala bagian kesatuan pemangkuan hutan dampit,malang, dan rombongan yang akan meringkus perajah pohon pinus di desa taman satrian ma- lah oleh penduduk ditangkap,digiring ke balai desa

11 Mei 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MAU menangkap pencuri malah dikira pencuri. Inilah yang dialami Ir. Harmono, 36 tahun, Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (KBKPH) Dampit, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Selama ini kawasan hutan pinus di sana aman saja. Penduduk rata-rata cukup papan, sandang, dan pangan, berkat tanah Gunung Semeru yang subur melingkari daerah ini. Kecuali Taman Satrian. Letaknya 1.200 meter di atas muka laut, tapi di desa itu cengkeh saja tak berbuah. Sehingga sandaran penduduk hanya cari kayu hutan dan bertanam tumpangsari di tanah milik Perhutani. Jadi, ketika ada kabar pohon pinus dibabati, Harmono langsung mengontak Polres Malang dan Muspika Kecamatan Tirtoyudo, tempat hutan ditebang. Didampingi Kepala Resort BKPH Dampit, enam mandor hutan, dan tiga polisi, dengan dua mobil, akhir April lalu mereka ke lokasi di pukuh Ringin Anom, Desa Taman Satrian. Mereka tiba subuh. Ini sesuai dengan info bahwa para perayah beraksi pagi hari. Benar juga. Di sana sudah 400 pohon yang ditebangi, namun belum diangkut. Harmono dan rombongan celingak-celinguk di sekitar hutan. Muncul penduduk bernama Sanimin yang bilang mau ke hutan. Kemudian, tak lama setelah ia berlalu, terdengar teriakan, "Rampok, ada rampok ...." Suara teriakan disambut kentongan bertalu-talu. Dalam sekejap penduduk tumpah. Ada yang bawa parang, celurit, dan senjata apa saja. Seratus orang lebih mengepung mereka. "Saya petugas Perhutani," kata Harmono menunjukkan identitasnya. Tapi ia tak dipercayai. "Habis, selama ini banyak petugas gadungan," kata seorang pamong Taman Satrian. Harmono dan kawannya yang bersenjata lengkap itu digiring ke balai desa. Arakan makin panjang ketika melewati kampung lain, sambil diteriaki macam-macam. "Lutut saya hampir copot," kata seorang anggota rombongan Harmono pada Zed Abidien dari TEMPO. Mereka baru lega setelah bertemu David Kartun. David, selain Kepala Desa Taman Satrian juga petugas Perhutani. "Memang saya anjurkan penduduk siaga, karena sering didatangi rampok. Tapi kalau sebelumnya diberi tahu, tentu tidak terjadi semacam ini," katanya. "Saya sudah memberi tahu Pak Camat," jawab Harmono. Ia sengaja tidak memberi tahu kepala desa. "Kalau diberi tahu lebih dulu, itu namanya bukan operasi," katanya. Dan syukurlah, moncong bedil belum sempat bicara, sehingga tak menelan korban, atau ada yang babak-belur digebuk.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus