Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Aneka sesaji, seperti tumpeng, ayam panggang, lauk-pauk, dan buah-buahan, disiapkan. Bau kemenyan bercampur air kembang menemani grup tarling Nada Budaya. Malam itu mereka berlatih manggung di daerah Plered, Cirebon, Jawa Barat. Satura dan Wandi mengambil posisi di depan gong, Suya pada gendang, Bustam dan Talaroseta memegang gitar, Wiji mencoba sulingnya, dan Sunarto Marta Atmadja mengecek vokal.
Menurut Sunarto, ritual sesaji dan bakar kemenyan dipersembahkan kepada roh para leluhur. Sesembahan itu untuk menghalau gangguan roh jahat sehingga pertunjukan berlangsung lancar. "Saya melaksanakan tradisi saja," kata pria 68 tahun yang akrab dipanggil Kang Ato itu di rumahnya di Setu Kulon, Kali Andul, Cirebon, Mei lalu.
Sunarto juga menjalani ritual mengoleskan minyak ajian di bibir dan wajahnya. Dengan minyak itu, ia percaya pesonanya memancar, sehingga para penonton akan menyukai penampilan dan suaranya. "Minyak ini sudah didoakan kiai," ujarnya.
Ritual dari mengoles bagian tubuh dengan minyak ajian, pasang susuk, hingga pelet suara sudah menjadi rahasia umum dalam dunia tarling. Dari penuturan beberapa paranormal Cirebon yang memiliki pelanggan artis tarling, memang banyak penyanyi tarling yang memasang pelaris. Biasanya mereka ingin kariernya cepat melejit dan banyak diundang pentas.
Salah satunya Rani Dealova, bukan nama sebenarnya, yang memasang susuk emas di sekitar mata dan pipi mulusnya, juga bagian lain yang enggan ia sebutkan. Setelah susuk dipasang, Rani diharuskan merawatnya. Ia mengolesi air yang sudah dibacakan mantra di bagian yang dipasangi susuk dan mandi kembang pada hari tertentu. Itu membuatnya kian percaya diri. "Ya, memang seperti sugesti, sih," kata penyanyi yang sudah lima tahun memasang susuk itu.
Persyaratan memasang susuk itu cukup mudah. Pelanggan cukup membayar mahar kepada paranormal agar susuk bisa dipasang ke bagian tubuh yang diinginkan. Misalnya mulai wajah, bibir, dada, bokong, hingga organ intim. Menurut informasi, seorang penyanyi tarling minimal memiliki 15-17 titik susuk di badannya, bahkan ada yang sampai 20 susuk.
Jenis susuk itu bervariasi. Ada susuk bunga cempaka, emas, atau berlian. Ukuran susuk emas dan berlian ini amat mungil, 3-4 milimeter persegi. Tujuh titik susuk berlian yang dipasang di tubuh harganya mencapai Rp 10 juta. Adapun emas dan bunga cempaka berkisar Rp 1-3 juta.
Untuk memasukkan susuk ke bagian tubuh calon pemakai, seorang paranormal biasanya menggunakan tenaga dalam. "Prosesnya dibelek dulu pakai kuku lalu dimasukkan. Tidak terlalu sulit," ujar Ujang Busthomi Azmatkhan, seorang paranormal, di rumah yang sekaligus tempat prakteknya di Desa Sinarancang, Mundu, Cirebon.
Sebelum pemasangan, tutur Busthomi, pemakai susuk melakukan ruwatan mandi kembang dengan badan hanya dibalut kain mori. Ia akan diguyur dengan air mantra tujuh kali. Prosesinya dilakukan tengah malam, dan berlangsung sekitar 10 menit. Setelah itu, barulah dipasangi susuk.
Menurut Busthomi, semua susuk ada masanya. Untuk susuk berlian dan emas, masa pakainya bertahan hingga tiga tahun. Jika ingin diperpanjang, ritual mandi ruwatan kembang akan dilakukan kembali. Jika tidak, ia menyarankan kepada pemakai untuk mencabutnya dengan benar. Karena susuk yang mati dan mengendap di tubuh bisa menghambat aliran energi. "Energinya nanti menjadi negatif. Si pemakai bisa sakit atau bahkan lumpuh," katanya.
Selain memasang susuk, penyanyi tarling banyak mengandalkan pelet suara di atas panggung. Suara itu sebenarnya suara khodam alias jin. Untuk pemasangan pelet suara, pemakai harus membayar Rp 1-3 juta. Penyanyi diharuskan merapal mantra pelet suara sebanyak tujuh kali sebelum dia manggung agar dapat menghipnotis penonton. "Bahkan daun yang mau jatuh saja akan berhenti di tengah udara untuk mendengarkan suara khodam itu," kata Busthomi sembari mengisap rokok dalam-dalam.
Pemikat lain yang laris dipakai para penyanyi adalah minyak ajian, seperti yang dilakukan Kang Ato di atas. Untuk jenis pemikat itu, mereka biasanya datang ke tempat Anom Kusumajati, kiai dari Pesantren Balerante, Palimanan, Cirebon. Hanya, Anom tidak memasang tarif dalam setiap konsultasinya. "Tidak pasang tarif. Intinya, saya mendoakan dengan media minyak," ujar Anom, yang akrab dipanggil Abah.
Heru Triyono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo