Demonstrasi anti-Sutiyoso boleh terus, tapi posisi letjen purnawirawan ini tetap bertambah kuat. Jumat pekan lalu, tiga fraksi besar DPRD DKI Jakarta resmi mengajukan Sutiyoso sebagai calon Gubernur Jakarta untuk periode 2002-2007. Ketiga fraksi itu adalah Fraksi Partai Golkar, Fraksi Persatuan Pembangunan, dan Fraksi PDI Perjuangan.
Nah, dengan demikian, Sutiyoso bakal mengantongi suara 60 persen (sekitar 50 orang) dari total 85 anggota DPRD DKI. Sebuah jumlah yang hampir memastikan Sutiyoso melenggang ke kursi penguasa Jakarta itu.
Kebulatan suara pencalonan Sutiyoso, menurut Indria Samego, pengamat politik LIPI, cukup mengherankan. Ini kontras dengan suara arus bawah yang menentang Sutiyoso terpilih kembali. Indria menduga, ada kesepakatan dengan imbalan uang di balik dukungan yang bulat ini. “Partai mana yang tak butuh duit?” kata Indria.
Sementara itu, sosok yang melaju sebagai calon wakil gubernur pendamping Sutiyoso belum bisa dipastikan, karena setiap fraksi punya kandidat berbeda. Fraksi Golkar mengajukan Fauzi Bowo (kini menjabat sekretaris daerah), dan Fraksi Persatuan memasang Chudlory Syafii Hadzami (kader PPP). Sedangkan Fraksi PDI Perjuangan belum mengajukan nama calon wakil gubernur yang pasti.
Bursa gubernur kali ini juga dimeriahkan beberapa nama baru. Marzuki Usman, mantan Menteri Kehutanan, diajukan sebagai calon gubernur oleh Partai Kebangkitan Bangsa. Partai ini juga mendaftarkan Mayjen Purnawirawan Syamsu Djalal dan Malik Hasbullah sebagai calon gubernur dan wakil gubernur.
Fraksi PDIP mengusung dua nama ke kursi gubernur yaitu Sutiyoso dan Tarmidi Suhardjo, ketua fraksi ini di DPRD DKI Jakarta. Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Sukarnoputri sendiri, konon lebih senang jika Sutiyoso lagi-lagi bisa menduduki kursi itu. Anehnya, nama Tarmidi malah begitu mantap dipasang fraksi Partai Amanat Nasional sebagai gubernur dengan Abdillah Toha sebagai wakilnya.
Wenseslaus Manggut, Mardiyah Chamim, Purwani D. Prabandari
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini