Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Tak Dibagikan BBG, Sopir Bajaj Mengeluh Dianaktirikan di SPBG

Masalah pasokan BBG ini berdampak kepada penghasilan sopir bajaj Jakarta. Jika gunakan bahan bakar lain mereka diancam ditilang.

30 November 2018 | 08.35 WIB

Seorang petugas saat mengisi BBG di salah satu transportasi umum Bajaj, di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas yang baru diresmikan, Pondok Ungu, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (24/12). TEMPO/Imam Sukamto
Perbesar
Seorang petugas saat mengisi BBG di salah satu transportasi umum Bajaj, di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas yang baru diresmikan, Pondok Ungu, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (24/12). TEMPO/Imam Sukamto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sopir bajaj mengaku kesulitan memperoleh bahan bakar gas di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) di Jakarta. Ketua Bajaj Komunitas (BATAS) Aris Fazani menyatakan, mesin-mesin dispenser isi BBG tak berfungsi di SPBG Pesing, Pluit, Grogol, dan Pedongkelan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Hanya pengisian gas untuk kami saja yang mesin katanya error dan gas habis," kata Aris saat dihubungi, Jumat 30 November 2018.

Karena alasan itu, menurut Aris, petugas SPBG melarang bajaj membeli BBG. Penjualan lebih diperuntukkan ke bus Transjakarta dan taksi yang diamatinya memang masih berlangsung lancar. "Kondisi seperti ini sudah sebulan," katanya.

Direktur Utama PGN Jobi Triananda Hasjim (kanan) bersama Presiden Inasgoc Erick Thohir (kiri) berfoto bersama dengan bajaj KAKA maskot Asian Games usai penandatanganan perjanjian kerjasama sponsorship Asian Games 2018 di Kantor PGN, Jakarta, 7 Mei 2018. PGN menjalin kerjasama dengan Inasgoc untuk menjadi salah satu sponsor kegiatan Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang. ANTARA FOTO/Galih Pradipta

Aris berujar, masalah pasokan BBG ini berdampak kepada penghasilan sopir bajaj. Padahal, lanjut dia, omzet sopir bajaj sudah merosot dalam beberapa tahun terakhir karena serbuan ojek dan taksi online. Kalaupun masih ada SPBG yang melayani mereka, antreannya menjadi panjang dan memakan waktu.

Sopir bajaj BBG, kata Aris, tidak berani beroperasi menggunakan bahan bakar lain sekalipun itu memungkinkan karena adanya coverter kit. Tapi, jika itu dilakukan, mereka menghadapi risiko tilang oleh petugas Dinas Perhubungan.

Calon Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menumpang Bajaj untuk mengunjungi warga kampung Rawa, Johar Baru, Jakarta, 12 Desember 2016. TEMPO/Ilham Fikri

"Karena dianggap melakukan pelanggaran," katanya sambil menambahkan, "Belum lagi jika uji KIR, tentunya akan ditolak."

Semua masalah itu rencananya akan disampaikan dalam unjuk rasa yang akan dilakukan 5000 sopir bajaj di Balai Kota Jumat pagi, 30 November 2018, ini. Mereka mendesak Gubernur Anies Baswedan memperbanyak jumlah SPBG sehingga kebutuhan BBG bisa dipenuhi dengan lancar.

Lani Diana

Menjadi wartawan Tempo sejak 2017 dan meliput isu perkotaan hingga kriminalitas. Alumni Universitas Multimedia Nusantara (UMN) bidang jurnalistik. Mengikuti program Executive Leadership Program yang diselenggarakan Asian American Journalists Association (AAJA) Asia pada 2023.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus