TONGKRONGAN Tego Hariono terbilang keren. Kendati cuma pensiunan kelas tiga SD, penampilan pemuda berusia 20 tahun ini tak kalah dengan si Boy. Sehari-hari tubuhnya yang atletis itu dibalut celana jeans belel plus baju kotak-kotak ala koboi. Di kakinya bertengger sepatu sandal merk "hommy pet". Potongan rambutnya juga dahsyat, mengikuti mode mutakhir. Samping kepala dipangkas pendek, sementara bagian belakang dibiarkan berumbai. Kelakuan Bung Tego ini agak berbeda dengan teman-teman sedesanya. Sejak kecil warga Dusun Kroncong, Desa Purworejo, Kediri, Jawa Tengah, ini tinggal bersama nenek dan kakeknya yang hidup berkecukupan. Apa saja permintaan Tego tak pernah ditolak Pak Kadar dan Mbah Wakirah. Temasuk kerika minta dibelikan sepeda motor ngeceng. Walaupun sudah beranak istri, dalam urusan ngeceng, dia tak berubah. Tego masih gemar keluyuran ke Kota Kediri. Entah apa saja yang dilakukannya di sana. Di lain kesempatan, pemuda tampan itu juga sering kelihatan "parkir" di kompleks WTS Bolodewo. Kalau ke Kediri, Tego biasanya menyiapkan sejumlah foto. Nah, setap kali dapat kenalan baru, ia tak lupa menyodorkan sehelai gambarnya. Akibatnya, tidak sedikit cewek kota yang menyatroni rumah Tego di Dusun Kroncong. Ada yang ingin sekadar menjalin persahabatan. Ada pula yang langsung mengajak kawin. Yang pusing tujuh keliling bukan Tego, tapi Pak Kadar. Laki-laki tua ini cuma bisa mengurut dada melihat perangai cucunya. "Tego ini memang aneh. Meskipun pendiam, dengan cewek beraninya bukan main," kata Pak Kadar. Keberanian Tego rupanya sudah kelewatan. Awal Desember lalu ia bertemu dengan Dewi Mahmudah di sebuah pasar. Merasa tak kenal, gadis berusia 16 tahun ini melengos, ketika disapa Tego. Karena dilecehkan, Arjuna itu nekat. Dengan bros kancing berjarum yang sudah dipersiapkan dari rumah, Tego mendekati sasaran, lalu bless. . . bless. Dewi kontan berteriak kesakitan. "Persis sewaktu berpapasan, dia langsung menusukkan jarum ke pantat saya," cerita Dewi. Aksi sableng yang dilakukan Tego dari hari ke hari makin meningkat. Daerah operasinya tak terbatas di seputar desa. Ia juga melanglang ke desa tetangga. Selain itu "senjata"-nya juga makin canggih. Bros berjarum diganti dengan pisau lipat yang gagangnya dilengkapi dengan pipa, pas jarinya. Setiap kali ketemu cewek cakep, pisaunya langsung beraksi ... jres .... jres. Bila selama ini Tego aman-aman saja, itu karena tak ada seorang.pun yang berminat mengadukan ulahnya. Namun, tidak begitu halnya Siti Fatimah. Ditemani orangtuanya, pelajar SMA Merak, Wates, Kediri, ini melapor ke polisi. Tak ayal lagi, akhir Desember lalu, Tego pun ditangkap. Di tahanan polisi, Tego mengakui terus terang hobinya yang sadistis itu. "Setiap ketemu cewek cakep, nafsu saya untuk menggoda selalu muncul. Niatnya cuma iseng. Eh, nggak tahunya ada yang sampai terluka," tutur Tego kepada Wahyu Muryadi dari TEMPO. Tuduhan sedang "ngalap" ilmu hitam dia sanggah. "Mungkin saya mengidap kelainan jiwa," tambahnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini