Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sumur pengantin

Pengantin remaja yang baru 3 bulan bersanding nekad menceburkan diri ke dalam sumur hanya gara-gara uang yang diberikan suaminya kurang Rp 1000. suaminya berusaha menolong. akhirnya keduanya tewas.

11 Februari 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENGANTIN baru di mana-mana mesra. Tak heran kalau penambang pasir Sukarlin dan istrinya, buruh tani Sudarsih, selalu hangat dalam segala cuaca. Sore itu misalnya, penduduk Dusun Klumpit, Gunungwungkal, Pati, Jawa Tengah, nampak pulang bersama-sama. Sukarlin dan istrinya bercanda, sembari menceritakan kesibukan masing-masing hari itu. Sesuai dengan kebiasaan, Sukarlin langung menyerahkan semua perolehannya hari itu. Hanya saja kali ini jumlahnya kurang Rp 1.000. Ia cuma menyodorkan Rp 2.500 karena ada pembeli yang belum membayar. Darsih, 22 tahun, kontan terdiam. Ia kurang mempercayai keterangan suaminya. Ia mulai ngambek. Sukarlin berusaha membujuk baik-baik. "He, Darsih, kalau kamu marah terus, aku akan pulang ke rumah orangtuaku," katanya berkelakar, seperti menirukan lirik lagu Hati yang Luka. Tak dinyana Darsih langsung menanggapi dengan tantangan serius. "Kalau kamu begitu, lebih baik aku masuk sumur." Suasana panas mulai berkobar. Sulasih, ibu Darsih, kebetulan mendengar, tapi ia tak berminat mencampuri persoalan antara anak dan menantunya. Ia memilih diam adalah emas. Tapi mendadak terjadi keributan. Rupanya, Sudarsih tak sekadar mengancam. Ia benar-benar berlari dan berlari ke belakang rumah. Lalu terdengar suara byur benda jatuh ke air. Sayup-sayup masuk ke telinganya teriakan memilukan. "Toloong, tolong, Kang Karlin.." Mendengar namanya dipanggil-panggil, Sukarlin pun terbang ke sumur. Masya Allah. Yang jatuh ke air ternyata betul-betul Darsih, istrinya. Beberapa warga desa yang juga mendengar jerit Darsih segera berdatangan. Dengan seutas tambang yang dipegang beramai-ramai, Sukarlin pun jadi Romeo sejati, turun ke dalam sumur. Syukurlah, ia berhasil menemukan tubuh istrinya. Tak lama kemudian sebuah keranjang yang diikat tali diturunkan. Sambil membopong Darsih, Sukarlin naik ke atas keranjang dan memberi isyarat agar segera ditarik. Malang tak dapat ditolak. Mungkin karena tak kuat menahan beban berat, tali itu putus. Tak ayal lagi tubuh pasangan malang itu kembali meluncur deras ke bawah. Para penolong panik. Tak seorang pun yang berani lagi jadi Romeo, masuk ke dalam sumur. Kepala Dusun Klumpitj Raswi, cepat bertindak. Ia memanggil Miun, tukang ali sumur yang sudah kampiun menolong orang yang jatuh ke sumur. Dengan keahliannya, Miun berhasil mengangkat Sukarlin dan Darsih. Tapi, apa daya, terlambat sudah. Tubuh pengantin remaja yang baru tiga bulan bersanding itu sudah tak bernyawa. Sebagai tanda berduka, sumur yang sudah menelan dua korban pada pertengahan Januari lalu itu kini dikurung kain kafan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus