Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bogor - Tingkat kepuasan terhadap kinerja pemerintahan Kabupaten Bogor selama dua tahun terakhir dinilai mengalami penurunan. Kepuasan menurun tepatnya sejak Kabupaten Bogor dipimpin pelaksana tugas bupati karena bupati terpilih, Ade Yasin, terjerat korupsi dan dipenjara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tokoh masyarakat Kabupaten Bogor, Ade Ruhandi, mengungkap itu dalam diskusi Jaringan Jurnalis Bogor di Cibinong, Kamis, 11 Januari 2024. Dasar yang digunakan Ade Ruhandi adalah survei internal yang dilakukannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Survei sepanjang lima tahun sehingga diklaimnya bisa membandingkan era Bupati Ade Yasin dengan masa Pelaksana tugas Bupati Iwan Setiawan hingga dia menjadi bupati definitif. Sebelumnya, Iwan Setiawan adalah wakil bupati, berpasangan dengan Ade Yasin dalam Pilkada 2018.
"Saat dipimpin bu Ade Yasin, kepuasan warga mencapai 60 persen, tapi saat pak Iwan menjabat dari Plt hingga menjadi definitif, justru mengalami penurunan menjadi hanya 48 persen," kata dia.
Atas dasar itu, Ade Ruhandi berharap pemimpin atau Bupati Bogor ke depan harus memiliki visi misi dan kinerja yang disebutnya, "Selaras." Pesan juga ditujukannya kepada Penjabat Bupati Asmawa Tosepu yang baru dilantik akhir Desember lalu, setelah masa jabatan bupati Iwan Setiawan paripurna.
"Kita juga akan lihat nanti bagimana nilai masyarakat untuk Pj Bupati yang saat ini pegang kendali roda Pemkab," ucap Ade.
Terpisah, Dosen Program Studi Sains Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Djuanda, Desi Hasbiyah, tak langsung meyakini isi survei itu, Dia menjelaskan, dalam mengukur tingkat kepuasan atas kinerja pemerintahan, pertama-tama harus menyingkirkan pandangan subjektivisme yang tinggi.
Menurut Desi, tingkat kepuasan juga dilihat dari banyak sisi dan apakah kepuasan itu mewakili pribadi, golongan atau kepuasan secara umum. “Apakah kepuasan ini sebuah keinginan atau kebutuhan."
Dia menambahkan, bila melihat secara evaluatif bahwa ini adalah sebuah kepuasan objektif, maka standarisasi itu lah yang kemudian bisa dipakai sebagai evaluasi bahwa itu berhasil atau tidak berhasii