Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Tips Parenting Agar Anak Cerdas, Jangan Dikte dan Paksa Anak

Ketika menerapkan pola parenting anak demi menciptakan anak cerdas, tidak jarang orangtua melakukan kesalahan yang disadari maupun tidak

10 Maret 2020 | 20.30 WIB

Ilustrasi orang tua atau ibu menemani anaknya belajar. shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi orang tua atau ibu menemani anaknya belajar. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Setiap orang tua tentu ingin memiliki anak yang cerdas. Hal penting yang perlu diketahui, tingkat kecerdasan anak dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor biologis dan eksternal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Faktor biologis sendiri dipengaruhi oleh banyak hal, misalnya genetik ibu dan ayah, nutrisi yang dikonsumsi ibu selama masa kehamilan, maupun penyakit yang diderita ibu hamil atau anak itu sendiri. Sementara itu, faktor eksternal juga berpengaruh pada IQ anak. Faktor ini dapat berupa gaya parenting anak yang Anda lakukan dan lingkungan tempat anak bersosialisasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk menciptakan anak yang cerdas tidak cukup dengan membelikannya mainan-mainan edukatif atau memasukkannya ke sekolah yang bagus dan mahal. Sebaliknya, anak cerdas lahir dari pola parenting anak yang tepat dan efektif dari proses yang panjang dan kompleks.

Berikut tips parenting untuk menciptakan anak yang cerdas seperti disarankan oleh para psikolog

1. Jangan dikte anak
Anak cerdas akan lahir ketika ia dibiarkan untuk mengembangkan imajinasi dan bermain sesuka hati. Anda mungkin tergoda untuk mengatur jadwal anak sedemikian rupa agar ia mendapatkan keahlian yang berguna untuk mengasah otak, tapi psikolog mengatakan hal itu justru keliru. Bebaskan anak untuk melakukan yang ia suka, termasuk berinteraksi dengan gawai atau komputer. Jangan lupa untuk tetap mengawasi dan memberikan batasan penggunaan gawai tersebut.

2. Memaksimalkan teknologi
Perkembangan teknologi bisa membantu Anda menciptakan anak cerdas bila dimaksimalkan sesuai potensinya. Anda, misalnya, bisa menggunakan teknologi virtual reality untuk mengajarkan banyak hal pada anak, misalnya cara bermain olahraga tertentu atau memperkenalkan anak pada hewan prasejarah yang sudah punah.

3. Banyak bertanya, sedikit menjelaskan
Dengan banyak bertanya pada anak akan melatih kemampuan memecahkan masalah sekaligus mempertajam imajinasi anak. Misalnya, ketika tengah berkendara, Anda bisa mengajukan pertanyaan sederhana pada anak, seperti “apa yang akan terjadi kalau kita melanggar lampu lalu lintas?”

Metode parenting seperti ini menunjukkan keberhasilan bila anak kemudian sering mengajukan pertanyaan yang dimulai dengan “mengapa”. Ya, pertanyaan seperti ini akan membuat Anda lelah, tapi ingatlah bahwa itu merupakan pertanda Anda sudah dalam jalur yang benar untuk menciptakan anak cerdas.

4. Dukung pertemanan sehat, hindari pertemanan toxic
Benar, anak memang seharusnya bermain dengan siapa saja. Namun, Anda berhak membatasi anak bergaul dengan teman-teman yang toxic agar ia tidak terpengaruh dengan pergaulan seperti itu.

5. Pilih sekolah dan guru yang kompeten
Pola parenting anak bisa buyar ketika sekolah dan tenaga pengajar di dalamnya tidak menunjukkan visi yang sama dengan Anda. Ingat, anak Anda akan berada di sekolah sekitar 6 jam per hari sehingga institusi ini sangat berperan untuk membentuk pola pikir anak, terutama dalam hal akademis.

Jika memungkinkan pilih sekolah yang dikenal akan kepintaran siswanya, agar anak Anda terpacu untuk berada di level yang sama. Yang tak kalah penting, pilih sekolah yang mendukung setiap bakat anak yang berbeda-beda serta memiliki program yang dapat mengembangkan potensi anak Anda.

6. Jangan paksa anak
Setiap anak memiliki karakternya masing-masing, tugas orangtua hanyalah mengarahkan. Anak yang pendiam jangan dipaksa menjadi anak yang aktif secara fisik, begitu pula anak yang lebih suka aktivitas di luar ruangan jangan dipaksa belajar di dalam kelas dalam waktu yang panjang.

Sebaliknya, orangtua bisa mengarahkan karakter anak tersebut menjadi keuntungan baginya, misalnya anak pendiam dapat diberi banyak buku bacaan yang meningkatkan intelegensinya. Selama anak tidak berperilaku menyimpang dan masih dalam batas kewajaran, hormati keinginan anak untuk menjadi dirinya sendiri.

Orangtua juga harus ingat bahwa anak cerdas tetaplah anak-anak yang suka bermain. Jadi, selalu sediakan waktu baginya untuk menyalurkan kegiatan dalam bentuk lain, misalnya berolahraga atau bahkan sekedar main video games.

Ketika menerapkan pola parenting anak demi menciptakan anak cerdas, tidak jarang orangtua melakukan kesalahan yang disadari maupun tidak. Pertama orang tua memiliki ekspektasi yang tidak realistis. Jika melakukan pola parenting anak yang tidak realistis dapat membuat orangtua maupun anak stres hingga depresi. Contohnya, Anda berharap bahwa anak menguasai setiap mata pelajaran di sekolah, mulai dari matematika hingga olahraga.

Kesalahan berikutnya tidak memiliki aturan atau menerapkan batasan. Jika Anda menerapkan aturan ketat pada anak memang tidak baik, namun memberi kebebasan 100 persen juga bukan pola parenting anak yang akan merangsang kecerdasan mereka. Sebagai jalan tengah, Anda tetap dapat memberi kebebasan pada anak, namun dengan beberapa pilihan atau batasan yang tak boleh ia langgar.

Misalnya, anak boleh bermain video games setelah menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Anak mungkin akan kesal atau marah, di sinilah orangtua harus memberi pengertian pada anak bahwa yang ini dilakukan untuk kebaikannya di masa mendatang. 

Terakhir yang sering dilakukan orang tua adalah tidak konsisten. Ketika Anda sudah menetapkan aturan dan batasan, lakukan dengan konsisten. Melakukan hal yang tidak konsisten akan membuat anak bingung karena Anda memberi contoh yang berubah-ubah dalam situasi yang sama. 

 

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus