Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Transmigran robek duit

Kodir, 28, transmigran di jambi, terbilang sukses. pulang kampung ke desa gemiwang, temanggung. uang rp 150.000 disobek-sobek kodir karena ayahnya tak mau membelikan rokok.

7 Mei 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBAGAI transmigran, Kodir, 28 tahun, terbilang sukses. Karena itu, ketika ia pulang dari Jambi, awal bulan lalu, sanak familinya di Desa Gemiwang, Temanggung, Jawa Tengah, menyambut Kodir dengan kegembiraan yang meluap-luap. Tiga tahun di Jambi telah mengubah ayah dua anak ini. "Dia bisa pulang kampung dengan membawa uang cukup banyak," kata Samidi, ayah Kodir, dengan bangga. Itu sebabnya, Kodir dan keluarganya dimanjakan oleh ayah-ibunya. Bagai raja sehari, apa pun yang diinginkan Kodir segera bisa dipenuhi. Cuma saja, kali ini tidak. Yakni, ketika Kodir minta dibelikan rokok. Bukannya di Temanggung tidak ada rokok, tapi saat itu hujan lebat. Untuk berhujan-hujan ke warung hanya membeli rokok, ayahnya, Samidi, menangguhkan keinginan "sang raja" itu. "Nanti saja setelah hujan reda," kata Samidi. Rupanya, penolakan ayahnya itu membuat Kodir naik darah. Ia mengumpat-umpat. "Saya 'kan mau beli dengan uang saya sendiri. Hanya disuruh beli rokok ke warung saja apa perlu upah?" ujar Kodir dengan sengit, sambil masuk ke kamarnya. Tapi ia segera keluar. Dan nyerocos lagi. "Berapa, sih, harga sebungkus rokok, saya bisa beli banyak," kata Kodir sembari membanting segepok uang lima ribuan. Samidi dan seisi rumah tentu saja kaget. Dan peristiwa itu dengan cepat berlanjut: Kodir merobek-robek duit yang jumlahnya sekitar Rp 150 ribu itu menjadi serpihan kecil. Dengan gemas ia hamburkan serpihan uang yang betul-betul asli itu. Lalu Nurhayati menangis. Tentu saja, wong dia itu istri Kodir, yang tahu persis bagaimana susahnya mencari uang di Jambi. Tiga tahun mengumpulkan uang itu dengan menabung sedikit-sedikit. Dan kemudian hujan pun reda. Tetangga berdatangan, tidak membawakan rokok untuk Kodir tapi ingin tahu mengapa ada jerit tangis. "Oalah, sungguh keterlaluan, cari uang susah-susah, kok, malah disobek-sobek. Mbok, buat saya saja," kata seorang tetangga. Hari itu, Desa Gemiwang pun geger. Berita Kodir merobek uang segera menyebar dari mulut ke mulut. Entah lewat mulut siapa, polisi akhirnya mendengar juga kasus unik itu. "Perbuatannya jelas melanggar hukum. Ia bisa dikenai sanksi, walau yang dirobek uang miliknya sendiri," kata seorang polisi. Maka, Kodir pun ditangkap. Seorang transmigran yang sukses ternyata tak cukup banyak uang, tapi bagaimana menggunakannya. "Suami saya itu orangnya memang suka marah," kata Nurhayati, yang tertunda menjenguk kebunnya di Jambi gara-gara rokok, hujan, dan uang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus