Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Jembatan Penyeberangan Ramah Disabilitas

Jembatan penyeberangan orang berkonsep kapal pinisi atau JPO pinisi di Setiabudi, Jakarta Selatan, dilengkapi dengan elevator untuk memudahkan pengguna sepeda dan kelompok disabilitas. Meski begitu, sejumlah kalangan menganggap masyarakat belum bisa memprioritaskan fasilitas di JPO pinisi itu untuk kelompok disabilitas. 

12 Maret 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Foto udara JPO Kapal Pinisi Jakarta, 10 Maret 2022. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Jembatan penyeberangan orang berkonsep kapal pinisi atau JPO pinisi di Setiabudi, Jakarta Selatan, dilengkapi dengan elevator untuk memudahkan pengguna sepeda dan penyandang disabilitas.

  • Meski begitu, sejumlah kalangan menganggap masyarakat belum bisa memprioritaskan fasilitas tersebut untuk kelompok disabilitas.

  • Penyeberangan berbentuk pelican crossing dianggap lebih aman dan ramah bagi kelompok disabilitas.

JAKARTA – Laras, 30 tahun, tampak asyik berswafoto bersama ketiga kawannya di atas jembatan penyeberangan orang berkonsep kapal pinisi atau JPO pinisi, di Setiabudi, Jakarta Selatan, kemarin, 11 Maret. Anjungan jembatan menjadi lokasi utama swafoto mereka.
 
Anjungan tersebut mirip bangunan tingkat yang dibangun di atas jalur utama jembatan. Bedanya, jalur lalu lintas jembatan berlantai beton serta berkelir merah dan jingga. Adapun bangunan anjungan berlantai kayu.
 
Anjungan menjadi lokasi paling menarik di JPO pinisi. Musababnya, anjungan tak memiliki atap dan berlatar deretan gedung pencakar langit. Tak mau rugi, Laras dan kawan-kawan sengaja berswafoto dalam beberapa babak. 
 
Ada yang minta difoto sendirian, berbarengan dua orang, dan tiga orang. Pose mereka pun berubah-ubah layaknya pemotretan model iklan. Meski sengatan sinar matahari berada tepat di atas kepala, semangat berswafoto mereka tetap tinggi. "Lokasi dan pemandangannya bagus banget. Puas foto-foto di sini," kata Laras, kemarin.
 
Menurut Laras, dengan atap terbuka, JPO pinisi bisa menjadi alternatif lokasi swafoto keren di tengah Ibu Kota. Ia pun berharap semakin banyak jembatan penyeberangan yang dipercantik seperti JPO ini. "Jembatan yang sebelumnya enggak banget. Anak tangganya curam dan jelek," kata pegawai salah satu perusahaan asuransi di dekat jembatan tersebut. 
 
Menariknya, bukan cuma Laras dan kawannya yang ingin berfoto di jembatan tersebut. Ketika mereka berswafoto, ada rombongan lain yang menanti giliran mengambil gambar. "Unik juga, harus antre untuk swafoto. Tapi sepadan, sih. Memang bagus untuk foto-foto," kata pengunjung lain bernama Elina, 28 tahun. 
 
JPO pinisi memang menjadi spot terbaru swafoto di Jakarta. Maklum, jembatan tersebut baru dibuka Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada Kamis, 10 Maret lalu. Menurut Anies, konsep kapal pinisi dipakai sebagai simbol bahtera untuk mengantarkan masyarakat agar bisa mengarungi berbagai belahan dunia. 
 
Adapun perancangan JPO pinisi dilakukan pada 2018 dan awal 2019. Sedangkan pendanaannya menggunakan dana kompensasi koefisien lantai bangunan (KLB) dari PT Permadani Khatulistiwa Nusantara di bawah naungan Dinas Bina Marga.
 

 

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersama Kepala Dinas Bina Marga Jakarta Hari Nugroho menuntun sepeda saat peresmian JPO pinisi di Jakarta, 10 Maret 2022. TEMPO/Hilman Fathurrahman W.

Jembatan ini juga dirancang sebagai persembahan kepada tenaga kesehatan yang gugur dalam melawan pandemi Covid-19. Sebanyak 37 nama tenaga kesehatan yang gugur diukir pada prasasti di bagian tengah jembatan.
 
Selain punya anjungan yang indah, jembatan ini bisa dilewati sepeda sampai kursi roda. Musababnya, jembatan itu dilengkapi dengan elevator di kedua sisinya. Namun jalur lintas pejalan kaki dari tangga dan elevator dibagi menjadi dua. Jalur dari tangga dibuat lurus dengan bentang 66,2 meter. Adapun jalur dari elevator dibuat melengkung dengan bentang 89,7 meter. 
 
Fasilitas elevator pada JPO pinisi pun dibuat tak lazim. Bilik elevator punya ukuran yang jauh lebih luas dibanding elevator kantor pada umumnya. Elevator di gedung perkantoran biasanya berukuran 1,5 x 1,5 meter dengan berat maksimal di bawah 1,5 ton. 
 
Adapun elevator di JPO pinisi berukuran 2 x 4 meter. Dengan luas tersebut, beban angkut elevator maksimal 3 ton. Maka, elevator itu bisa mengangkut 9-10 sepeda beserta penggunanya.
 
Pegawai operator elevator JPO pinisi, Alif Dani Prayoga, menyebutkan semua kalangan diperbolehkan menumpang elevator di jembatan. Harapannya, elevator di jembatan tersebut bisa membantu kelompok disabilitas mengakses JPO pinisi.
 
Menurut Alif, pengguna sepeda disarankan menuntun sepedanya ketika berada di atas JPO pinisi. "Sebab, cukup bahaya karena angin yang berembus bisa sangat kencang," kata dia, kemarin. 
 
Alif mengklaim, secara keseluruhan, belum ada kendala berarti pada hari pertama pengoperasian JPO pinisi. Hanya, ada satu-dua pengunjung yang mengeluhkan hilangnya atap jembatan. "Jadi, mereka kepanasan dan takut kehujanan," ujarnya, kemarin. 
 
Untuk elevator, menurut Alif, setidaknya akan ada waktu pembersihan sekali dalam sepekan. Maklum, bangunan elevator yang berada di samping jembatan terbuat dari kaca tebal. "Kotor sedikit jadi kelihatan," ucapnya. 
 
Alif pun berharap masyarakat Jakarta bisa bijak menggunakan fasilitas elevator pada JPO pinisi. Tujuannya agar elevator tak cepat rusak. "Jangan sampai dicoret-coret juga. Sangat sayang jika fasilitas bagus ini cepat rusak," kata dia. 
 
Ketua Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI), Muharyati, menyambut baik JPO pinisi yang dilengkapi dengan elevator untuk memudahkan warga berkebutuhan khusus itu. Menurut dia, sejatinya sudah ada beberapa lokasi umum di Jakarta yang melengkapi fasilitasnya dengan elevator.
 
"Tapi kenyataannya masyarakat non-disabilitas yang lebih sering menggunakannya," ujar Muharyati ketika dihubungi, kemarin. 
 
Dia menambahkan, umumnya JPO tidak ramah untuk kelompok disabilitas. Sebab, tangga naik-turun jembatan mempersulit kelompok disabilitas fisik dan sensoris serta warga lansia. Walhasil, menurut Muharyati, pelican crossing dianggap sebagai fasilitas penyeberangan yang lebih aman bagi kaum disabilitas. 
 
Namun ada baiknya alokasi waktu menyeberang untuk kelompok disabilitas dibuat lebih lama ketimbang non-disabilitas. "Jadi, bisa disesuaikan. Waktunya bisa ditambahkan beberapa menit," kata dia. 
 
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran), Deddy Herlambang, berharap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta lebih tegas dalam mengedukasi masyarakat untuk memprioritaskan fasilitas elevator pada JPO untuk kelompok disabilitas. Menurut Deddy, masyarakat harus punya kepedulian terhadap kelompok yang membutuhkan keistimewaan di ruang publik. "Jangan sampai ada warga disabilitas justru antre saat menggunakan elevator," kata dia. 
 
INDRA WIJAYA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus