Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebuah gambar tangkapan layar artikel berjudul “Kepala Data Kesehatan NIH Mengakui Vaksin COVID-19 Menjadi Penyebab Lonjakan Kematian Mendadak di Dunia”, dibagikan di Facebook [arsip] pada 13 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tidak terlihat nama situs yang mempublikasikan artikel. Namun pengunggah konten menulis bahwa artikel itu diterbitkan 28 November 2024. Artikel itu berisi tentang pernyataan Kepala Cabang Standar Data Kesehatan NIH, Raja Cholan bahwa tingkat keefektifan vaksin Covid-19 yang rendah dan efek negatif vaksin tersebut salah satunya serangan jantung pada orang dengan usia 30 tahun atau yang lebih muda setelah mendapatkan vaksin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia juga menuding vaksinasi Covid-19, terutama yang diproduksi Pfizer dan Moderna, hanya bermotif uang belaka.
Namun, benarkah terdapat pejabat NIH yang mengatakan vaksinasi Covid-19 menyebabkan lonjakan jumlah kematian mendadak di dunia?
PEMERIKSAAN FAKTA
Tempo menelusuri artikel tersebut menggunakan mesin pencari dan kata kunci. Hasilnya, artikel itu berasal dari situs berbahasa Inggris Thepeoplevoice.tv berjudul “NIH Health Data Chief Admits COVID Vaccines Are Behind Global Surge in Sudden Deaths” pada 28 November 2024.
Artikel tersebut mengutip dari video milik O’Keefe Media Group yang diklaim didapat jurnalis warga yang menyamar, dan mewawancarai Cholan sambil merekam menggunakan kamera tersembunyi.
Sementara O’Keefe Media Group, sesungguhnya adalah lembaga penyiaran yang dibuat oleh James O'Keefe, yang memiliki rekam jejak penyebaran hoaks atau disinformasi yang menguntungkan Donald Trump di Pemilu Amerika Serikat tahun 2020, sebagaimana dilaporkan France24.com.
Saat itu ia membuat kelompok untuk mengoperasikan Project Veritas yang menuduh seorang kepala kantor pos bernama Robert Weisenbach, mengubah tanggal surat suara pemilu secara ilegal. Namun pada akhirnya mereka mengakui tuduhan itu hoaks.
Klaim 1: Raja Cholan sebagai Kepala Data Kesehatan NIH
Fakta: Raja Cholan tidak tercantum dalam jajaran direktur NIH maupun Google Scholar sebagai peneliti yang berfokus pada Covid-19
Mula-mula Tempo menelusuri nama Raja Cholan di situs The National Institutes of Health (NIH). NIH adalah lembaga pemerintah Amerika Serikat yang melakukan dan mendukung penelitian biomedis tentang penyebab, pengobatan, dan pencegahan penyakit. Lembaga ini merupakan pendukung tunggal terbesar penelitian biomedis di negara ini dan juga menyediakan pelatihan bagi peneliti kesehatan dan menyebarluaskan informasi medis.
Dalam jajaran direktur NIH, tidak ada nama Raja Cholan sebagai Kepala Data Kesehatan NIH. Jabatan tersebut juga tidak termasuk dalam direksi NIH. Nama direktur dan wakil direktur NIH dapat dibaca di tautan ini.
NIH terdiri dari 27 komponen yang berbeda terdiri dari Institute dan Center yang masing-masing memiliki agenda penelitian yang spesifik. Dalam kolom pencarian nama pegawai, Raja Cholan terdaftar sebagai Kepala Unit Standar Data Kesehatan, Divisi Layanan Pengguna dan Koleksi (USCD), Perpustakaan Kesehatan Nasional (The National Library of Medicine/NLM), salah satu Institute di bawah NIH.
Unit Standar Data Kesehatan tersebut bertugas untuk mengatur dan mengkoordinasikan standar data kesehatan yang mendukung pertukaran informasi kesehatan dan penemuan biomedis.
Dalam direktori penelitian yang dilakukan Raja Cholan di Google Scholar, tidak ada riwayat bahwa ia meneliti yang terkait dengan Covid-19 maupun vaksin Covid-19.
Klaim 2: Vaksin COVID-19 Menjadi Penyebab Lonjakan Kematian Mendadak di Dunia
Fakta: Para peneliti hanya melihat tren kematian berlebih dari waktu ke waktu, bukan penyebab kematian dan tidak menemukan hubungan di antara keduanya.
Klaim tersebut bermula dari postingan media sosial yang keliru saat membaca hasil riset berjudul “Excess mortality across countries in the Western World since the COVID-19 pandemic: ‘Our World in Data’ estimates of January 2020 to December 2022”, yang diterbitkan BMJ Public Health pada 3 Juni 2024. Banyak narasi di media sosial menyebut bahwa lonjakan atau kematian berlebih selama 2020-2022 disebabkan oleh vaksin COVID-19.
BMJ pada 14 Juni 2024, sebenarnya telah mengeluarkan pernyataan bahwa penelitian tersebut tidak menemukan hubungan tersebut. Para peneliti hanya melihat tren kematian berlebih dari waktu ke waktu, bukan penyebab kematian. “Penelitian tersebut tidak mendukung klaim bahwa vaksin merupakan faktor utama penyebab kematian berlebih sejak dimulainya pandemi. Faktanya, vaksin telah berperan penting dalam mengurangi penyakit parah dan kematian yang terkait dengan infeksi Covid-19,” tulis BMJ dalam pernyataannya.
Meski vaksin Covid-19 memiliki efek samping yang jarang terjadi, sejumlah penelitian juga telah menunjukkan tidak ada kaitan antara vaksinasi Covid-19 dengan penyebab kematian mendadak. Penelitian di Negara Bagian Oregon, Amerika Serikat, misalnya menyelidiki 40 kematian yang terjadi di antara orang yang telah menerima dosis vaksin Covid-19 mRNA. Dari data ini, tiga kematian terjadi kurang dari 100 hari setelah vaksinasi. Akan tetapi, dua kematian tersebut terjadi pada orang dengan penyakit yang telah lebih dulu dimiliki, dan satu orang lagi yang meninggal memiliki penyebab kematian yang tidak diketahui.
“Data tidak mendukung adanya hubungan antara vaksinasi Covid-19 dengan kematian jantung mendadak di kalangan orang muda yang sebelumnya sehat. Vaksinasi Covid-19 direkomendasikan untuk semua orang berusia ≥6 bulan guna mencegah Covid-19 dan komplikasinya, termasuk kematian,” tulis para peneliti.
Di Australia, dibandingkan dengan data sebelum pandemi, terjadinya peningkatan signifikan dalam kematian akibat penyakit kardiovaskular disebabkan meningkatnya kasus COVID-19. Hal ini dapat dikaitkan dengan faktor langsung atau tidak langsung, seperti perubahan gaya hidup, gangguan akses ke perawatan jantung rutin, atau kematian akibat penyakit kardiovaskular yang dipicu oleh infeksi Covid-19.
Kesimpulan itu dihasilkan setelah melakukan analisis retrospektif terhadap laporan otopsi sebanyak (n) 9.330 kasus yang diperoleh dari Pengadilan Koroner New South Wales, Australia, yang secara khusus menargetkan kasus kematian yang tidak dapat dijelaskan yang terjadi antara tahun 2018 dan 2022.
KESIMPULAN
Video tentang vaksin Covid-19 menyebabkan lonjakan jumlah kematian mendadak adalah menyesatkan.
Raja Cholan bukan Kepala Data Kesehatan di kantor pusat NIH seperti yang diklaim di dalam konten. Nama Raja Cholan yang tertera sebagai Kepala Unit Standar Data Kesehatan, Divisi Layanan Pengguna dan Koleksi (USCD), Perpustakaan Kesehatan Nasional (The National Library of Medicine atau NLM), salah satu institusi di bawah NIH. Berdasarkan riwayat penelitian, Raja Cholan tidak fokus pada Covid-19 maupun vaksin Covid-19.
Meskipun vaksin memiliki efek samping yang jarang terjadi, sejumlah penelitian telah menunjukkan tidak ada kaitan antara vaksinasi Covid-19 dengan penyebab lonjakan kematian.Vaksin telah berperan penting dalam mengurangi penyakit parah dan kematian yang terkait dengan infeksi Covid-19.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Cek Fakta Tempo telah hadir selama lima tahun membantu publik menghadirkan informasi yang sesuai fakta, serta melawan misinformasi dan disinformasi. Kami membutuhkan masukan Anda agar cek fakta Tempo terus relevan menjawab kebutuhan pembaca serta menghadapi tantangan disinformasi yang semakin kompleks. Semoga Anda bisa meluangkan waktu selama 5 menit untuk mengisi survei pada tautan ini.
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]