Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

<font color=#FF6600>Santet</font> Message Service

Kabar adanya tenung via pesan pendek meresahkan para pengguna telepon seluler selama beberapa pekan terakhir. Bohong, tapi banyak yang ketakutan.

26 Mei 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KANTUK masih menggelayut di mata Muhammad Vani. Itu Minggu pagi, jadi ia tidak bergegas mengusirnya. Dengan enggan, sambil berbaring malas di kursi panjang, ia membuka pesan pendek yang masuk ke telepon selulernya.

Pesan itu dikirim dari nomor 0866. Bunyinya: “Anda telah dihubungi dengan infrared tegangan tinggi.” Warna pesan itu merah darah.

Vani, 25 tahun, langsung semaput. “Wajahnya pucat, matanya merah, tubuhnya tegang,” kata ibunya, Harliani, kepada Tempo pekan lalu.

Pemuda Petamburan, Jakarta Pusat, ini ketakutan setengah mati. Soalnya, malam harinya ia membicarakan soal santet yang dikirim via pesan pendek bersama kawan-kawannya. Eh, pagi itu, teks digital dengan segala ciri “pesan santet” tersebut datang ke teleponnya.

Vani bukan korban pertama dari rumor pesan pendek bermuatan tenung. Kabar soal santet yang dikirim via short message service–karena itu, dipelesetkan jadi santet message service–telah beredar sejak awal Mei lalu. Pesan berisi tenung ini juga beredar di Malaysia dan Brunei, sehingga menjadi topik pemberitaan hangat media massa di sana.

Di Indonesia, cerita tentang pesan berteluh membikin panik pemakai telepon seluler di berbagai kota di Sumatera, Jawa, hingga Nusa Tenggara Timur. Gara-gara itu, Departemen Komunikasi dan Informatika meminta operator telepon seluler menghentikan penyebaran pesan digital ini. “Itu cuma hoax (pesan bohong). Tidak ada pesan pendek yang bisa menyantet,” ujar Gatot S. Dewo Broto, juru bicara Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi. “Dari sisi teknologi sangat tidak mungkin,” ujarnya lagi.

Memuatkan tenung pada pesan pendek memang tak masuk akal. Tapi tidak sukar membikin pesan dengan kesan semacam ini. Wahyu Wijanarko, konsultan teknologi di Yogyakarta, mengatakan pesan seperti ini bisa dibuat menggunakan fitur spoof caller yang bisa disewa dengan harga beberapa dolar di Internet. Dengan fitur ini, Anda bisa melakukan panggilan atau mengirim pesan dari nomor yang diinginkan–meniru nomor orang lain atau memakai nomor misterius. “Saya sudah mencoba ini ke beberapa operator dan sukses,” kata lulusan teknik elektro Universitas Gadjah Mada itu.

Diduga, dengan cara itulah pengirim pesan santet menyembunyikan nomor aslinya dan mengubah nomornya menjadi–itu tadi–0866. Bagaimana cara membuat pesan yang dikirim berwarna merah?

Itu juga mudah. Pengirim pesan hanya perlu memanfaatkan fitur SMS color. Fitur ini tidak populer di antara pengguna pesan pendek, tapi sesungguhnya telah disediakan oleh beberapa operator telepon seluler. Nah, dengan fitur inilah pesan santet dibikin berwarna merah.

Lelucon digital ini tak terbilang baru. Pesan seperti ini pernah marak di Nigeria dan negara Afrika lainnya serta di India dan Pakistan pada 2004.

Lelucon pesan pendek terakhir terjadi di Kamboja pada April lalu. Guyonannya persis pesan santet via pesan pendek di Indonesia sepanjang bulan Mei. Seperti di Indonesia, pemakai telepon seluler di Kamboja sempat resah oleh nomor aneh yang mengirim pesan tenung berwarna merah.

Tak jelas apa motif pembuat pesan ini. Awalnya, kemunculan pesan seram itu dihubungkan dengan upaya menjatuhkan operator baru Axis dari PT Natrindo Telepon Seluler. Angka 66 dari nomor pengirim itu dihubung-hubungkan dengan tarif Axis, yang menggunakan angka enam.

Juru bicara Axis, Anita Avianty, membantah pesan santet itu terkait dengan layanannya. “Nomor telepon Axis berawalan 0838, bukan 0866 seperti pengirim pesan tenung,” ujarnya.

Agaknya, seperti dikatakan Ketua Masyarakat Telematika Indonesia, Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, pesan santet itu sekadar karya orang iseng. “Pesan itu menjadi teror karena direspons secara berlebihan,” ujarnya.

Itulah yang mungkin terjadi pada Hasudungan Sinaga, 34 tahun. Warga Riau ini mengaku mendapat kiriman pesan santet itu pada 7 Mei lalu. Waktu itu, pengusaha jual-beli barang bekas ini merasa telepon selulernya seperti mengeluarkan setrum, padahal mungkin saja ini hanya getaran vibratornya.

Segera saja Hasudungan melempar telepon genggamnya ke kolam. “Aku yakin itu memang SMS berbahaya. Aku sendiri mengalaminya,” katanya.

Ada juga cerita pegawai kecamatan di Kabupaten Siak. Jahara, ibu satu anak, mendapat pesan pendek berlatar merah. Dia tidak sempat membaca tulisannya karena–seperti Hasudungan–keburu merasa disetrum. “Ponsel langsung saya lempar keluar,” ujarnya.

Juru bicara Kepolisian Daerah Riau, Ajun Komisaris Besar Zulkifly, juga menengarai pesan santet hanya bikinan orang iseng. “Kemudian berkembang tidak keruan,” ujarnya. Ia mengatakan pihaknya sejauh ini belum mendapat pengaduan dari masyarakat.

Sebenarnya kabar soal kiriman santet via pesan pendek sempat mereda menjelang pertengahan Mei. Tapi rumor ini kembali hidup dan menjadi pembicaraan di Subang, Cirebon, hingga Banyumas setelah ada pesan berantai susulan.

Salah satu pesan itu menyarankan supaya menyebut nama Tuhan untuk menghindari santet dari telepon merah. Pesan lain bahkan mengutip pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Isinya menyatakan pesan pendek merah itu bukan ilmu hitam, melainkan benar-benar sinar inframerah yang berlebihan hingga bisa mengakibatkan penerima tewas.

Memang, pada banyak telepon seluler, ada fitur inframerah. Tapi telepon seluler tidak akan memancarkan sinar inframerah saat menerima atau mengirim pesan. Fasilitas inframerah baru aktif kalau dinyalakan. Selain itu, radiasi sinar ini dirancang untuk tidak membahayakan pemakainya.

Toh, rumor itu makin menjadi-jadi, karena ada pesan baru yang mengatasnamakan sebuah stasiun televisi swasta di Indonesia. Dalam pesan ini tertulis semua orang harus mematikan telepon selulernya pada jam tertentu karena akan ada radiasi inframerah.

Akibatnya, lelucon digital ini ibarat bom waktu hingga sekarang. “Orang bisa jantungan dan pingsan atau sampai meninggal saking kagetnya,” ujar Wahyu.

Contoh korbannya, itu tadi, Vani. “Baru setelah dua jam ia terlihat lebih tenang,” ujar ayahnya, Ade Sujana.

Yandi M.R., Iqbal Muhtarom (Jakarta), Jupernalis Samosir (Riau)

Membikin Pesan Misterius

NAMA fiturnya spoof caller. Dengan fitur ini, pengguna telepon seluler bisa mengirim pesan dengan menyembunyikan nomor aslinya. Berikut ini cara memakai fitur tersebut.

  1. Beli voucher spoof card di salah satu provider Internet. Ada yang menawarkan US$ 10 untuk percakapan 60 menit.
  2. Setelah mendapat nomor identifikasi personal, masukkan nomor telepon Anda dan masukkan tujuannya.
  3. Isi Number to display on Caller ID sesuai dengan keinginan, misalnya +0866.
  4. Setelah semua terisi, tekan submit.
  5. Anda akan menerima panggilan telepon dengan suara mesin dari provider Internet itu ke telepon seluler. Jalankan perintah, misalnya tekan angka 1.
  6. Tunggu tanda panggilan.
  7. Nomor Anda akan terlihat menjadi +0866 (empat angka) pada telepon lawan bicara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus