Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Bagaimana Guru Beri Teladan Keamanan Siber? Studi Ini Ungkap 2 Sikap Kontradiktif

Pengetahuan soal keamanan siber dan cara menjaganya tidaklah cukup. Keamanan data harus terus dipraktikkan sehari-hari dan menjadi budaya sosial.

14 Mei 2024 | 21.48 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan keamanan siber dan privasi global, Kaspersky, menerbitkan studi terbaru tentang peran pengajar dalam mengedukasi kerentanan di sekolah-sekolah. Studi melibatkan 157 guru di India, Singapura, dan Filipina, serta berkolaborasi dengan Associate Professor Jiow Hee Jhee dari Singapore Institute of Technology.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hasil studi itu mengungkapkan bahwa 7 dari 10 guru lebih memilih menggunakan data seluler dibanding jaringan publik sebagai tindakan pencegahan keamanan data dan digital. Walaupun sudah melakukan antisipasi seperti itu, sebanyak 90 persen responden masih percaya bahwa ada kemungkinan perangkat digital mereka diserang di masa depan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Manajer Urusan Akademik untuk Asia Pasifik di Kaspersky, Trishia Octaviano, sepakat potensi ancaman dunia maya tidak bisa diprediksi kehadirannya. Artinya, dia menambahkan, pengetahuan soal kerentanan data dan cara menjaganya tidaklah cukup, sebab keamanan data harus terus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi budaya sosial.

"Seiring dengan upaya kami menciptakan komunitas global yang kebal siber, peneliti di Kaspersky menyoroti bagaimana sekolah dan institusi harus berupaya mengidentifikasi dan menjembatani kesenjangan ancaman ini supaya ilmu dari generasi ke generasi bisa tersalurkan dan keamanan siber terus meningkat," kata Trishia menuturkan dalam keterangan yang dibagikannya, Selasa 14 Mei 2024.

Penelitian, kata Trishia, juga mengungkap para pengajar atau guru itu selalu menaruh curiga dan tetap waspada terhadap link yang disebar oleh orang tak dikenal (sebab berpotensi phishing). Namun, di sisi lain, ditemukan sikap abai dalam menjaga kata sandi (password) perangkat mereka. Hampir 90 persen responden menganggap dampak kebocoran kata sandi tidak akan berpengaruh terlalu parah.

Tindakan abai itu, menurut Trishia, bisa berdampak buruk sebab, walaupun upaya pencegahan sudah dilakukan sebaik mungkin namun kata sandi lemah, maka peretas bisa dengan mudah mengakses akun pengajar. "Seharusnya pengajar yang takut akan phising bisa lebih meningkatkan keamanan akunnya lewat kata sandi yang sulit dan tidak mudah ditebak," kata dia.

Lebih lanjut, Kaspersky merekomendasikan untuk para pengajar bisa melengkapi alat keamanan siber dan kapabilitasnya. Pelatihan berkelanjutan dan pengembangan keterampilan juga sangat penting untuk mengatasi metode kejahatan siber yang semakin maju di dunia maya. "Sekolah harus melakukan inisiatif dan promosi perilaku siber yang aman di kalangan siswa," kata Trishia.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus