Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Bahaya Fake BTS Menurut Pakar Unair, Saat Tiruan Menara Seluler Curi Data Ponsel

Ponsel yang secara otomatis mencari sinyal terkuat akan dengan mudah terjebak dalam perangkap fake BTS.

19 Maret 2025 | 20.18 WIB

Ilustrasi Hacker atau Peretas. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Perbesar
Ilustrasi Hacker atau Peretas. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Dosen dari Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin Universitas Airlangga (Unair) Maryamah mengatakan salah satu ancaman siber yang semakin sulit dideteksi adalah Fake BTS atau IMSI Catcher, alat peniru menara seluler asli yang mampu mencuri data dari ponsel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Begitu perangkat terhubung, peretas bisa mencegat komunikasi pengguna, termasuk panggilan, pesan singkat (SMS), dan kode one-time password (OTP) yang masuk ke smartphone,” ujar Maryamah melalui keterangan tertulis pada Rabu, 19 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurut Maryamah, Fake BTS menipu perangkat seluler agar terhubung ke jaringan palsu. Ponsel yang secara otomatis mencari sinyal terkuat akan dengan mudah terjebak dalam perangkap ini.

Kendati bukan merupakan serangan jenis baru, Maryamah menyebut kesadaran soal bahaya modus ini masih sangat minim. Padahal, penelitian mengenai langkah deteksii Fake BTS sudah dimulai sejak 2017. Di Indonesia, upaya perlindungan terhadap ancaman ini masih tergolong lemah, dan belum ada sistem deteksi yang efektif," kata dia.

 

Kian Rentan SMS OTP

Maryamah menyebut metode autentikasi melalui pesan singkat OTP masih diapakai sebagai fitur keamanan standar oleh penyedia layanan keuangan dan perbankan. Namun, sistem ini sudah rentan bila dipakai sebagai satu-satunya lapisan perlindungan.

“Perusahaan teknologi besar seperti Apple, Microsoft, dan Google sudah meninggalkan SMS OTP sejak 2021, beralih ke teknologi passkey yang lebih aman,” kata dia.

Meski telah mengadopsi skema lain, bank dan layanan keuangan masih kesulitan meninggalkan skema SMS OTP karena kemudahan implementasinya. Langkah terbaik, menurut Maryamah, tetap berupa sistem keamanan berlapis yang sulit diretas, seperti autentikasi biometrik atau passkey.

 

Tips Antisipasi Fake BTS

Bila seseorang telanjur menjadi korban Fake BTS dan kehilangan akses ke akun pengguna, langkah pertama yang sebaiknya dilakukan adalah adalah mengganti kata sandi dan PIN akun perbankan. Bila akun sudah dikendalikan oleh peretas, pengguna harus segera menghubungi layanan pelanggan bank untuk mereset akses mereka.

Maryamah juga menyarankan agar pengguna mulai mengaktifkan fitur keamanan tambahan, seperti two-way authentication, passkey, dan biometrik. Google termasuk penyedia teknologi yang telah mewajibkan penggunaan autentikasi dua faktor di banyak institusi, termasuk di Universitas Airlangga, sejak Februari 2025.

Masyarakat diminta tidak mudah percaya terhadap pesan permintaan kode OTP, sekalipun nomor pengirimnya terlihat seperti nomor resmi bank. Pengguna perangkat diminta selalu mengulangi verifikasi dengan menghubungi bank langsung melalui saluran resm

“Nomor asli bank bisa dipalsukan, membuat pengguna lengah dan dengan mudah memberikan akses tanpa curiga. Sehingga, setiap kali menerima pesan yang mencurigakan,” tutur dia.

Irsyan Hasyim

Menulis isu olahraga, lingkungan, perkotaan, dan hukum. Kini pengurus di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, organisasi jurnalis Indonesia yang fokus memperjuangkan kebebasan pers.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus