Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Masih ingat foto Paus Fransiskus mengenakan sebuah puffer jacket bak seorang selebritas? Gambar-gambar palsu produk kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) seperti itu belakangan semakin jamak, seiring alat-alat baru berbasis model-model difusi yang memungkinkan orang-orang membuat cepat gambar dari instruksi teks yang sederhana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebuah studi oleh Nicholas Dufour dari Google dan teman-temannya menemukan lonjakan pesat proporsi gambar-gambar bangkitan AI dalam klaim-klaim cek-fakta hoax sejak awal 2023 lalu. Hasil studi itu sejalan dengan hasil riset Hany Farid dari University of California, Berkeley, yang menyatakan, dalam banyak kasus, gambar dan audio bangkitan AI hampir tak bisa dibedakan dengan yang asli.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"AI generatif mencemari seluruh ekosistem informasi, menjadikan apa yang kita baca, tonton, dan dengar menjadi keraguan," katanya.
Negar Kamali dari Northwestern University di Illinois menegaskan kalau literasi media saat ini membutuhkan literasi AI untuk mencegah setiap orang tersesat ke dalam disinformasi. Dalam sebuah studi tahun ini, Kamali dan kawan-kawannya mengidentifikasi lima kategori berbeda dari eror yang ada dalam gambar bangkitan AI. Hasil studi mereka juga menyediakan petunjuk bagaimana orang-orang bisa menemukan eror-eror itu.
Kabar baiknya adalah bahwa riset Kamali menduga orang-orang saat ini sekitar 70 persen akurat mendeteksi gambar orang yang palsu dan bangkitan AI berdasarkan petunjuk tersebut. Berikut 5 eror yang umum ditemui dalam gambar bangkitan AI:
1. Sulit dipercaya secara sosiokultural: apakah lokasinya tidak biasa atau perilaku tak biasa untuk kultur tertentu atau riwayat seseorang?
2. Sulit dipercaya secara anatomi: lihat dengan lebih seksama, apakah bagian tubuh seperti tangannya berbentuk atau berukuran janggal? Apakah mata atau mulutnya terlihat aneh? Apakah ada bagian tubuhnya yang menyatu?
3. Artefak yang stylistic: Apakah gambar terlihat tidak alami, hampir terlalu sempurna atau stylistyc? Apakah latar belakangnya terlihat aneh atau seperti ada yang hilang? Apakah pencahayaannya aneh atau berubah?
4. Sulit dipercaya secara fungsi: Apakah ada obyek yang terlihat sangat aneh atau seperti mereka mungkin tidak nyata atau tidak berfungsi? Sebagai contoh, apakah kancing atau kepala ikat pinggang berada di posisi yang tidak tepat?
5. Fisik yang salah: Apakah bayangan menunjuk arah yang berbeda-beda? Apakah refleksi cermin konsisten dengan dunia yang ada dalam gambar?
NEW SCIENTIST
Pilihan Editor: Dua Kali Sabtu Gempa Mengguncang Bali-Lombok