Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Boyong Kantor ke Internet

Bill Gates meluncurkan aplikasi kantoran berbasis Internet. Microsoft kalah langkah dari Google.

10 Maret 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bill Gates rupanya gerah betul pada Google. Di depan peserta konferensi di Washington State Trade and Convention Center, Seattle, Senin pekan lalu, bos Microsoft ini melancarkan serangan verbal kepada perusahaan Internet raksasa pesaingnya itu.

”Mungkin saya bias. Tapi Google benar-benar tidak memahami kebutuhan utama pelaku bisnis,” katanya. ”Kebanyakan produk mereka diterima karena peluncurannya pas hari baik saja,” kata Bill Gates, seperti yang disiarkan microsoft.com selepas jumpa pers.

Pernyataan Gates itu menunjuk pada aplikasi kantoran berbasis Internet yang diluncurkan Google pada Februari 2007. Padahal aplikasi kantoran inilah yang menjadi lumbung uang buat Microsoft selama ini. Aplikasi Microsoft Office 2007 serta sistem operasi Windows Vista menyumbang pendapatan terbesar, sekitar 57 persen, ke perusahaan peranti lunak itu.

Rezeki Microsoft itu mulai tergerus sejak Google terjun ke bisnis aplikasi kantoran ini. Google melirik celah pasar yang lebih besar yang sama sekali belum dimasuki Microsoft: Internet. Selama ini Microsoft baru bermain sebatas aplikasi untuk komputer. Google pun menyalip perusahaan milik Gates itu.

Dengan Google Applications—begitu nama program aplikasi kantoran itu—pengguna Internet, misalnya, bisa membuka program pengolah kata, tabel, dan grafis dengan gratis. Mereka tak usah mengunduh program tersebut, apalagi membeli program berlisensi. Uang yang mesti dikeluarkan pengguna, ya itu, hanya biaya koneksi Internet.

Nah, Gates mulai membuat serangan balasan pada September tahun lalu. Microsoft menginternetkan program Office mereka. Program yang diberi nama Office Live Work Space itu masih berupa program uji coba yang bisa diakses gratis melalui http://workspace.officelive.com/.

Program ini memiliki sejumlah kelebihan dibanding Google Apps. Microsoft, misalnya, melakukan tes pada perusahaan dengan jumlah karyawan lebih dari 5.000 orang. Karyawan mereka diminta berkomunikasi langsung dengan menggunakan aplikasi Microsoft Office Live Meeting. Tes berhasil.

Office Live juga menyediakan fasilitas perlindungan surat elektronik, Exchange Hosted Services. Perlindungan terhadap surat elektronik ini dapat dilakukan setiap saat tanpa perlu investasi besar membangun infrastruktur. Layanan dirancang melalui Internet sehingga bisa menangkal spam atau virus sebelum masuk ke komputer pengguna.

Senin pekan lalu, Microsoft menambah aplikasi Office Live dengan Microsoft Exchange dan Sharepoint Services. Ini serangan kedua Gates. Ia menyebut Sharepoint sebagai aplikasi tambahan yang hebat. Dengan Sharepoint, misalnya, pengguna bisa mengatur arus kas atau perhitungan investasi. Pemakai SharePoint juga bisa membuat situs sendiri dan berbagi informasi dengan pengguna lain.

Dengan semua fitur Office Online itu, pengguna bisa mengelola surat elektronik, kalender, daftar kontak, hingga konferensi video. Aplikasi ini memungkinkan orang menyimpan lebih dari seribu dokumen dalam satu tempat di Internet. Jadi tak perlu lagi media penyimpan seperti flashdisk atau melampirkan dokumen dalam surat elektronik. Tinggal menulis dan memasukkannya ke akun pribadi yang bisa diakses dari mana saja.

Microsoft mulai membuka kesempatan semua orang menguji aplikasi kantoran di Internet yang masih versi beta. Mereka berencana meluncurkan versi utuh Office Online pada akhir tahun ini. Versi itu tidak gratis. Belum ada keterangan resmi harga yang akan dipatok. Gates menyebut Office Online ini sebagai software as a service (SaaS). ”Layanan ini membuat konsumen leluasa mengakses dan mengelola peranti lunaknya,” kata Gates.

Gabungan peranti lunak dan pelayanan ini menjadikan Office Online sebagai server internal perusahaan. Disebut ”jaringan di atas awan”. Jaringan ini bisa menggeser server dan jaringan lokal dalam perusahaan. Program ini akan memangkas biaya sektor teknologi informasi (IT) di perusahaan. ”Kami merespons 500 juta pengguna Office. Mereka ingin mengakses dokumen di mana saja,” kata Guy Gilbert, Senior Product Manager Microsoft.

Mendapat ”jab” dua kali dari Gates, bos Google Eric Schmidt tak gentar. Ia justru menyatakan ”jaringan di atas awan” sudah lebih dulu dijejaki Google. Schmidt menyebut GoogleSites yang diluncurkan dua pekan lalu sebagai layanan baru yang memiliki fasilitas mirip dengan Microsoft Exchange dan SharePoint Service. GoogleSites memungkinkan pemakainya membuat situs sama mudahnya seperti membikin dokumen. Aplikasi ini, yang ditujukan buat perusahaan, pendidikan, dan organisasi, masih dalam tahap percobaan, versi beta.

Munculnya GoogleSites itu makin melengkapi fasilitas Google Applications yang telah lebih dulu muncul. Hingga pekan lalu Google Applications yang mencakup pengolah kata, tabel, chatting, kalender, agenda, telah menggaet lebih dari 500 ribu pendaftar gratis dan berbayar. Dalam keterangan persnya, Google menerima sekitar 2.000 pendaftar setiap hari.

Aplikasi Google bisa diperoleh cuma-cuma. Pemakai ini mendapat jatah kapasitas layanan surat elektronik terbatas 6,5 gigabita. Pengguna gratisan tak bisa mendapat dukungan garansi keamanan surat elektroniknya. Aplikasi berbayar akan mendapat kapasitas surat elektronik hingga 25 gigabita plus sokongan keamanan. Google Apps Premium Edition ini berharga US$ 50 (Rp 450 ribu).

Aplikasi kantoran lewat Internet itu telah menyumbang pendapatan Google sampai US$ 400 juta hingga tahun ini, atau sekitar tiga persen total pendapatan Google. Masih jauh dibandingkan dengan pendapatan Microsoft Office yang telah mencapai US$ 16 miliar. Tapi kocek Google dari sektor online itu menggelembung hingga sepuluh kali lipat. Google Online memperoleh pendapatan US$ 40 juta pada tahun pertama peluncuran.

Bisnis aplikasi berbasis Internet memang menggiurkan buat Microsoft dan Google. Perusahaan sejenis semacam IBM, Oracle, dan SalesForce pun ikut terjun di bisnis ini. Sejumlah analis memperkirakan aplikasi berbasis Internet bakal menjadi tren. Diperkirakan pertumbuhan aplikasi online akan mencapai US$ 14,8 miliar pada 2011.

Mary Jo, analis dari ZDNet, mengatakan bahwa Microsoft akan tertinggal jika tak membidik pasar online. Tapi apakah pengguna akan memilih software murah atau berbasis Internet? ”Saya kira lebih bagus kalau menggagas aplikasi yang amat murah, bahkan gratis,” kata Mary Jo. Untuk memperoleh aplikasi Microsoft Word dan Excel, kita harus merogoh kocek sekitar Rp 3 juta.

Di Indonesia, perang ”jaringan di atas awan” itu belum menggema. Novi Tandjung, Product Manager Microsoft Indonesia, mengatakan bahwa aplikasi online lebih mendesak di Amerika atau negara maju, karena di sana sudah ada infrastruktur Internet memadai. Perusahaan besar dan kecil di negara maju mengalami tantangan karena makin mahalnya tenaga kerja bidang IT. ”Tapi tren aplikasi online akan sampai ke Indonesia juga,” ujar Novi.

Aplikasi kantoran lewat Internet dirasakan belum menjadi kebutuhan mendesak bagi pelaku IT di Indonesia. Yudha Ginanjar, Manajer Pengembangan Aplikasi PT Jerbee Indonesia, menggunakan Google Applications untuk memenuhi rasa penasaran. Alumni Politeknik Institut Teknologi Bandung ini baru sesekali menerapkan aplikasi gratisan untuk keperluan berbagi data dengan sejumlah kliennya di luar kota. ”Saya belum sampai (pada tahap) ketergantungan,” ujar dia.

Yandi M.R.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus