Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Adobe telah akhirnya merilis sistem pembangkit gambar berbasis kecerdasan buatan atau AI miliknya sendiri pada pekan lalu, tepatnya 21 Maret 2023. Perusahaan mengumumkan apa yang disebutnya 'keluarga model-model pembangkitan AI kreatif' Adobe Firefly dan merilis dua alat (tools) pertama yang mengambil manfaat darinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Satu tool bekerja seperti DALL-E atau Midjourney yang mengizinkan para pengguna cukup dengan mengetik untuk mendapatkan gambar yang diinginkannya. Alat kedua membangkitkan teks yang bergaya, sejenis WordArt yang ditenagai AI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ini adalah peluncuran besar untuk Adobe karena sepanjang tahun lalu perusahaan yang berkonsentrasi di tengah ekosistem aplikasi kreatif ini hanya menghabiskan sebagian besar waktunya duduk diam di sisi lapangan, sementara sejumlah pendatang baru di ruang kreatif mulai menawarkan alat-alat bertenaga untuk menciptakan gambar, video, dan suara.
Saat peluncuran lalu, Adobe Firefly masih dalam versi beta, dan hanya akan tersedia lewat website-nya. Jumlah penggunanya juga masih dibatasi. Tapi, Adobe berencana untuk mengintegrasikan perangkat AI miliknya itu ke aplikasi dan layanan kreatif seperti Photoshop, Illustrator, dan Premiere.
Belum ada jadwal rilis resminya, tapi akan ada, misalnya, AI-generated outpainting di Photoshop. Illustrator juga akan mampu membangkitkan variasi vektor di sketsa buatan tangan. Lalu Premiere akan membiarkan pengguna membuat gradasi warna atau mengulang gaya sebuah gambar dengan hanya sebuah image prompt.
"Kami tidak takut kepada perubahan, dan kami menyambut perubahan ini," kata Alexandru Costin, Wakil Presiden Pembangkitan AI, juga Sensei, di Adobe. Dia menambahkan, “Kami membawa kemampuan ini langsung ke dalam produk sehingga pelanggan tak perlu tahu apakah ini bangkitan AI atau bukan."
Dengan alat bangkitan AI-nya, Adobe mengklaim sebagai satu dari sedikit perusahaan yang bersedia mendiskusikan data apa yang digunakan untuk melatih pemodelannya. Dan menurut Adobe, semua yang diasupkan ke dalam modelnya itu sudah terlisensi dan memiliki hak cipta atau berasal dari Adobe Stock, yang dipastikan Costin berhak digunakan oleh perusahaannya.
Itu yang diyakininya bahwa Adobe Firefly tak akan menyinggung hak para seniman dan lebih aman untuk hak cipta. "Kami dapat membangkitkan konten kualitas tinggi tanpa melanggar merek dan hak dagang karena model kami tidak dilatih untuk itu," kata Costin.
Costin menambahkan, Adobe juga berencana untuk membayar seniman yang berkontribusi ke pelatihan data dalam sistem. Belum akan terjadi saat ini, tapi rencananya mengembangkan semacam 'strategi kompensasi' sebelum sistem pelatihan itu datang dalam versi beta. "Kami sedang mengeksplor bermacam opsi," kata Costin.
Adobe Firefly. Dok. Adobe
Yang ini disadari berpotensi pelanggaran--sebagian orang bisa melatih sistem pada gaya seniman lain untuk mengklon karya mereka--dan Costin mengatakan Adobe sedang berpikir tentang bagaimana untuk mengatasi itu.
Adobe juga mencoba membuat alat AI miliknya lebih mudah digunakan daripada kompetitor. Ketimbang meminta pengguna mengetikkan serangkaian panjang deskripsi untuk gambar bangkitan yang diinginkan, Adobe mencakupkan opsi-opsi yang built-in untuk art styles, pencahayaan, dan aspect ratio. Pengguna juga akan dapat mengaplikaskan opsi-opsi itu ke gambar yang sudah dibangkitkan.
THE VERGE
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.