Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Jalur Maya Mengontrol Keluarga

Teknologi CCTV bisa diakses dari Internet. Tak harus mahal.

20 September 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PAGI di depan Kedutaan Besar Australia, Jakarta, saat bom menyalak Kamis dua pekan silam, adalah pagi yang tak berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Lalu-lintas yang padat, orang yang berbondong-bondong menyeberang jalan atau saling berpapasan tanpa tegur sapa. Semua sibuk dengan urusan masing-masing. Tak ada yang memperhatikan siapa membawa apa, atau bagaimana caranya…, sampai semuanya terlambat. Darah keburu tumpah, dan jiwa-jiwa melayang.

Setelah bom itu meletus, spekulasi berkembang tentang bagaimana si pembunuh menyelesaikan tugasnya. Ada yang menyebut bom dibawa dalam sebuah mobil yang meledak bersama pengemudinya. Yang lain menduga bom dibawa dengan sebuah motor, lalu ditabrakkan ke truk polisi yang parkir di sana. Silang pendapat baru reda setelah rekaman closed circuit television (CCTV) dari Plaza 89 dan Plaza Kuningan—masing-masing terletak di depan dan samping kanan Kedutaan Australia—diputar. Dari rekaman itu, jelas terlihat sebuah mobil boks Daihatsu melaju dari arah Mampang, berbalik arah, masuk jalur lambat, lalu meledak di depan kedutaan.

Artinya, CCTV berfungsi ganda sebagai instrumen pemantau aktivitas sekaligus menjadi kunci pembuka misteri. "Karena itu, jangan heran, tingkat penjualannya melonjak drastis setelah bom Bali dan bom Marriott tahun lalu," kata Paul Sastroutomo, Product Manager PT Sensormatic Indonesia, distributor penjualan kamera pemantau. Pasca-ledakan bom Kuningan, menurut Paul, tidak terjadi pertambahan permintaan yang tinggi seperti sebelumnya, terutama di kawasan perumahan. "Mungkin karena orang sudah cenderung 'tenang-tenang saja', dalam arti peristiwa seperti itu memang bisa terjadi kapan saja dan di mana saja," katanya.

Sebagai instrumen elektronik yang termasuk dalam gugus kamera pengintai (surveillance camera atau spy-cam), teknologi dan prinsip kerja CCTV tak rumit. Ada kamera yang berfungsi memantau obyek, lalu ada alat penerima dalam bentuk video, handycam, atau televisi. Tak perlu membayangkan televisi besar di ruang tamu keluarga, cukup yang berukuran sebesar jam meja bila hanya dalam jarak sampai 20 kilometer.

Arsitektur sederhana ini cuma membutuhkan kabel yang direntangkan antara kamera dan penerima. Fungsi seperti ini cocok untuk keamanan yang membutuhkan kewaspadaan tinggi, karena sang pengawas harus berada dalam jarak yang tidak terlalu jauh dengan obyek yang tertangkap di kamera.

Dalam versi yang lebih canggih, kamera dengan monitor tidak lagi dihubungkan melalui kabel (wireless). Untuk ini, diperlukan alat tambahan berupa pemancar dan receiver yang berfungsi sebagai penangkap gelombang yang dipancarkan kamera. Kamera nirkabel memudahkan mobilitas pengguna karena tidak harus berada di lokasi adanya kamera. Namun, kualitas gambar yang dihasilkan kamera nirkabel biasanya lebih buruk dibandingkan dengan kamera kabel karena sifatnya yang lebih sensitif terhadap gelombang lain, misalnya gelombang dari ponsel, gelombang radio, atau pesawat yang tengah melintas di atas permukiman. Interferensi itu membuat gambar bergetar sehingga gambar yang dihasilkan tak sebaik kamera dengan kabel.

Otak CCTV disebut CCD (charge couple diode), sirkuit yang terdiri dari jutaan sel surya kecil yang disusun berdekatan. Setiap sel yang sangat peka terhadap cahaya ini mengubah titik cahaya (foton) menjadi elektron bermuatan listrik. Ketika ia menangkap sebuah gambar, misalnya wajah seseorang, CCD mengolahnya menjadi jutaan elektron dengan muatan listrik yang bervariasi. Elektron-elektron itu yang kemudian diolah kembali menjadi gambar.

Tapi kini CCD bukan satu-satunya pilihan. Ada juga peranti yang disebut complementary metal oxide semiconductor (CMOS). Bentuknya lebih mungil, lebih solid, menyedot energi baterai lebih hemat, dengan total biaya lebih murah. Kekurangan CMOS dibandingkan dengan CCD adalah jenis ini kurang sensitif terhadap cahaya, tak mampu menghasilkan gambar beresolusi tinggi, sehingga kualitas gambar yang dihasilkan pun rendah.

Kemudahan untuk mengakses hasil tayangan atau rekaman pun semakin dimudahkan lewat Internet. Sehingga, bila Anda berada di kantor, tetap bisa mengontrol kondisi rumah dan memastikan anak-anak Anda berada dalam kondisi terpantau.

Akses didapat dari kamera yang memiliki web server, yang biasanya sudah menyediakan web page sendiri. Lewat web page inilah gambar-gambar yang terekam oleh kamera bisa diakses secara online, dengan arsitektur seperti yang ditunjukkan dalam ilustrasi.

VPON Camera Server mengirimkan gambar real-time dari enam kamera (katakanlah masing-masing satu kamera di pintu depan, halaman belakang, ruang tamu, dapur, ruang tidur utama, dan garasi) ke komputer Anda di kantor melalui perantaraan Internet. Bila Anda ingin memantau suasana satu kantor yang berbeda ruangan, Intranet bisa digunakan sebagai pilihan. Anda hanya membutuhkan web browser Netscape Navigator 4.0 atau Microsoft Internet Explorer 4.0 atau versi di atasnya, untuk bisa memantau apa yang sedang terjadi di rumah Anda.

Bukan cuma Internet dan Intranet yang bisa digunakan. Jalur telepon standar, fiber, ataupun jalur cepat ISDN juga bisa dimanfaatkan sebagai kanal pengiriman data dan gambar, dengan menggunakan koneksi dari-titik-ke-titik OYO Viewer untuk contoh di atas. Output akhirnya, yakni gambar-gambar yang direkam oleh kamera pengintai di rumah Anda, bisa dilihat pada PC atau notebook.

Akmal Nasery Basral


Pengawal Rumah

Tanpa biaya terlalu mahal, kita pun bisa membuat jaringan kamera pengintai di rumah yang bisa dimonitor dari luar melalui jalur Internet. Tentu syaratnya adalah di rumah sudah tersedia jaringan Internet 24 jam, seperti ADSL-nya Telkom, atau Internet kabel. Perangkat lain yang diperlukan adalah komputer yang terhubung ke Internet, kamera pengintai—tak perlu mahal, yang seharga Rp 300 ribu pun sudah memadai—dan perangkat lunak untuk mengoperasikan kamera itu melalui komputer. Jangan khawatir, beberapa toko di Jakarta sudah menyediakan kamera pengintai yang sudah dilengkapi perangkat lunak untuk memonitor melalui Internet. Jadi, sewaktu-waktu rumah akan ditinggalkan berlibur, cukup hidupkan komputer di rumah dan pastikan Internet sudah tersambung, pasang kamera, lalu tinggalkanlah rumah yang kosong dengan tenang. Jika ingin memantau dari tempat berlibur, masuk ke situs Internet yang disebut dalam paket perangkat lunak, voilaa…, hasil tangkapan kamera CCTV pun terpampang di layar komputer.

Dalam versi yang lebih canggih, model kamera monitor seperti itu sudah dilengkapi kamera dengan sensor penangkap gerak. Jadi, seandainya rumah kosong lalu kamera menangkap ada gerak-gerik tamu tak diundang, komputer segera mengolah data dengan melakukan perekaman otomatis. Kelak, rekaman itu akan sangat berguna untuk bukti bahwa telah terjadi tindak kejahatan.

ANB

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus