Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Koran Maksi di Layar Mini

Akhirnya Internet benar-benar mampir ke layar ponsel. Berkat Mobee.

8 Desember 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NUJUMAN itu 100 persen ilmiah. Telepon seluler diramalkan bakal menjadi gerbang utama ke konten Internet. Tidak sekadar untuk mengunduh foto atau dering, ponsel akan dipakai untuk bertukar konten dan menghidupkan jaringan komunitas semacam Facebook, YouTube, MySpace, dan Flickr.

Setahun sudah lewat. Nujuman Andreas Constantinou, Direktur Riset Vision Mobile, yang bermarkas di London, Inggris, tak menunjukkan tanda-tanda bakal terbukti. Di ujung 2008, hanya 16 persen pemilik ponsel yang menggunakan perantinya untuk mengakses Internet. Lembaga riset Jupiter Research bahkan memperkirakan, hingga 2012, jumlah pengakses Internet dari ponsel tak naik jauh—jadi 28 persen.

Tapi, berkat Micropage, ramalan Constantinou mungkin lebih cepat datang. Faktanya, kini peranti lunak itu sudah dipakai oleh sebagian besar media utama di Indonesia, meski banyak di antaranya masih dalam status uji coba.

Peranti lunak buatan PT Mobee Indonesia itu bakal menjadi tulang punggung ramalan Constantinou karena membuat konten Internet di layar ponsel tampil senyaman di layar komputer. Ini penting karena, ”Kalau konten Internet itu raja, kenyamanan mengakses dari ponsel adalah ratunya,” kata Elwin Ardririanto, bos PT Mobee Indonesia.

Nah, sebelum Micropage datang, sang ratu belum tersedia. Ponsel sudah nyaman untuk mengunduh nada sambung atau membaca pesan pendek dan surat elektronik. Tapi belum nyaman untuk mengantarkan video, mengakses situs berita, menikmati komik, apalagi untuk mengunjungi jaringan komunitas.

Penyebabnya bukan sekadar ukuran layar ponsel yang mini. Dalam banyak hal—dari kekuatan prosesor, kapasitas memori, hingga alat input—telepon seluler tak sepadan dengan komputer. Agar ponsel tidak ”kelelahan” saat mengakses konten Internet, teks lebih dominan dan gambar dibikin seirit mungkin. Hasilnya, konten Internet yang dilihat di layar ponsel jadi membosankan.

Sekarang mari mencoba Micropage. Dengan menggunakan ponsel Sony Ericsson S500i plus koneksi GPRS dari provider Telkomsel, Tempo mencoba mengakses portal Micropage milik satu media besar dan majalah pria dewasa. Persiapannya lumayan merepotkan. Ke dalam ponsel harus dipasang dulu aplikasi Microserver yang disediakan oleh portal tersebut. Ada pula formulir yang harus diisi.

Masih ada sedikit kerepotan tambahan ketika pindah portal. Aplikasi Microserver harus di-install ulang. ”Yah, mau bagaimana lagi? Ini karena tidak ada pemilik portal yang mau disatukan dengan portal lain,” kata Elwin.

Toh, kerepotan akibat prosedur itu cepat terobati. Akses ke halaman bergambar terasa lebih ringan dan cepat. Berbeda dengan saat mengakses laman berbasis WAP, ponsel juga tidak panas dan baterai tidak lekas habis.

Keunggulan itu berkat kemampuan Micropage dalam mengurangi lalu lintas data dan memampatkan ukuran konten Internet. Karena ukuran lebih kecil, konten itu bisa lebih cepat diunduh ataupun ditransfer. Bandwidth yang dipakai lebih irit, sehingga dari sisi pengguna lebih hemat ongkos.

Ada beberapa komponen Micropage. Pada sisi klien atau ponsel—itu tadi—ditanam aplikasi Microserver. Fungsinya ”membaca” dan mensinkronisasi konten yang ditarik dari server. Microserver yang berukuran sekitar 500 kilobita itu juga berfungsi laiknya memori penyimpan ”jejak” portal. ”Jadi, setiap kali masuk portal, tak perlu lagi mengunduh file yang sudah diakses sebelumnya,” ujar Elwin.

Di sisi server, segala macam data dari penyedia konten diubah ke format Micropage. Melalui Micropage Administration Console di server, Mobee juga dapat memantau arus konten dan menganalisis siapa saja pengaksesnya (lihat konfigurasi).

Sebenarnya, teknologi Mobee tak tergolong baru. Memiliki nama generik on device portal, teknologi ini sudah dikembangkan oleh SurfKitchen, Action Engine, dan Trigenix pada 2002. Beberapa perusahaan lain menyusul, seperti O2, Sonofon, Adobe Multimedia FlashCast, dan Opera. Toh, di Indonesia, Mobee masih tanpa pesaing.

Kalaupun bisa disebut pesaing, itu adalah Opera berbasis mesin penjelajah alias browser. Karena berupa browser, Opera bisa dipakai berselancar ke semua portal.

Setiap kali mengakses suatu portal, ponsel ber-Opera akan terhubung lewat server proxy atau perantara milik Opera. Di server perantara inilah proses miniaturisasi dan kompresi dilakukan sebelum konten dikirim ke ponsel. Opera mengoperasikan sekitar 100 server perantara di seluruh dunia.

Tak seperti Opera, Micropage khusus untuk portal yang menjadi pelanggan Mobee. ”Opera disebut open garden, sedangkan kami closed garden,” kata Elwin.

Dalam hal ukuran file, Micropage lebih unggul dibanding Opera. Format Micropage—bahkan yang tak dimampatkan—lebih kecil daripada Opera. Jika Micropage memampatkan data itu, ujar Elwin, ukurannya menjadi tinggal sepertiga Opera, WAP, atau XHTML.

Mobee memakai format JPEG yang dimodifikasi guna memampatkan gambar. Untuk mengirim data konten dari server ke ponsel, Mobee memodifikasi format kompresi gzip. ”Hasil modifikasi gzip kami empat kali lebih padat dibanding format gzip asli,” kata Elwin.

Asyiknya, ponsel untuk berselancar di atas Mobee Micropage tak perlu terlalu canggih. Yang penting memiliki koneksi GPRS dan memori 32 megabita. ”Yang harga Rp 800 ribu pun bisa,” kata Elwin.

Micropage bisa bekerja pada platform Symbian, Microsoft Windows Mobile, dan Java Mobile. Sekarang Mobee masih menguji Micropage pada sistem operasi Linux Mobile, Google Android, Apple OS X-iPhone, juga BREW.

Nantikan pula kejutan Mobee berikutnya. BlueMoon Technology Holding, induk perusahaan Mobee, tengah bersiap meluncurkan kertas digital di atas platform on device portal. Fungsinya kurang-lebih sama dengan kertas. Nantinya, semua koran, majalah, tabloid, atau buku digital yang telah dimampatkan bisa diunduh lewat ponsel dan kemudian ditransfer via bluetooth ke perkakas khusus semacam Sony Reader atau Amazon Kindle.

Kertas tak lagi diperlukan. Koran konvensional bakal punya lawan tangguh dan bisa-bisa ”wassalam”. Tapi Kusuma Andrianto, Manajer Pengembangan Inovasi-Mobee, mengatakan, ”Teknologi ini tidak untuk menggantikan koran. Koran kertas dan koran digital bisa terus hidup berdampingan.”

Sapto Pradityo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus