Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Mencari rumus matematika nyawa

Seminar sejumlah ahli biologi dan komputer menyimpulkan bahwa rumus matematika kehidupan mungkin saja ada. banyak program komputer mencoba meniru program hidup.

5 Desember 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH bidang penelitian baru telah dikukuhkan di Los Alamos, Amerika Serikat: bidang kehidupan buatan (artificial life). Itu terjadi setelah September lalu, untuk pertama kalinya, sejumlah ahli biologi dan komputer berkumpul di kota yang dikenal sebagai pusat riset senjata nuklir AS itu. Seminar itu menyimpulkan: rumus matematika kehidupan mungkin saja ada. Bagi ahli biologi, komputer sangat bermanfaat untuk menyimulasikan bagaimana perubahan gen terjadi di alam dan bagaimana evolusi terjadi. Terutama bagaimana DNA dapat terbentuk dari bersenyawanya asam-asam amino yang berkeliaran bebas dan bagaimana DNA mulai dapat mereproduksikan dirinya. Ini penting karena DNA adalah senyawa paling sederhana yang menjadi pertanda awal kehidupan. Untuk membuat program ini, para ahli melakukan apa yang dikenal sebagai reverse engineering: mengurut terjadinya suatu proses dari bentuk akhir ke bentuk awal. Misalnya mengurut dari bentuk pohon pakis dewasa ke awalnya ketika masih berupa spora. Berdasarkan hasil pengurutan tadi, dicari rumus perintah yang menyebabkan perubahan itu terjadi. Pada dasarnya, mereka mencari "algoritma genetika". Ambillah program yang dibuat oleh Dr. Richard Dawkins dari Universitas Harvard sebagai contoh. Program ini cukup sederhana, hingga dapat dijalankan pada komputer pribadi (PC). Isinya adalah meniru perintah yang terdapat pada satu set yang terdiri atas 16 gen. Perintah ini merupakan perintah bagaimana pencabangan-pencabangan dapat dilakukan. Selain itu, juga dimasukkan kemungkinan lahirnya replika yang sedikit berubah dari "orangtua"-nya, karena terjadi mutasi. Program ini lalu diterapkan pada suatu bentuk yang sangat sederhana, misalnya sebuah garis. Kemudian, untuk meniru proses seleksi alamiah, Dawkins memilih secara acak -- satu dari beberapa alternatif bentuk yang ditawarkan pada saat reproduksi. Ternyata, hasilnya mengejutkan. Setelah mensimulasi terjadinya "evolusi" selama puluhan generasi, garis mirip tongkat itu bisa menjadi berbentuk seperti serangga atau jenis udang (crustacea). Walhasil, terbukti bentuk kompleks itu bisa terjadi tanpa adanya suatu rencana mengenai itu. "Saya memang menginginkan terjadinya proses-proses biologi yang mungkin terjadi dengan sesedikit mungkin campur tangan saya, yang dalam hal ini seperti campur tangan langsung Tuhan pada kenyataan sebenarnya," kata Dawkins. Persoalan "campur tangan Tuhan" memang selalu dihindarkan dalam program-program serupa yang banyak digelarkan di seminar ini. "Kami tak ingin ada kontrol terpusat ataupun simulasi keajaiban," kata Dr. Christopher Langton dari Laboratorium Los Alamos. Barangkali program yang paling menunjukkan "campur tangan Tuhan" yang paling minimal tergambar pada program buatan Dr. Craig W. Reynolds dari perusahaan Symbolics Inc. Reynolds merancang sebuah program yang meniru perjalanan sekelompok burung melewati sejumlah halangan. "Burung-burung" ini tidak mendapatkan perintah terinci arah penerbangannya, melainkan hanya sebuah set aturan main untuk menghindarkan halangan yang dibuat secara acak. Ternyata, ketika simulasi ini dijalankan, hasilnya sangat menakjubkan. Bahkan juga bagi Reynolds sendiri. Bagaimana tidak. Di layar komputer memang terpampang sekawanan burung yang terbang melintasi rintangan seperti dibayangkan sebelumnya. Namun, ternyata ada juga "burung" yang menabrak halangan, teler sebentar, lalu perlahan-lahan terbang lagi, dan berhasil melintasi rintangan dengan selamat. Kesimpulannya: jalan hidup mungkin juga mirip seperti burung tadi, bukan dipersiapkan secara rinci dari "sana", melainkan sekadar dilengkapi satu set aturan main belaka. Adapun hidup itu berjalan dengan sendirinya, dan berinteraksi dengan lingkungan seolah secara kebetulan. Bagi para peserta seminar, ada persoalan lain yang dianggap menarik. "Yang membuat saya tak bisa tidur bukanlah sangat miripnya simulasi ini dengan kenyataan sebenarnya," kata Steen Rasmussen, peserta dari Denmark. "Namun, saya ingin mengetahui jiwa yang menentukan arah perubahan itu. Saya ingin tahu apa, sih, mesin hidup itu," tambahnya dengan serius. Rasa penasaran Rasmussen, pakar dari Technical University of Denmark tadi, mungkin memang gambaran dari jurang yang masih membentang di antara ahli teknik dan ahli biologi. Sebab, kendati kemajuan teknologi saat ini sering digembar-gemborkan luar biasa, kenyataannya masih banyak kemampuan makhluk hidup yang sulit ditiru mesin. Kini, dengan meneliti program komputer yang mencoba meniru program hidup, para pakar berharap jurang itu akan terjembatani. Bahkan sebagian pakar demikian optimistisnya sehingga mereka malah sudah memperdebatkan bagaimana mendefinisikan bahwa sebuah mesin itu "hidup". Beberapa peserta seminar menganggap bahwa sebuah mesin "hidup" jika mempunyai kemampuan memproses materi dan energi, bereproduksi, dan berkembang biak. Ada juga yang menganggap hal ini saja tak cukup, melainkan harus ditambah dengan kemampuan mesin itu untuk merasa "kesal". Namun, perdebatan yang paling keras dan menarik adalah ketika membicarakan masalah bagaimana membedakan makhluk hidup sebenarnya dan mesin yang "hidup". Dr. Gerald F. Joice dari Institut Salk, San Diego, mengusulkan dilakukannya sebuah tes biologi: masukkan mesin hidup itu ke sebuah kamar bersama seorang ahli biologi. Jika ahli itu kemudian keluar kamar dan menyatakan mesin tersebut sebagai makhluk hidup, maka si pembuat mesin sudah berada diambang sukses. "Jika mesin itu yang keluar kamar dan menyatakan bahwa ahli biologi itu adalah makhluk hidup, Anda baru benar-benar sukses," kata Joice. Bambang Harymurti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus