Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Islam itu sangat simpel

Laporan wawancara tempo dengan syeikh al azhar, gadel hak ali gadel hak tentang pembatasan keturunan, pendirian islam terhadap minoritas, masalah pemisahan kekuasaan agama dan dunia serta masalah perang.

5 Desember 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WARTAWAN TEMPO di Kairo, Djafar Bushiri, yang bergabung dengan 14 wartawan dari United Nation European yang berkantor di Jenewa, mewawancarai Syaikh Al Azhar, Gadel Hak Ali Gadel Hak (baca: Jadel Hak). Mewakili rombongan ditunjuk Allen Mc Groger, wartawan Time dan BBC London. "Bismillahirahmanirrahim. Selamat datang di Al Azhar," sambut bekas mufti di Lembaga Dar el Ifta' (1978) itu. Ia diangkat sebagai menteri wakaf, pada 1982. Di tahun yang sama menjadi syaikh jabatan tertinggi di atas menteri -- di Al Azhar. Berperawakan sedang, tinggi 164 cm, rambut yang mulai memutih, wajahnya tenang dan anggun. Usianya 70 tahun. Alumnus FH Al Azhar (1943), ia juga pemegang diploma internasional dalam bidang hukum Islam, 1945. Pertanyaan tentang berbagai hal meluncur. Juga soal revolusi Iran. Gadel Hak menjawab, "Revolusi Iran itu politik, tak ada hubungannya dengan Islam. Karena Islam rahmah, bunuh-membunuh tak diperkenankan. Dan inilah yang menjauhkan Iran dari realitas keagamaan, sekalipun mengklaim atas nama Islam." Wawancara selama 1 jam 25 menit, Selasa akhir Oktober lalu, itu berjalan intim, walau ekstrakonsentrasi. Jawaban Syaikh Gadel Hak mungkin akan memperkaya wawasan pemikiran bagi mereka yang berbicara soal tajdid alias "pembaruan", di tengah Islam, di Indonesia. Beberapa petikan dari Kairo: Bagaimana pandangan Syaikh terhadap pembatasan keturunan -- istilah yang selama ini kita kenal? Islam tak memperkenankan istilah pembatasan keturunan, tapi membolehkan pengaturan keturunan. Dua istilah itu berbeda, baik upacara maupun konotasi pengertiannya. Yang pertama bertentangan dengan hukum alam manusia. Yang kedua menyangkut pengaturan sejauh mengenai kapasitas dan kemampuan manusia itu sendiri dalam berkiprah, mengatur, mencari, dan menemukan kebahagiaan yang didambakan. Karena hidup layak diatur, untuk kemudian dimakmurkan. Sebab itu, yang kedua tak berlawanan dengan kodrat manusia sebagai manusla. Sebagaimana juga Islam melarang abortus. Bila Mesir agama resminya Islam, dan masyarakat mayoritas muslim, meskipun tak memperlakukan hukuman seperti di Arab Saudi, bagaimana pendirian Islam terhadap minoritas, baik secara politik maupun agama? Dari perjalanan sejarah sejak semula hingga kini, Islam mengayomi serta melindungi hak-hak kaum minoritas, baik politik maupun kemerdekaan agamanya. Khususnya di Mesir, Islam dan Kristen Koptik hidup berdampingan sudah beberapa abad Islam memberi hak lindungnya secara wajar atas dasar eksistensi agama samawi. Islam agama rahmah atau kasih sayang. Dalam hal ini apa berarti harus menerapkan syariat (hukum yang berlaku dalam) Islam kepada agama lain yang minoritas? Prinsip Islam selalu mengatakan, "Ajaklah menuju jalan Tuhanmu dengan bijaksana dan nasihat-nasihat yang agung" (Quran, Surah Al Nahl, ayat 125). Sebab, tak ada paksaan dalam agama. Mengapa Islam menilai "kebebasan wanita" sebagai hal yang tak wajar? Islam menghormati wanita: kehendak kemauan, dan kebebasannya yang didukung oleh kemaslahatan wanita itu sendiri. Artinya, Islam membebaskan dan menghormati wanita sesuai dengan kodrat wanita sebagai manusia. Karena itu Islam tidak memperkenalkan wanita, misalnya, bila berpakaian tak wajar. Sebab, akan menodai perasaan orang lain, yang juga bisa berakhir dengan noda pada kemaslahatan wanita itu sendiri. Dengan demikian, Islam menghormati nilai sosial yang utuh dalam masyarakat. Jadi, kebebasan selama dapat menopang keutuhan nilai-nilai tadi. Sebab, keutuhan menentukan stabilitas dan ketenteraman masyarakat yang majemuk. Bagaimana menurut Anda, pemisahan kekuasaan agamawi dan kekuasaan duniawi? Dalam Islam tak ada pemisahan antara kekuasaan-kekuasaan seperti itu. Islam mengatur kehidupan secara keseluruhan. Kalau di parlemen Mesir terdapat koalisi antara kelompok Islami dan sosialis (isytiraky), apa Anda mendukung koalisi tersebut? Islam sebagai agama memang memiliki watak yang tak terbatas. Selama tak melanggar prinsip-prinsip. Karena itu, Islam mempunyai wawasan internasional. Tapi otoritas kekuatan hukum Islam berlaku kepada para muslimin, karena seperti dikatakan tadi, tak ada paksaan dalam agama. Kini telah banyak terjadi perubahan nilai-nilai yang banyak dipengaruhi oleh majunya ilmu dan teknologi. Bagaimana menurut Anda, apa Islam dapat mengikuti semua perubahan itu? Maksud Anda perubahan apa? Dapatkah Anda sebutkan sebagai contoh? Laju kemajuan ilmu dan teknologi Barat. Justru Islam mendorong terhadap kemajuan ilmu dan teknologi, selama kesejahteraan alat itu untuk kepentingan manusia seperti kemajuan di bidang medis, astronomi, pertanian, dan penelitian antariksa. Quran banyak sekali menyebut ayat-ayatnya agar manusia malu di bidang ilmu pengetahuan. Ringkasnya, secara prinsip Islam tidak bertentangan dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Apa bukan berarti mengubah mempermudah pengertian hukum yang rumit itu menjadi lebih gampang dan simpel? Islam sebenarnya sangat simpel. Dari sejak aqidah, hukum kemasyarakatan, peribadatan sangat gamblang. Yang mungkin kelihatan agak berkelit penafsiran ulama terhadap cabang hukum, yang bukan masalah prinsip. Dan ini memang berbeda-beda. Tapi kita menyebutnya perbedaan itu sebagai rahmah (anugerah). Karena, di situ menyisipkan kreasi berpikir secara cermat, di samping memberikan wawasan dimensi waktu yang memungkinkan lebih elastis terhadap perubahan. Jadi, kalau ini masalah cabang, dan kalau kembali pada masalah pokok, Islam mudah dan amat simpel. Kapan Islam dapat membolehkan perang? Apabila posisi Islam dalam keadaan terserang. Secara demikian perang diartikan sebagai pembelaan membalas serangan musuh yang berusaha memerangi muslimin. Jadi, bersifat defensif terhadap status quo. Kalau Islam berhak menuntut balas, sebagaimana Anda katakan, bagaimana nasib muslimin di Quds akhir-akhir ini yang diteror oleh orang-orang Yahudi. Apa komentar Anda? Jawabannya, Anda lebih tahu dari saya. Barangkali saya tak perlu lagi berkomentar. Dan Anda tahu kota suci Quds adalah kota suci bagi semua agama langit: Islam, Kristen, dan Yahudi. Saya kira siapa saja berhak mengutuk pelanggaran norma-norma yang dilakukan oleh teror Israel itu. Bukan hanya itu, mereka merampas Gereja Koptik milik Mesir di perbatasan sana. Mesir kini menuntut gereja itu dikembalikan. Kaum muslimin tentu berhak melawan serangan itu, bukan? Jelas, harus begitu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus