Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Google Maps yang dilengkapi dengan fitur Google Street View telah membantu banyak orang untuk menemukan jalan yang benar. Masalah klasik yang sering ditemukan saat bepergian, seperti tersesat dan tidak tahu jalan pulang, dapat diatasi dengan Google Maps. Namun, teknologi tersebut ternyata tidak bisa diterima begitu saja oleh semua orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Banyak negara yang melarang kehadiran teknologi peta Google. Salah satunya adalah Jerman. Negara yang terkenal memiliki segudang inovasi di bidang teknik ini ternyata tidak bisa menerima Google Maps hadir di negaranya begitu saja. Apabila peta Jerman ditelusuri di Google Maps, sebuah penanda yang menyatakan bahwa wilayah tersebut tidak dijangkau oleh Google Maps akan muncul di beberapa wilayahnya. Dengan kata lain, beberapa wilayah Jerman di Google Maps tidak bisa dilihat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal itu berimplikasi pada penggunaan Google Street View di Jerman. Apabila Google Street View diarahkan di beberapa jalan di Jerman, banyak gambar buram akan ditemui. Dilansir dari bbc.com, sekitar 250.000 orang di Jerman memilih untuk memburamkan gambar rumahnya di Google Street View.
Beberapa hal menjadi alasan orang-orang Jerman untuk menolak beberapa fitur Google di negaranya. Salah satu alasan tersebut adalah privasi. Dilansir dari inverse.com, Jerman memang memiliki budaya privasi yang sangat tinggi. Budaya tersebut diperkirakan muncul akibat dari sejarah pemerintahan fasis Adolf Hitler dan tentara Nazinya di Jerman.
Pada periode sejarah tersebut, Nazi memiliki satuan polisi bernama Gestapo. Satuan polisi tersebut bertugas menangkap paksa orang-orang yang memiliki garis politik yang tidak sejalan dengan Pemerintahan Nazi. Guna menemukan orang-orang tersebut, Gestapo biasanya mengorek-orek informasi pribadi atau privasi orang tersebut dari berbagai tempat. Karena itu, orang-orang Jerman dahulu sangat peduli terhadap privasi mereka. Kepedulian tersebut terbawa hingga masa kini.
Kekhawatiran orang-orang Jerman terhadap privasi tersebut tidaklah main-main. Dilansir dari bigthink.com, sebuah riset yang dipublikasikan di jurnal Harvard Business Review mengungkapkan bahwa orang-orang Jerman bahkan rela merogoh kocek sedalam 184 dolar AS untuk melindungi informasi kesehatan pribadi mereka. Padahal, bagi orang-orang Inggris, perlindungan bagi informasi tersebut hanyalah memiliki harga sebanyak 59 dolar AS. Bahkan, orang-orang Cina dan Amerika Serikat hanya sudi mengeluarkan uang senilai satu digit untuk melindungi informasi tersebut.
Dilansir dari inverse.com, kekhawatiran orang Jerman terhadap privasi juga dibuktikan dengan kemarahan sebagian besar orang Jerman terhadap peluncuran Google Maps dan Google Street View pada 2010 di Jerman. Hingga 2017, masih banyak jalanan dan daerah Jerman yang belum tersorot oleh aplikasi besutan Google tersebut.
BANGKIT ADHI WIGUNA