Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan kontribusi ekonomi digital terhadap perekonomian di Indonesia diprediksi mencapai sekitar US$ 360 miliar, atau setara Rp 5.879 triliun, pada 2030. Optimisme itu diperkirakan dari nilai barang dagangan bruto ekonomi digital Indonesia, yang pada 2024, sudah mencapai US$ 90 miliar atau 6 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sebagian besar kontribusi berasal dari sektor-sektor yang digerakkan oleh kecerdasan buatan (AI),” kata Airlangga dalam acara AI Forward yang digelar Alibaba Cloud di Hotel Raffles, Jakarta Selatan pada Selasa, 21 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sektor e-commerce, Airlangga mencontohkan, berkontribusi 72 persen terhadap ekonomi digital Indonesia. Sisa kontribusi lainnya datang dari sektor transportasi, makanan, layanan pemesanan perjalanan daring, serta media online.
Airlangga juga menyoroti pentingnya Digital Economy Framework Agreement (DEFA) yang diinisiasi Indonesia dua tahun lalu. Perjanjian ini mendukung integrasi ekonomi digital di Asia Tenggara, misalnya untuk sistem pembayaran QRIS yang sudah digunakan di lima negara anggota ASEAN. Indonesia dan negara-negara tetangganya menargetkan DEFA diteken pada 2025.
“Kita harap multiplier effect bagi ekonomi Indonesia sekitar 40 persen dari ASEAN, yaitu US$ 700–800 miliar pada 2030,” ucap Airlangga.
Untuk menyokong target ekonomi digital, Airlangga meneruskan, Pemerintah Indonesia berniat mencetak 500 ribu individu talenta digital per tahun hingga 2030. “Berarti kita membutuhkan sekitar 9 juta keahlian dalam digital, termasuk AI. Saya menghargai bahwa sejauh ini Alibaba juga mendukung pelatihan ini,” katanya.
Perkembangan AI diperkirakan menyumbang US$ 15,7 triliun terhadap perekonomian global pada 2030, dengan kontribusi dari peningkatan produktivitas sebesar US$ 6,6 triliun, dan konsumsi US$ 9,1 triliun. Konsumsi merupakan salah satu pilar utama ekonomi Indonesia. Capaian jumbo ini dianggap menunjukkan peran AI sebagai katalis inovasi.
Selain soal talenta digital, Airlangga menyebut pengembangan infrastruktur seperti pusat data dan industri semikonduktor juga menjadi prioritas regulator. Semikonduktor memiliki peran ganda, salah satunya untuk keamanan.
“Indonesia memiliki bahan baku seperti silika yang dapat digunakan untuk membuat kaca apung, wafer silikon, dan semikonduktor,” tutur Airlangga.
Pemerintah Indonesia juga menargetkan pembangunan pusat data regional, terutama di wilayah Jawa Barat dan Batam, Kepulauan Riau. Kedua wilayah ini akan dirancang menjadi zona ekonomi khusus untuk pusat data. Sebuah basis data AI memerlukan energi hijau, lahan yang luas, sistem pendingin, serta pengolahan air yang efisien.
Pilihan Editor: Hujan Lebat Sebabkan Longsor Besar di Petungkriyono Pekalongan, Lebih dari 20 Orang Tertimbun