Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Menkominfo Budi Arie Dorong Pelaku Industri untuk Ramaikan Pasar Digital

Menkominfo Budi Arie memperkirakan digital financial services (DFS) di Indonesia akan memimpin pembayaran digital di Asia Tenggara

4 Oktober 2024 | 10.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie dan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia versi Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) dalam acara sarasehan di Menara Kadin Kuningan, Jakarta, Kamis, 3 Oktober 2024. TEMPO/Oyuk Ivani Siagian

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie memandang potensi perekonomian digital masih sangat menjanjikan. Dalam acara sarasehan yang diadakan oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Budi menjelaskan bahwa kontribusi ekonomi digital pada Produk Domestik Bruto (PDP) diperkirakan akan mencapai US$ 210-360 miliar pada 2030. “Hanya 6 tahun berselang, yang didominasi sektor-sektor e-commerce, transportasi, dan layanan perjalanan online serta media online,” ujarnya pada Kamis, 3 Oktober 2024 di Menara Kadin, Kuningan, Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Budi memperkirakan digital financial services (DFS) di Indonesia akan memimpin pembayaran digital di Asia Tenggara dengan proyeksi nilai pembayaran digital mencapai US$ 760 miliar. Pasca pandemi, investasi asing di Asia Tenggara mengalami peningkatan hingga US$ 224 miliar pada 2022. Pada 2023, Indonesia telah meraih investasi sebesar US$ 22 miliar dengan sektor-sektor tujuan investasi pusat data, sistem pembayaran, serta infrastruktur komunikasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, Budi Arie menyoroti masih rendahnya tingkat pengadaan peralatan dan jasa yang berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) Indonesia. Ia membandingkan belanja TIK Indonesia dengan negara lain. “Amerika belanja TIK-nya sudah 2 persen dari PDB, China 2 persen dari PDB, Singapura sudah 5 persen dari PDB. Nah, Indonesia berapa? Baru setengah persen PDB kita dibelanjakan untuk sektor TIK,” ungkap Budi.

Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa potensi belanja TIK Indonesia seharusnya empat kali lipat dibandingkan dengan negara lain. Budi juga menyebut mengenai konsumsi data Indonesia yang hanya 2 watt per-tahunnya. Ia membandingkan hal tersebut dengan Jepang yang konsumsi datanya 10 kali lipat lebih tinggi dari Indonesia. “Di Indonesia konsumsi data baru 2 watt per kapita per tahun. kalau disbanding Jepang sudah 20 watt per kapita per tahun. Dan saya yakin, bukan turun angkanya. Ke depannya ini pasti akan meningkat,” ucap Budi.

Budi meminta pelaku industri dalam negeri untuk berkontribusi dalam pasar pusat data regional maupun pasar global.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus