Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suara mobil menderu itu tak datang dari sirkuit balap, tapi dari sebuah telepon seluler. ”Coba dengar,” kata Kevin Duffy kepada Tempo sembari mengangsurkan ponsel Vertu. ”Suara ini bisa membuat orang Italia menoleh dan berucap: Ferrari!”
Jumat dua pekan lalu, di lantai 3 gedung Sirkuit Goldenport, Beijing, manajer produk ponsel supermahal itu memamerkan pelbagai kelebihan produk terbaru: Vertu Ascent Ferrari 1947. Duffy memamerkan ponsel yang terbuat dari emas 18 karat dan layar berbahan kristal safir 69 karat itu. Dia memperdengarkan dering suara mesin yang membuat pembalap legendaris Michael Schumacher rindu kembali ke ajang balap Formula 1.
”Aku tak pernah bisa melupakan pedal rem dan deru mobil Ferrari,” ucap Schumacher saat memutuskan pensiun dari dunia balap akhir tahun lalu.
Di Goldenport itu, 25 wartawan Asia, termasuk Tempo, menguji coba ponsel tersebut. Para petinggi Vertu dan produsen mobil asal Italia itu juga mengajak wartawan menjajal mobil anyar, Ferrari 599 GTB Fiorano (5.999 cc dengan 612 tenaga kuda), yang melaju dengan kecepatan 330 kilometer per jam.
Ascent Ferrari 1947 adalah ponsel kolaborasi Vertu dengan produsen mobil berlogo ”kuda jingkrak” itu. Inilah duet ketiga antara perusahaan ponsel dan pabrikan otomotif. Sebelumnya, telah ada kerja sama antara Nokia dan Aston Martin dari Inggris yang mengeluarkan produk Nokia 8800 Aston Martin pada awal tahun lalu. Nokia kemudian menggandeng Lamborghini. Kongsi ini melahirkan ponsel Nokia 8800 Sirocco Lamborghini pada Maret lalu.
Ponsel ”bersama” itu dicetak terbatas. Ascent Ferrari cuma berjumlah 1.947 ponsel, sesuai dengan tahun kelahiran Ferrari. Telepon seluler ini baru akan dirilis secara resmi akhir Juni nanti, bertepatan dengan hari jadi Ferrari ke-60. Jumlah Nokia 8800 Aston Martin jauh lebih cekak: hanya 250 biji. Nokia 8800 Sirocco Lamborghini sedikit lebih banyak: 500 ponsel.
Jumlah yang serba minim ini membuat para penggemar ketiga merek mobil ternama itu sulit mendapatkan ponsel idamannya. Andi Mahmud, misalnya, harus berkeliling dari milis ke milis agar dapat memesan Nokia 8800 Sirocco Lamborghini. Ponsel ini tak dijual di gerai-gerai Nokia di Indonesia. Manajer Pemasaran Nokia Indonesia Ivan Hudyana bahkan mengaku sama sekali tak tahu ponsel itu telah diproduksi.
Mahmud, yang mengoleksi pelbagai aksesori dan miniatur mobil Lamborghini, akhirnya ”ditolong” orang Italia yang kebetulan membuka gerai Nokia di Hong Kong. Pria Makassar yang memiliki usaha restoran ini pun terbang ke Hong Kong demi ponsel seharga sekitar Rp 18 juta itu. ”Karena bantuan teman-teman di jagat maya, saya bisa mengoleksi ponsel langka itu,” tulis Mahmud dalam surat elektroniknya.
Pengacara Ruhut Sitompul akan terbang ke Modena, Italia, demi ”menikmati” Vertu Ascent Ferrari 1947. Mantan Presiden Ferrari Owner’s Club Indonesia ini berencana menghadiri perayaan 60 tahun Ferrari di Italia pada akhir Juni nanti. Tapi, untuk membeli Vertu edisi terbatas, kata Ruhut, ”Harus ada rezeki yang jatuh dari langit.”
Harga Vertu Ascent Ferrari memang menyedot isi kantong, sekitar Rp 80 juta! Selama ini, produk Vertu termurah dibanderol sekitar Rp 50 juta, sedangkan yang termahal lebih dari Rp 300 juta atau dua kali harga mobil Toyota Rush.
Toh, penggemar Vertu di Indonesia terbilang tak sedikit. Sudah ada sekitar 50 orang yang membeli ponsel ini sejak pertama kali dirilis pada 2006. Keluarga Punjabi, yang menguasai bisnis sinetron, adalah pemakai fanatik produk Vertu. Desainer Harry Dharsono juga penggemar ponsel ini. Di dunia, selebritas ternama seperti Madonna, Gwyneth Paltrow, dan David Beckham adalah pemakai ponsel tersebut.
Dari sisi teknologi, ponsel ini sama sekali tak istimewa—bahkan tertinggal dari Nokia seri 8, apalagi dari ponsel 3G yang kini banyak beredar di pasar. Vertu Ascent Ferrari, umpamanya, hanya memiliki fitur standar seperti pesan pendek (SMS), pesan bergambar (MMS), dan bluetooth.
Namun, dari materi produk dan desain, ponsel ini berada di jajaran terdepan. Ponsel yang didesain dari markas Vertu di Inggris ini bermateri emas 18 karat pada rangkanya. Permukaannya menggunakan kristal safir 69 karat. Tombolnya yang berlapis stainless steel dengan bantalan batu ruby telah diuji tahan pencet dua juta kali. Pelindung baterainya dari titanium. Kualitas suaranya jernih, stabil, dan tak cepat panas di telinga. Menurut produsennya, Vertu amat kuat, tahan digilas sedan sekalipun.
Pada Ascent Ferrari 1947, bahan-bahan mewah itu dilengkapi dengan bahan-bahan asli yang menjadi ciri utama Ferrari. Kulit jok dan platina yang digunakan di mobil Ferrari menjadi salah satu materi desain ponsel khusus ini. Begitu pula ikon Ferrari paling khas, yaitu pedal rem dan logo ”kuda jingkrak”. ”Pedal rem dipilih menjadi simbol ikonik karena bentuknya yang sudah menjadi trademark kuat Ferrari,” ujar Duffy.
Layanan concierge paling diandalkan ponsel ini. Dengan fasilitas concierge, pengguna Vertu—yang kebetulan tengah berada di Eropa, Amerika, atau negara-negara maju di Asia—akan memperoleh layanan: dari kemudahan memesan tiket pesawat, menginap di hotel, membeli tiket menonton pertandingan sepak bola dan bioskop, hingga mendapat informasi yang dibutuhkan.
Servis, estetika, dan eksklusivitas menjadi mata dagang utama Vertu. Chris Harris, Direktur Pemasaran Global Vertu, mengatakan pangsa pasar yang dibidik adalah orang yang tak lagi membutuhkan banyak fitur komunikator untuk bekerja, tapi memerlukan produk ini sebagai salah satu aksesori penting penampilan. ”Kedudukan Vertu sama dengan perhiasan atau jam tangan mahal,” kata Harris.
Harris mengungkapkan, tak jarang, orang membeli Vertu hanya karena ingin mengoleksinya atau menjadikannya ponsel pribadi untuk menghubungi orang-orang terdekat. Vertu, kata Harris, ”Memberi tempat untuk penghargaan pada diri sendiri.”
Konsep ”reward” pada diri sendiri, kata Piedro Innocenti, Direktur Pemasaran Ferrari untuk Asia Pasifik, cocok dengan spirit Ferrari. Enzo Ferrari, pendiri Ferrari, telah membuktikan bahwa tak ada yang percuma dari sebuah kerja keras. Enzo selama 13 tahun menempa diri untuk menyempurnakan mobil rancangannya, sampai kemudian berhasil meluncurkan mobil pertamanya di Maranello, Italia.
Temuan-temuan mesin dan desain terbaru Ferrari inilah yang kelak menjadi penentu pokok Ferrari saat merajai sirkuit balap dunia. Dari sini lahir antara lain pembalap Schumacher, Kimi Raikkonen, dan Felipe Massa. Tiga pembalap itu kini menenteng ponsel terbatas Vertu-Ferrari yang bisa sewaktu-waktu menderu-deru. Brem... bremm... bremmm....
Yos Rizal S., Anita Lawudjaja (Beijing)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo