Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Rebutan Lahan di Generasi Ketiga

Operator 3G dari Australia masuk ke Indonesia tiga pekan lalu. Persaingan teknologi generasi ketiga layanan ponsel kian meramaikan pasar.

30 April 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sensasi. Inilah yang kini gencar dijual operator telepon seluler untuk membujuk konsumen memasuki generasi ketiga (3G) layanan ponsel. Sebuah operator, misalnya, memasang iklan yang menggambarkan seorang perantau menelepon keluarganya di kampung halaman. Sang perantau dalam iklan tersebut merasakan sensasi visual video call dari sebuah ponsel. Ia bisa bercakap-cakap sekaligus melihat wajah keluarganya, seolah tak ada jarak yang memisahkan mereka.

Sejak akhir 2006, teknologi 3G telah meminggirkan teknologi paket layanan nirkabel (GPRS). Pengiriman gambar dan suara oleh teknologi GPRS dianggap tak lagi memenuhi tuntutan kepuasan pelanggan. Ia kalah pamor dengan teknologi yang lebih baru yang memadukan pengiriman pesan (SMS) atau gambar (MMS) serta melihat lawan bicara.

Tengoklah tempat-tempat nongkrong anak muda dan remaja di berbagai sudut kota-kota besar. Sekelompok remaja putri menelepon seorang teman satu kota dengan fasilitas 3G. Setelah tersambung, suara dikeraskan, jadilah teman yang terpisah itu seolah berada bersama mereka. Pembicaraan menjadi lebih panjang, ngalor-ngidul.

Inilah teknologi yang disebut Suryo Hadiyanto, Corporate Communications Manager Telkomsel, ”Sesuai dengan karakter masyarakat kita yang memiliki ikatan kekerabatan yang erat.” Bertatap muka, meski melalui layar telepon, tentu lebih bermakna dibanding hanya mendengar suara.

Nilai lebih teknologi 3G itulah yang membuat operator telepon seluler ramai-ramai terjun di bisnis ini. Yang paling gres adalah Hutchison CP Telecommunications, perusahaan asal Australia, yang baru beroperasi akhir bulan lalu. Hutchison, mengusung nama 3 (three), adalah operator keempat yang terjun di bisnis ini. Tiga operator sebelumnya ialah Telkomsel (sejak 14 September 2006), diikuti XL sepekan kemudian, dan Indosat pada akhir November 2007. Satu lagi pemegang izin 3G, yaitu Natrindo milik Lippotel, belum meluncurkan produk layanan ini.

Pakar telematika Roy Suryo mengatakan, teknologi General Packet Radio Service (GPRS) sulit dikembangkan karena kecepatan akses data teknologi ini di bawah 100 Kbps (kecepatan bita per detik) sehingga pelanggan mudah bosan. Sedangkan akses data pada jaringan 3G berkisar 148 Kbps hingga melebihi 3 Mbps.

Dengan kapasitas yang demikian besar, konsumen bisa menikmati video call, menonton video dengan sistem streaming, mengakses data dari internet atau server yang disediakan operator. Tiga hal itu memang menjadi pembeda utama 3G dari teknologi pendahulunya. Tapi, kata Joseph Lumban Gaol, praktisi telekomunikasi, ”Tetap saja aneka layanan itu bisa membosankan jika operator tak memperhatikan keinginan konsumen.”

Karena itu pengembangan isi menjadi kunci keberhasilan 3G. Menurut Lucky Mirza, Marketing Communications Manager PT Ericsson Indonesia, saat ini telepon genggam bukan sekadar alat komunikasi, tapi juga hiburan dan sumber informasi. ”Saat menunggu, di bandara atau di dalam kendaraan, orang akan mengutak-atik ponselnya. Ini kesempatan bagi operator,” katanya.

Telkomsel memiliki 200 pilihan program untuk mendukung teknologi ini. ”Kami bekerja sama dengan 15 penyedia isi,” kata Suryo Hadiyanto. Melalui layanan TV mobile, misalnya, pengguna bisa menonton televisi secara live, yang disiarkan enam stasiun televisi nasional dan lokal.

Pada layanan video mobile, anak perusahaan Telkom ini menyediakan lebih dari 10 jenis tayangan. Aneka film, musik, siraman rohani, hingga acara dokumenter dapat disaksikan dengan sistem streaming. Toh, harus diakui, menonton film melalui telepon genggam tak akan sepuas pada layar televisi. Apalagi, belum banyak tayangan berdurasi singkat yang cocok untuk orang yang sedang menunggu.

Tak mau kalah, XL merangkul televisi asing selain TV nasional. Operator ini juga tengah bersiap melebarkan cakupan jaringan 3G ke luar Jawa-Bali. Saat ini, dari 10 juta pelanggan XL, baru 140 ribu yang memanfaatkan 3G.

Dibanding Telkomsel dan XL, Indosat boleh dibilang tertinggal karena baru menyediakan layanan tersebut akhir November lalu. Meski isi layan-an tak sebanyak dua pendahulunya, Indosat memiliki kelebihan lain, yaitu akses data supercepat yang mencapai 3,6 Mbps. ”Karena semua menara pemancar kami memakai teknologi High Speed Downlink Packet Access (HSDPA) atau setara dengan 3,5G,” kata juru bicara Indosat, Adita Irawati.

Operator 3 sudah menjalin kerja sama dengan dua stasiun televisi, yaitu SCTV dan O Channel. Namun, layanan si pemain baru ini masih terbatas di sebagian wilayah Jakarta dan sekitarnya. Walaupun begitu, Presiden Direktur Hutchison Rajiv Sawhney optimistis bahwa operatornya bakal menembus angka satu juta pelanggan pada akhir 2007.

Sampai sekarang jumlah pelanggan 3G sudah mencapai 2,74 juta—di luar 3. Jumlah ini tak sampai lima persen dari pemakai telepon genggam. Ruby Hermanto, General Manager Marketing Exelcomindo Pratama, mengatakan, sa-lah satu penyebab sedikitnya pelanggan 3G adalah harga pesawat telepon yang masih di atas Rp 2 juta. ”Harga itu masih belum terjangkau oleh kebanyakan orang,” katanya. Manajer Produk Sony Ericsson, Meiske Surjadinata, mengakui hal yang sama. Alhasil, mahalnya harga telepon membuat industri 3G bergerak lamban—tak sebanding dengan kecepatan gerak teknologinya.

Adek Media, Eko Nopiansyah, Nur Rochmi

Content (Isi)

Telkomsel Mobile TV: Metro TV, SCTV, Indosiar, O Channel, Bali TV, dan Makassar TV. Kecepatan akses: 3,2 Mbps.

XL Mobile TV: SCTV, Indosiar, Jak TV, O Channel, Space Toon, dan empat stasiun asing. Kecepatan akses: 2,6 Mbps.

Indosat Mobile TV: SCTV, Trans TV, Indosiar, JakTV, dan O Channel. Diakses melalui wap3g.indosat.com Kecepatan akses: 3,6 Mbps.

3 Mobile TV: SCTV dan O Channel. Kecepatan akses: 384 Kbps.

Hampir semua operator dilengkapi dengan content hiburan dan informasi, misalnya: mode, film, olahraga, musik, agama, games, budaya, berita, dunia anak, dan gaya hidup.

Cakupan Jaringan

Telkomsel (KartuHALO, SimPATI, dan Kartu AS):

  • 36 kota di Jawa, Madura, Bali, Sumatera, Kalimantan, dan Lombok.
  • 15 negara di Asia, Eropa, dan Australia.

XL (Xplor dan XL Bebas):

  • Sebagian Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Depok, Surabaya, dan Bali.
  • Sembilan negara Asia, Australia, Eropa, dan Amerika Serikat.

Indosat (Matrix):

  • Sebagian Jakarta dan Surabaya.
  • Delapan negara Asia.

3 Sebagian Jakarta dan sekitarnya.

Tarif

Telkomsel

  • Tarif Video Call sama dengan panggilan biasa.
  • Mobile TV KartuHALO Rp 1.000/30 detik.
  • Mobile TV SimPATI dan Kartu AS Rp 1.100/30 detik.
  • Video streaming Rp 4.000–8.000 per content.
  • Akses internet Rp 350/menit.

XL

  • Tarif Video Call sama dengan panggilan biasa.
  • Mobile TV Rp 2.000/streaming
  • Streaming musik dan video Rp 0–5.000.
  • Akses internet: Rp 5–10/kb.

Indosat

  • Tarif Video Call dan Mobile TV sama dengan panggilan biasa.
  • Akses internet: Rp 10/kb.

3

Video Call

  • Lokal Rp 1.000.
  • Interlokal Rp 2.000.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus