Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Robot Hijau dari <font color=#3CCDEC>G</font><font color=#F23758>o</font><font color=#FFAD5B>o</font><font color=#3CCDEC>g</font><font color=#00B95C>l</font><font color=#F23758>e</font>

Prototipe peranti lunak buatan Google diperkenalkan pekan lalu. Sejumlah pesaing siap menghadang.

18 Februari 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Eric Schmidt tak sedang bercanda ketika tahun lalu melontarkan pernyataan ”Google siap terjun ke bisnis ponsel”. Di Mobile World Congress, pameran ponsel paling bergengsi di Barcelona, Spanyol, 11-14 Februari lalu, bos perusahaan Internet raksasa itu membuktikan langkah kuda mereka benar-benar menapak di ranah mobile.

Ponsel barukah itu? Ternyata bukan ponsel bernama G-Phone seperti yang selama ini dinanti-nanti, tapi Android. Nama ini mengingatkan pada robot dengan sensitivitas manusia seperti dalam novel-novel Philip K. Dick atau dalam film Star Wars.

Android milik Google adalah robot hijau berukuran mungil. Ia bukan robot tiga dimensi yang didesain seperti manusia, melainkan sebuah sistem operasi yang menuntun ponsel merek apa pun mampu menjelajah ke ruang tak terbatas seperti yang selama ini dicapai oleh Internet. ”Kami ingin menciptakan sebuah pengalaman baru bagi pengguna ponsel: menggunakan aplikasi di ponsel seperti berselancar di Internet,” ujar Schmidt.

Sebagai sebuah sistem operasi, Android mirip Symbian yang dipakai sebagian besar ponsel Nokia ataupun Windows Mobile dari Microsoft. Bedanya, Android made in Google—yang berkongsi dengan 34 perusahaan lain—merupakan peranti lunak dengan sistem operasi terbuka. Sistem operasi ini memungkinkan semua pengembang aplikasi bisa menambahkan programnya ke dalam ponsel.

Munculnya ”Si Robot Hijau” segera menarik perhatian Marguerite Reardon, kontributor media online CNET. Dia lalu mampir ke salah satu ruang pamer. Marguerite mendapat kesempatan menjajal ponsel Android keluaran ARM, salah satu mitra Google. Ia menghidupkan ponsel dengan tombol QWERTY itu. Ucapan selamat datang menyambutnya. Setelah itu muncul ikon seperti biasanya. Android memiliki aplikasi standar seperti kalender, buku telepon, pemutar musik, surat elektronik Gmail, Google Map, serta pemutar video. Ini tak jauh berbeda dengan ponsel lain yang menggunakan aplikasi Windows Mobile atau Symbian. ”Lantas apa istimewanya kalau tidak ada bedanya seperti ini?” ia bertanya.

James Bruce, Manajer Marketing ARM, memberi tahu bahwa ponsel yang dipegang Reardon menggunakan prosesor ARM9, sebuah prosesor lawas yang telah terlewati dua generasi. ARM ingin membuktikan bahwa Android bisa berfungsi di ponsel berteknologi rendah. Jadi, kendati ”butut”, ponsel itu bisa mengakses situs multimedia macam youtube.com.

Android, kata Bruce, memungkinkan pengembang aplikasi menyuntikkan program ke dalamnya. Kelebihan lain, sebagai sistem operasi terbuka seperti Linux, software Android akan tersedia bagi produsen ponsel secara gratis.

Di ruang pamer Texas Instrument Inc., Android terpasang pada ponsel dengan prosesor OMAP850. Ponsel ini dilengkapi konektivitas Wi-Fi dan bluetooth. Perusahaan chip asal Amerika ini juga menjajal Android dalam prosesor yang lebih maju, yakni OMAP 3430.

Prototipe buatan Texas Instrument itu menunjukkan Android bisa berjalan di ponsel dengan layar sentuh atau tombol biasa. Masing-masing bisa memiliki tampilan yang berbeda meski fasilitas standarnya sama. ”Peranti ini mempermudah pemakainya mengembangkan aplikasi,” ujar Ramesh Iyer, Manajer Texas Instrument.

Dalam pameran internasional itu, Android hanya tampil di ruang pamer pembuat prosesor. Belum ada produsen ponsel yang memajang Android di ruang pamernya. Hanya, produsen ponsel HTC, Motorola, Samsung, dan LG tertarik menggunakan peranti ini. HTC dikabarkan akan meluncurkan ponsel Android akhir tahun ini. Samsung Electronics dan LG berencana meluncurkannya pada 2009. Hingga kini Samsung masih memanfaatkan platform Linux Mobile (LiMo), sejak 2006.

Peranti lunak ini mulai diperkenalkan pada 5 November tahun lalu. Ada 34 perusahaan pembuat chip, ponsel, hingga pembuat peranti lunak yang menyokong. Perusahaan pembuat mikroprosesor seperti ARM, Qualcomm, Freescale, Marvell, NEC Electronics, atau Texas Instruments ikut bergabung. Semangat konsorsium ini memajukan standar terbuka bagi peralatan telepon seluler.

Android juga memungkinkan pemakainya bisa mengakses Internet lebih cepat. ”Ia akan mengubah dan membuat kebiasaan baru dalam mengakses dan berbagi informasi di masa depan,” kata Schmidt.

Google terjun dalam peranti lunak ponsel karena potensi pasar yang sangat luar biasa. Dalam setahun lebih dari satu miliar ponsel dikapalkan ke seluruh dunia. Tapi kiprah Google ini akan mendapat batu sandungan dari pemain lama seperti Symbian, Microsoft, atau LiMo.

Symbian merupakan peranti lunak yang membanjiri ponsel Nokia. Perusahaan asal Finlandia ini pemilik 50 persen saham Symbian. Mereka tak termasuk konsorsium Android. Nokia juga dikabarkan akan menggunakan Windows Mobile sebagai pilihan platformnya.

Perusahaan besar lain, Sony Ericsson, pun menggunakan Symbian. Ericsson memiliki 16 persen saham di Symbian. Mereka mulai melirik Windows Mobile dengan meluncurkan Xperia X1 pekan lalu. ”Windows Mobile merupakan platform ideal buat X1. Namun belum tentu Xperia selanjutnya menggunakan platform yang sama,” kata Steve Walker, Kepala Pemasaran Sony Ericsson.

Pesaing lain adalah sesama pengusung sistem operasi Linux, LiMo. Sejumlah perusahaan menyatakan kesiapannya mendukung LiMo sejak Januari tahun lalu, seperti NEC, NTT DoCoMo, Matsushita, Samsung, dan Vodafone. Di Barcelona, LiMo mengumumkan sembilan perusahaan baru sehingga aliansi ini kini berjumlah 32 perusahaan. Morgan Gillis, Direktur Eksekutif LiMo, mengatakan bahwa LiMo merupakan platform paling canggih untuk teknologi ponsel. ”Kami juga memegang filosofi sistem operasi terbuka yang membuat nilai tambah buat konsumen,” kata Morgan.

Android diperkirakan akan sulit bersaing karena pembuat ponsel besar sudah memiliki platform sendiri. Namun konsorsium Android tetap optimistis bisa menembus pasar dunia. Pada Rabu pekan lalu, Android meluncurkan versi baru yang memungkinkan penggunanya membuat rancangan animasi, fasilitas Internet geo-code, dan dengan dukungan file multimedia yang lengkap.

Jason Bremner, Manajer Produk Qualcomm, mengatakan, melalui Android, sebuah kesempatan besar mengembangkan aplikasi ponsel secara masif di seluruh dunia menjadi terbuka. Ini, katanya, bukan seperti berkata, ”Hey, kami memilih Android yang bisa mengalahkan Microsoft.” Tapi bukan mustahil Google akan menyalip perusahaan raksasa milik Bill Gates itu di masa depan. Langkah pertama meluncurkan Android itu telah dibuat. Langkah kuda yang lain bakal menunggu.

Yandi M.R. (CNET, PCWorld, AP, AFP)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus