Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
REZA Permana tak menyangka stasiun radio yang diasuhnya masuk jaringan Radio Garden. Program Director Elpas FM Bogor itu baru mengetahuinya justru dari teman-temannya. "Banyak yang bertanya kepada saya, 'Kok, bisa bergabung dengan Radio Garden?'" ucap Reza, Kamis pekan lalu.
Menurut dia, tak ada pemberitahuan atau undangan lewat e-mail. Reza juga tak pernah mengirim permohonan, apalagi membayar. Ia menduga Radio Garden mengambil secara acak stasiun radio yang "diajak bergabung" dengan mereka. Caranya dengan mengambil tautan siaran radio yang ada di situs masing-masing. Dengan begitu, apa yang terdengar di Radio Garden sama dengan yang ada di situs tersebut. "Mereka hanya mengambil alamatnya dan dilarikan kembali ke server masing-masing," kata Reza.
Radio Garden adalah situs interaktif dengan tampilan grafis sangat sederhana. Didominasi warna biru, laman utamanya menampilkan bola dunia dalam tiga dimensi yang dipenuhi titik kecil berwarna hijau. Setiap titik kecil mewakili stasiun radio di berbagai belahan dunia. Untuk mendengarkan siaran, cukup geser bola dunia dengan tetikus ke salah satu titik tersebut dan siaran pun terdengar. Untuk berpindah, geser menuju titik lainnya.
Cara kerja Radio Garden tak jauh berbeda dengan radio digital pada umumnya. Hanya, stasiun radio yang bisa ditangkap datang dari berbagai penjuru dunia. Saat Tempo mencoba aplikasi ini di telepon seluler pintar terasa cepat. Ketika bola dunia digeser untuk mencari siaran radio di Islandia, dalam tiga detik langsung terdengar lantunan lagu Viva Forever dari Spice Girls. Berpindah ke Rusia, terkoneksi dengan stasiun radio Vilgan, juga hanya dalam hitungan detik.
Radio Garden mengandalkan teknologi live streaming, yakni pengiriman data secara terus-menerus melalui Internet. Berbeda dengan video streaming, radio streaming tak memerlukan bandwidth terlalu besar. Sebagai contoh, Spotify dan Pandora hanya membutuhkan bandwidth 150-160 kilobita per detik. Ini setara dengan penggunaan data 72 megabita per jam. Adapun video streaming memakan bandwidth 5 megabita per detik.
Biasanya, untuk aplikasi di ponsel, kualitas audio dikorbankan untuk mempersingkat waktu transfer data. Sementara untuk kualitas audio tinggi memerlukan 300 kilobita per detik, buat perangkat mobile hanya 96 kilobita per detik. Kualitas siaran radio streaming juga bergantung pada seberapa besar kompresi yang dilakukan pada file aslinya. Semakin padat kompresi, semakin rendah kualitas suara yang dihasilkan.
Dibuat oleh perusahaan desain Studio Puckey dan Moniker yang berbasis di Amsterdam, Belanda, aplikasi ini dilirik The Netherlands Institute for Sound and Vision. Mereka diajak kerja sama dan diminta mengembangkan aplikasi untuk disertakan dalam proyek Transnational Radio Encounters, yang berfokus mengumpulkan berbagai stasiun radio dalam satu aplikasi dengan beragam bahasa tanpa terhalang batas negara.
"Secara konsep, yang sangat penting bagi kami adalah tak mencantumkan nama kota dan negara di bola dunia ini. Hanya ada gugusan pulau di atas bola dunia," ucap Jonathan Puckey, anggota tim pembuat aplikasi Radio Garden. Untuk memberi tanda di satu negara terdapat stasiun radio yang bisa didengarkan, mereka memberi titik kecil berwarna hijau.
Sejak diluncurkan pada akhir tahun lalu, baru ada sekitar 8.000 stasiun radio yang bisa didengarkan melalui Radio Garden. Menurut Reza, ada kemungkinan karena tak semua stasiun radio memiliki live streaming. "Bisa juga mereka memakai teknologi streaming, tapi kurang stabil. Karena ini siaran langsung secara real time, harus stabil," katanya.
Reza menambahkan, Elpas FM sebenarnya bisa didengarkan secara live streaming di situs resmi mereka. Tapi, dengan masuk ke jaringan Radio Garden, jangkauan pendengarnya menjadi lebih luas dan mudah dicari. Selain itu, menurut dia, kelebihan Radio Garden tak membutuhkan player tambahan untuk mendengarkan siaran radio sehingga lebih praktis. Aplikasinya juga dapat diunduh di Google Play Store dan Apple App Store.
Sejak diluncurkan, Radio Garden menjadi viral di media sosial. "Kami sangat terkejut dengan sambutan luar biasa ini," ujar Puckey. Setiap hari, tak kurang dari 350 e-mail masuk menanyakan cara bergabung dengan Radio Garden. Stasiun radio terbanyak berasal dari Amerika Serikat dan Eropa. Di Indonesia, belum banyak stasiun radio bergabung. Di Jakarta pun hanya beberapa, antara lain Indika, Sindotrijaya, Hitz FM, dan Global Radio.
Firman Atmakusuma (Radio.garden, Theverge, Guidingtech)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo