Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pola makan tak sehat tidak cuma membuat berat tubuh jadi tak ideal. Penelitian terbaru, yang dipublikasikan pada 1 Maret lalu, menyimpulkan diet tak seimbang pada remaja juga meningkatkan risiko menderita kanker payudara. "Kemungkinan menderita kanker payudara sebelum menopause meningkat," kata Karin Michels, Ketua Epidemiologi di UCLA Fielding School of Public Health, Los Angeles, Amerika Serikat, seperti dikutip dari WebMD, Kamis dua pekan lalu.
Para peneliti dari UCLA Fielding School of Public Health meneliti efek pola makan terhadap peradangan kronis yang berkaitan dengan kanker payudara. Pola makan semacam itu antara lain konsumsi sayuran yang kurang; banyak mengkonsumsi minuman berpemanis; juga diet minuman ringan, tinggi karbohidrat, daging merah dan olahan, serta margarin. Semua makanan ini diyakini berkaitan dengan tingginya inflamasi dalam darah.
Karena proses munculnya kanker payudara membutuhkan waktu bertahun-tahun, para peneliti penasaran apakah pola makanan tinggi inflamasi yang dilakukan selama remaja dan menginjak dewasa berkaitan dengan risiko penyakit tersebut. Peneliti menggunakan 45.204 data para perawat wanita yang berpartisipasi dalam Nurses' Health Study II. Mereka diminta mengingat kembali dan mengisi kuesioner tentang makanan yang mereka konsumsi selama remaja dan dewasa muda. Setelah itu, kondisi mereka diamati selama 22 tahun.
Kuesioner tersebut kemudian dianalisis oleh para peneliti. Mereka mengkategorikan makanan-makanan yang memicu peradangan dalam darah. "Makan tinggi gula dan karbohidrat olahan diyakini berkaitan dengan peradangan," ujar Michels.
Hasilnya, mereka yang mengkonsumsi makanan yang mengakibatkan tinggi peradangan saat remaja berisiko 35 persen lebih tinggi menderita kanker payudara dibanding mereka yang hasil analisis skor inflamasinya rendah. Sedangkan kelompok yang skor inflamasinya tinggi saat dewasa awal, 41 persen lebih berisiko menderita kanker payudara. Selama pengamatan lanjutan, 870 wanita didiagnosis menderita kanker payudara sebelum menopause. Adapun 490 wanita lain didiagnosis mengidap kanker payudara pascamenopause.
Dokter spesialis bedah onkologi Ramadhan Karsono mengatakan penelitian ini memiliki keterbatasan karena meminta respondennya mengingat apa yang mereka konsumsi bertahun-tahun sebelumnya. Maka mereka bisa saja lupa apa yang dimakan. "Semestinya setiap kali makan didata," katanya.
Meski demikian, menurut dia, makanan memang menyumbang risiko terhadap munculnya kanker. Bukan hanya kanker payudara, tapi juga kanker lain, seperti kanker kolon. Penelitian menunjukkan keturunan orang Afrika yang pindah ke Amerika lebih banyak menderita kanker dibanding mereka yang tetap tinggal di Afrika. "Gaya hidup mereka berubah, dari yang makan sayuran, biji-bijian, menjadi hidup ala Barat," ujar dokter yang berpraktek di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta, ini.
Namun makanan bukan satu-satunya pencetus. Sebanyak 20-30 persen penyebab kanker disumbang oleh faktor genetik; 70-80 persen sisanya karena faktor lingkungan, termasuk gaya hidup--salah satunya pilihan makanan--rokok; aktivitas fisik; dan radiasi yang diterima tubuh.
Maka gaya hidup bisa menjadi salah satu upaya mencegah kanker. Salah satunya, tubuh mesti tetap aktif karena berat badan yang berlebih meningkatkan risiko menderita kanker. Data Globocan, International Agency for Research on Cancer di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa, memperkirakan pada 2012 di Amerika Serikat sebanyak 3,5 persen (28 ribu) kasus kanker baru pada pria dan 9,5 persen (72 ribu) pada wanita disebabkan oleh obesitas.
Makanan yang masuk ke mulut juga perlu dipilih. Hasil penelitian yang dipublikasikan di situs Cancer Research UK pada akhir November tahun lalu menunjukkan daging olahan meningkatkan risiko kanker kolon, sedangkan diet nabati yang seimbang dengan pelbagai kacang-kacangan dan biji-bijian dapat membantu menurunkan risiko pelbagai jenis kanker. Buah dan sayuran juga disebutkan bisa mengurangi risiko kanker karena mengandung sedikit lemak, lebih banyak serat, dan lebih banyak nutrisi yang melawan kanker. Ketiga unsur itu bekerja sama mendukung sistem kekebalan tubuh dan membantu tubuh melawan kanker.
Nur Alfiyah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo