Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Sejarah dalam P10NER

Mahasiswa Teknik Informatika Institut Sepuluh Nopember membuat game P10NER atau Pertempuran 10 November Arek Surabaya. Untuk pendidikan sejarah bangsa.

18 Oktober 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SURABAYA, 19 September 1945. Arek-arek kota itu memadati halaman Hotel Yamato di Jalan Tunjungan 65. Mereka marah melihat bendera Belanda berkibar di tiang teratas hotel. Tanpa pikir panjang, seorang pemuda menerobos masuk melewati penjagaan tentara Belanda. Tujuannya satu: mencapai puncak dan merobek bendera kolonial menjadi merah-putih. Pertempuran pecah. ”Merdeka, merdeka!” teriak sang pemuda sembari membawa senjata rampasan buatan Belanda.

Itulah secuil ketegangan—sampai puncaknya pada 10 November 1945—yang bisa dinikmati pencinta game di Tanah Air lewat P10NER atau Pertempuran 10 November Arek Surabaya. Game tiga dimensi ini khusus dirancang tujuh mahasiswa Teknik Informatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya sebagai kado ulang tahun ke-50 ITS. ”Cocok sebagai media pembelajaran generasi penerus,” kata koordinator proyek P10NER, Felix Handani, pekan lalu.

P10NER terbagi dalam empat level. Misi pertama, pemain disuguhi cerita tentang sulitnya merobek bendera di Hotel Yamato. Misi kedua, pecahnya perang tiga hari, pada saat pasukan Belanda datang bersama pasukan Sekutu. Misi ketiga menceritakan pertempuran dahsyat di Jembatan Merah, yang menewaskan Brigadir Jenderal Mallaby, komandan tentara Inggris. Adapun misi pamungkas adalah memenangi perang pada 10 November 1945. ”Seru,” kata Sukma Aldianto, salah satu mahasiswa yang menjajal P10NER di Pagelaran Mahasiswa Nasional Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (Gemastik) 6-7 Oktober.

Felix berharap P10NER mampu memberikan kesenangan sekaligus pendidikan sejarah bagi penikmat game, di tengah kepungan permainan lokal dan luar negeri. ”Sudah saatnya Indonesia bangkit mengembangkan game edukatif,” kata dosen teknik informatika, Imam Kuswardayan. Imam prihatin kebanyakan permainan yang beredar di Indonesia masih mengedepankan unsur kesenangan dan ketagihan semata, tanpa pelajaran yang bermakna.

P10NER memang bukan game berlatar sejarah pertama di Indonesia. Sebelumnya ada Nusantara Online, game sejarah kerajaan-kerajaan Nusantara abad ke-13 buatan mahasiswa Institut Teknologi Bandung pada 2007. Ada juga game dua dimensi berjudul Battle of Soerabaja 1945, yang diluncurkan pada 2008. Battle of Soerabaja merupakan modifikasi dari permainan ternama Close Combat dengan lokasi Indonesia. Close Combat adalah permainan komputer yang termasuk kategori real-time tactic.

Battle of Soerabaja bercerita tentang perang sejak kedatangan tentara Inggris pada 25 Oktober 1945. Pemain bisa berperan sebagai komandan pasukan yang berjuang melawan Inggris atau sebaliknya. Ini berbeda dengan P10NER, yang memerankan pejuang arek Surabaya. Kedua game memang sama-sama menampilkan perang di Tanjung Perak, Jembatan Merah, Pasar Turi, dan Wonokromo. Tapi, ”Kami tidak meniru game mana pun,” kata Felix.

Tidak mudah membuat game P10NER. Felix butuh dua setengah bulan. ”Bagian tersulit adalah merancang skenario permainan,” kata Felix. Tim P10NER yang terdiri atas Hermawan Winata, Mahrus S. Rizal, Nurina Aisyah Fitriani, Ratri Cahyarini, Yolanda Septiana, Dian Rahma Latifa, dan Yustiana Triwahyuni bahu-membahu melakukan riset. ”Kami hunting film dan dokumen di monumen Tugu Pahlawan,” kata Yustiana. Sesekali cuplikan film bersejarah itu mampir di sela-sela permainan P10NER. Selanjutnya, game dibuat menggunakan program FPS (First Person Shooting) Creator. Aplikasi ini memudahkan pembuat game merancang bangunan tiga dimensi, tokoh, dan senjata.

Meski permainannya seru, Sukma Aldianto punya penilaian lain. P10NER yang bergenre first person shooter mirip dengan game Counter Strike. ”Belum seseru Counter Strike yang melegenda itu,” katanya. Grafik P10NER pun masih sangat sederhana. Bahkan musuh-musuh dalam P10NER masih tampak bodoh, sehingga tembakannya jarang mengenai si pejuang yang menjadi jagoan utama. Tapi game berkapasitas 1 gigabita ini sangat ringan digunakan dalam komputer sekelas Pentium 4. ” Jarang ada game sejarah seperti P10NER,” katanya.

Rudy Prasetyo, Fatkhur Rohman Taufiq

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus