Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lebih cepat dari kedipan mata, tanpa dengung berisik. Ini sensasi yang ditawarkan penyimpan data komputer berbasis teknologi solid state drive (SSD). Ketika nama file diklik, tak perlu menunggu, tanpa suara, isinya muncul seketika di monitor. ”Gila! Kecepatan rata-rata membacanya 76 megabit per detik,” kata Basuki Effendi, karyawan bagian keuangan sebuah perguruan tinggi di Jakarta.
Inilah arti 76 megabit per detik itu: dalam sedetik, drive ini mampu membaca data setara dengan 37 ribu halaman novel. Kecepatan tersebut sekitar dua kali lipat daya baca hard disk drive (hard drive) kebanyakan komputer saat ini. Presiden Samsung Chang-Gyu Hwang meramalkan teknologi ini akan menjadi media penyimpan data masa depan. ”SSD akan menggantikan hard drive,” ujarnya pekan lalu.
File yang biasanya susah payah ditayangkan di layar monitor, seperti file acrobat (.pdf), gambar, atau multimedia, tersaji lebih cepat. Basuki, 32 tahun, menjajal produk buatan Sandisk—vendor asal Amerika—di Mal Ambasador, Jakarta Selatan.
Lini terdepan pengembangan SSD kini dipegang oleh Samsung—raksasa semikonduktor dari Korea Selatan. Pekan lalu, perusahaan ini mengumumkan produksi SSD berukuran 1,8 inci (sebesar jempol) dengan daya simpan data 64 gigabita. Ramalan Hwang bahwa hard drive bakal menjadi teknologi usang bukan karena ia sedang mengembangkan SSD. Performa hard drive memang sudah mencapai puncak.
Hard drive menyimpan data dalam cakram magnetik. Cakram itu harus diputar oleh sebuah motor kecil ketika data di dalamnya dibaca. Karena itu, kecepatan membaca hard drive bergantung pada kemampuan motor dalam memutar cakram, yang kini sudah mencapai kecepatan tertingginya. Karena digerakkan oleh motor, hard drive itu aus dalam 300 ribu jam. Bagian mekaniknya juga gampang rusak oleh benturan.
Semua kekurangan itu tak ada pada SSD. Dalam teknologi ini, data disimpan di dalam sel-sel. Basis teknologinya mirip flash disk yang sekarang menjadi penyimpan portabel populer menggantikan disket. Karena tanpa motor pemutar cakram, SSD membaca data tanpa disertai desing bising, kebal benturan, dan antiaus. Berat SSD pun separuhnya hard drive berkapasitas sama (lihat infografis).
Sebenarnya, SSD bukan teknologi yang benar-benar baru. Penyimpan ini telah dikembangkan sejak 1980-an. Pionirnya perusahaan semikonduktor Santa Clara Systems di Amerika Serikat, yang membuat chip memori bernama BatRam dengan kapasitas data sekitar 1 megabita. BatRam digunakan oleh kantor pabean setempat untuk mengganti hard drive.
Seperti namanya, BatRam (Battery-Ram) dilengkapi baterai isi ulang untuk menjaga agar data tidak hilang. Lalu, pada 1995, M-Systems memperkenalkan chip memori generasi berikutnya yang berbasis SSD. Penyimpan data ini sudah tidak memerlukan baterai.
SSD berhasil menggantikan peran hard drive dengan baik. Toh, chip ini hanya diproduksi dalam jumlah terbatas. Penyebabnya: ongkos produksinya kelewat mahal. Alhasil, ketika itu, SSD eksklusif dan identik dengan perusahaan manufaktur pesawat terbang dan peralatan militer.
Hingga kini pun harga SSD masih mahal. Untuk SSD berkapasitas 32 gigabita, pembeli harus merogoh kocek US$ 350 atau sekitar Rp 3,2 juta. Ini sudah separuh harga komputer jinjing kelas menengah. Jika ingin memiliki komputer jinjing dengan SSD built-in seperti bikinan Samsung atau pesaingnya dari Amerika Serikat, Sandisk, pengguna bahkan harus merogoh kantong lebih dalam. Harga komputer ini US$ 600 lebih mahal dibanding komputer yang menggunakan hard drive berkapasitas sama.
Padahal ada kewajiban lain yang harus dipenuhi sebuah komputer agar SSD enak dipakai. Misalnya, SSD memerlukan komputer dengan memori (random access memory) di atas 1 gigabita. ”Kinerja SSD juga harus didukung oleh perangkat-perangkat keras lainnya,” kata Boy Permana, IT specialist di sebuah perusahaan pertambangan di Jakarta. Di antara perangkat keras itu misalnya kartu video yang harganya juga mahal.
Toh, Boy yakin teknologi SSD pada akhirnya bakal terjangkau konsumen. ”Seperti harga flash disk yang terus turun,” ujarnya. Perkiraan optimistis disampaikan Samsung. Menurut Hwang, seiring dengan turunnya harga SSD, dalam tiga tahun ke depan penjualan penyimpan ini akan meningkat menjadi 270 persen.
Masih ada kekurangan SSD yang amat mengganggu. Sejauh ini, daya simpan alat ini masih kecil. Belum ada SSD berkapasitas di atas 32 gigabita—bandingkan dengan kapasitas hard drive, yang kini sudah di atas 100 gigabita. Malah kebanyakan SSD cuma berkapasitas 4-8 gigabita. Namun, sebentar lagi, soal ukuran bakal bisa dibereskan.
Selama tahun ini, berbagai perusahaan semikonduktor di seluruh dunia mengumumkan rencana untuk membuat SSD berkapasitas besar. Batas daya simpannya 256 gigabita. Jika tak ada aral, produknya sudah bakal tersedia pada pengujung tahun ini. Saat itu hard drive usang sudah.
Adek Media
Sandisk
Samsung
Lexar
Unggul Hampir di Semua Lini
Selain harganya yang mahal dan daya simpan data yang masih kecil, solid state drive hampir tidak bercela. Inilah perbandingannya dengan hard disk drive berkapasitas sama.
Kapasitas
Berat SSD tak menggunakan teknologi magnetik sehingga lebih ringan.
Kecepatan Data yang disimpan dalam sel-sel SSD lebih mudah diakses daripada data yang tersimpan pada cakram HDD.
Suplai tenaga Tanpa motor dan gerakan mekanik, SSD lebih hemat tenaga.
Suara Tanpa gerakan mekanik, SSD sama sekali tidak mengeluarkan suara.
Masa pakai SSD lebih awet karena tak memiliki komponen yang bergerak.
Suhu SSD lebih tahan perubahan suhu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo