Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Serangan siber semakin rumit dan saat ini bukan lagi dilakukan oleh manusia atau peretas, melainkan bot atau program komputer yang menerapkan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) layaknya mesin robot, menurut praktisi keamanan siber.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Serangan siber bukan lagi oleh manusia, tapi bot. Serangan sekarang pakai kecerdasan buatan," kata CEO NTT Ltd Indonesia, Hendra Lesmana, saat acara paparan di Jakarta, Senin, 13 Januari 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Serangan siber yang terjadi belakangan ini banyak dilakukan oleh bot yang dilengkapi dengan AI, dan bot sudah dilatih menerapkan pembelajaran mesin (machine learning) agar bisa memetakan serangan mana yang lebih efektif.
Untuk itu, NTT menilai pertahanan siber saat ini tidak cukup hanya mengandalkan manusia, namun juga harus dibantu pertahanan dari mesin untuk mengatasi serangan siber yang dilancarkan oleh mesin. "Ini era mesin, tidak bisa pertahanan siber hanya oleh manusia. Mesin juga," kata Hendra.
Pertahanan keamanan siber menggunakan kecerdasan buatan juga berfungsi untuk mendeteksi dari mana serangan berasal, apalagi saat ini banyak serangan yang disamarkan seolah-olah berasal dari negara tertentu. "Analisa seperti itu akan sulit kalau tidak pakai AI," kata Hendra.
Agar dapat mengatasi serangan siber, terutama dari mesin, Hendra berpendapat, desain pertahanan siber harus sudah kuat sejak awal dan memungkinkan untuk diberi fitur keamanan tambahan di kemudian hari.
ANTARA