Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dalam sepekan terakhir, serangan Israel yang meningkat di Lebanon mengakibatkan tewasnya tujuh komandan dan pejabat tinggi dari kelompok militan Hizbullah, termasuk pemimpin mereka, Hassan Nasrallah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peristiwa ini mengejutkan Lebanon dan sebagian besar Timur Tengah, sementara pejabat Israel merayakan pencapaian militer dan intelijen yang signifikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hassan Nasrallah
Hassan Nasrallah, yang telah memimpin Hizbullah sejak 1992, dikenal sebagai tokoh kunci dalam berbagai konflik dengan Israel. Di bawah kepemimpinannya, Hizbullah berubah menjadi kekuatan militer yang dominan di Lebanon dan berperan penting dalam konflik regional, termasuk mendukung Presiden Suriah Bashar Assad selama perang saudara.
Nasrallah terbunuh dalam serangkaian serangan udara yang menghancurkan beberapa gedung di selatan Beirut. Kehilangan ini merupakan pukulan berat bagi Hizbullah, yang kini harus berjuang untuk memulihkan diri dari dampak serangan yang merusak ini.
Pimpinan Lain yang Terbunuh
Dikutip dari AP News, selain Nasrallah, enam pemimpin lainnya juga menjadi korban serangan Israel. Di antaranya adalah Nabil Kaouk, wakil ketua Dewan Pusat Hizbullah, yang tewas pada Sabtu, 28 September 2024.
Kaouk adalah anggota veteran Hizbullah yang memiliki pengalaman panjang dalam konflik dengan Israel, termasuk menjabat sebagai komandan militer di Lebanon selatan selama perang 2006.
Sebelumnya, Ali Karaki, seorang komandan senior, dilaporkan terbunuh dalam serangan udara yang sama yang menewaskan Nasrallah. Karaki dikenal memiliki peran penting dalam operasi Hizbullah dan merupakan salah satu rekan dekat Nasrallah. Tercatat, sekitar 20 anggota Hizbullah lainnya juga tewas dalam serangan yang menargetkan lokasi pertemuan para pemimpin Hizbullah.
Serangan Israel di Lebanon
Serangan yang dilakukan oleh Israel pada 20 September ini adalah eskalasi dalam konflik antara Israel dan Hizbullah. Serangan tersebut tidak hanya menargetkan pemimpin terkemuka, tetapi juga menghancurkan infrastruktur penting Hizbullah. Reruntuhan dari serangan tersebut masih terlihat mengeluarkan asap, sementara banyak warga berduyun-duyun menuju lokasi untuk melihat kehancuran yang terjadi.
Dalam beberapa minggu terakhir, Hizbullah juga menghadapi serangan siber yang canggih terhadap perangkat komunikasi mereka, yang diyakini juga dilakukan oleh Israel. Lebih dari 1.030 orang, termasuk wanita dan anak-anak, dilaporkan tewas akibat serangan yang meluas ini.
Ratusan ribu orang di Lebanon terpaksa meninggalkan rumah mereka, dan pemerintah memperkirakan sekitar 250.000 orang kini berada di tempat penampungan sementara.
Kehilangan tujuh pemimpin penting ini membuat Hizbullah, sebagai kekuatan militer dan politik paling berpengaruh di Lebanon, dalam posisi yang sangat rentan. Mereka harus berupaya untuk memulihkan kekuatan dan menjaga kohesi internal di tengah tekanan eksternal yang meningkat.
Dengan kehilangan tokoh-tokoh kunci yang telah menjadi bagian dari Hizbullah sejak berdirinya kelompok ini pada awal 1980-an, masa depan Hizbullah di tengah ketegangan regional dan global kini menjadi sangat tidak pasti. Komitmen mereka untuk terus beroperasi di wilayah konflik, terutama dalam mendukung sekutu mereka seperti Hamas, akan diuji oleh situasi baru ini.
PUTRI SAFIRA PITALOKA I AP NEWS I EURO NEWS